Kamis, 14 Februari 2013

AYAT AL-QUR’AN DAN HADIST YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDEKATAN KLINIKAL



Tujuan konseling klinikal dari asumsi dasar konsleing klinikal maka dapat diuraikan tujuan dari konsleing klinikal yaitu:
-    Untuk membantu seseorang menghadapi masalah yang tidak mampu dipecahkannya sendiri, tanpa unsur subjektifitas dari konselor ketika membantu klien untuk menemukan solusi, atau dengan kata lain konselor harus memahami betul masalah yang dihadapi klien dan kepribadiannya agar dapat menentukan teknik atau pendekatan yang tepat.
-    Pada dasarnya konseling klinikal adalah proses personalisasi dan individualisasi, sehingga tujuannya adalah untuk membantu klien mempelajari, memahami, dan menghayati, dirinya sendiri serta lingkungannya (individualisasi), dan melancarkan terjadinya proses pengembangan diri, pemahaman diri, perwujudan cita cita, dan penemuan identitas diri (personalisasi).
-    Agar individu mampu belajar melihat dirinya sendiri sebagaimana adanya dan mampu untuk mengembangkan potensi potensi yang ada pada dirinya secara optimal. Karena banyak orang tidak mampu mengidentifikasikan dirinya sendiri.
Jadi pada dasarnya tujuan konseling klinikal tidak terlepas dari kebaikan klien itu sendiri, tanpa mengesampingkan hubungan klien dengan individu yang lain.

Langkah-langkah Konseling Klinikal

Ada beberapa proses tahapan yang harus ditempuh ketika melaksanakan konseling klinikal, yaitu:

1. Analisis
Merupakan langkah untuk memahami kehidupan individu, dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber yang bertujuan untuk mengetahui bakat, minat, motif motif, kehidupan emosional, dan karakteristik yang dapat menghambat atau mendukung penyesuaian diri.


2. Sintesis
Merupakan langkah menghubungkan dan merangkum data, sehingga menunjukkan bakat, kelemahan, atau kekuatan klien, serta kemampuan penyesuaian diri.

3. Diagnosis

Langkah untuk menemukan ketetapan dan pola yang dapat mengarahkan pada permasalahan, sebabnya, serta sifat klien yang relevan dan berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri.

4. Prognosis
Merupakan langkah untuk meramalkan akibat yang mungkin timbul dari masalah itu, dan memunculkan alternative yang dapat diambil untuk menghadapi permasalahan.

5. Konseling

Merupakan hubungan untuk membantu klien menemukan sumber diri sendiri maupun sumber dari luar dirinya dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian yang optimal sesuai dengan kemampuannya.
 Dalam hal ini ada lima sifat konseling:
-  Belajar terpimpin menuju pengertian diri
- Mendidik atau mengajar kembali untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
- Bantuan pribadi agar klien mengerti dan terampil dalam menerapkan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari hari.
- Konseling yang mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan.
- Mendidik kembali yang sifatnya sebagai penyaluran.

6. Tindak lanjut
    Langkah ini merupakan langkah untuk membantu klien melakukan program kegiatan yang dikehendaki atau membantu klien kembali memecahkan masalah masalah baru yang berkaitan dengan masalah semula.

Selain itu ada beberapa teknik dalam konseling klinikal yang dikemukakan oleh Williamson yaitu :
-    pembentukan hubungan yang baik antara konselor dan konseli
- membantu klien meningkatkan pemahaman diri, menerima dan memperlakukan klien sebagaimana adanya atau sebagai seorang pribadi.
-     memberikan saran atau merencanakan program yang akan dilakukan, pemberian nasehat ini bisa dengan cara langsung, tidak langsung atau dengan cara menerangkan kepada klien yang menurut Williamson cara inilah yang terbaik dan memuaskan.
-    melaksanakan rencana atau keputusan yang telah diambil.
- merujuk ke ahli yang lain jika konselor tidak mampu member solusi.
Dari sekelumit penjelasan di atas dalam praktek klinikal atau pendekatan klinikal ini yang berhubungan dengan Ayat Al-Qur’an dan hadist penjelsannya dalah sebagai berikut :                                                                                                                          
              •               
107. “Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, Maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Yunus:107).
.
Akhir-akhir ini praktek Klenik (Klenik adalah ilmu yang mengajarkan hal-hal yang sangat rahasia yang tidak masuk akal) kembali mencuat kepermukaan; bahkan menjadi pembicaraan yang selalu hangat diperbincangkan oleh masyarakat, baik melihat ketempat penyelenggaraan ataupun membaca dari media massa.
Dan kitapun akan melihat bahwa yang percaya dan mempercayai hal itu bukan mereka yang disebut orang-orang primitif/terbelakang, akan tetapi justru dari kalangan orang-orang yang mengaku dirinya terpelajar atau modern. Ironis memang!
Kahin, tukang nujum, tukang ramal/paranormal, tukang santet dalam menjalankan praktek kleniknya saat ini mempergunakan ilmu dan teknologi modern, atau ada yang dalam prakteknya menyebut dengan istilah alternatif, sehingga yang lemah imannya terpedaya dan terkecoh dengan mempercayai ucapan mereka.
Padahal kepercayaan yang baik merupakan landasan pokok bagi masyarakat Islam. Tauhid inti dari kepercayaan tersebut dan jiwa dari Islam secara keseluruhannya. Oleh karena itu melindungi kepercayaan dan tauhid adalah yang pertama serta utama yang dilakukan Islam.
Adapun para ahli klenik dan yang merasa senang dengan sarana dan suasana kemusyrikan, semakin leluasa meminta bantuan kepada setan, karena apa yang mereka harapkan dan dapatkan terpenuhi. Kemudian bisikan-bisikan setan yang mereka terima, diberikan kepada orang-orang yang datang kepadanya (ahli klenik): menanyakan nasibnya, meminta diramal mengenai jodohnya, meminta agar segera naik pangkatnya, lancar usahanya/perdagangannya, karirnya, bahkan untuk mengungkap sebab-sebab terjadinya sesuatu kecelakaan melibatkan para normal dan lain sebagainya.
Hanya orang-orang yang kehilangan pegangan hidup dan "hubbuddunya" yang akan mencari jalan pintas disaat kepercayaan terhadap Allah luntur dan ketamakan meliputi dirinya serta persaingan yang tidak sehat melanda, yang akhirnya mereka datang kepada seseorang yang mengaku tahu tentang yang ghaib, tentang masa yang akan datang, tentang nasib seseorang, tentang jodoh, pangkat serta kedudukannya.




                 
65. Artinya : Katakanlah: "tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.
Padahal Allah SWT berfirman dalam Qur’an Surat An Naml ayat 65, bunyinya: "Katakanlah olehmu, tak ada yang mengetahui siapa yang dilangit dan di bumi akan segala yang ghaib, melainkan Allah sendiri yang mengetahui ……."

Diriwayatkan oleh Masruq dari ‘Aisyah, bahwasanya ‘Aisyah berkata: "Barangsiapa mengatakan bahwasanya Muhammad mengetahui apa yang terjadi esok hari, berarti ia membuat suatu kebohongan terhadap Allah, karena Allah sendiri berfirman: "Katakanlah olehmu ya Muhammad! Tidak ada orang yang dilangit dan di bumi yang mengetahui barang yang ghaib selain dari Allah sendiri".
Dan jika Rasulullah saw dapat menjawab tentang sesuatu yang ghaib, itu karena wahyu dari Allah yang disampaikan melalui malaikat Jibril. Sebagaimana firman-Nya:
                         
Artinya :
 26. "(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.
27. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya Dia Mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya"
. (QS. Jin: 26-27).


"(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridlai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya".
Tetapi sebaliknya jawaban yang diberikan para ahli klenik dan kawan-kawannya berasal dari iblis yang penuh tipuan, dengan satu tujuan menyesatkan manusia dari jalan yang diridlai Allah SWT.
Hal ini diakui dan pernah diungkapkan oleh salah seorang ahli klenik terkenal yakni Gendeng Pamungkas, yang mengatakan bahwa 99% dari kelompoknya adalah penipu, yang mengambil sumber ajarannya langsung dari setan dan iblis. (HU Republika, April 1995).
Wajarlah jika Rasulullah saw memperingatkan agar menjauhi kahin dan tukang-tukang ramal. Beliau bersabda: "Barang siapa yang datang ke tempat tukang ramal (paranormal) kemudian bertanya tentang sesuatu dan membenarkan apa yang dikatakannya, maka shalatnya tidak akan diterima selama 40 hari". (HR. Muslim).
Dalam hadits yang lain, rasulullah saw. Bersabda: "Barang siapa ke tukang ramal, atau tukang sihir, atau tukang tenung, kemudian ia bertanya dan mempercayai apa yang dikatakannya, maka sungguh dia telah kufur kepada wahyu yang diturunkan kepada muhammad saw". (HR Bazzar dan Abu Ya’la).
Orang yang beriman akan mengerjakan suatu pekerjaan dan dia yakin pekerjaannya itu akan dihisab oleh Allah, serta akan selalu meyakini dengan keterangan Qur’an dan Sunah Nabi SAW, bahwa yang memberi pertolongan dan tidak akan merasa bosan diminta pertolongan hanyalah Allah swt.
Allah SWT menegaskan, bahwa tad ada seorangpun dari mahluk-Nya yang dapat mengetahui sesuatu yang ghaib, maka sia-sialah orang yang menanyakan tentang sesuatu yang ghaib pada seseorang yang mengaku tahu (sok tahu).

Firman Allah SWT: "Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Yunus: 107).
Dengan demikian ayat yang tersebut diatas memberi pengertian kepada hamba-Nya, jika meminta sesuatu, baik rizki berupa harta kekayaan, ilmu maupun rizki berupa kekuatan, kesehatan dan sebagainya, supaya disampaikan langsung kepada Allah SWT, karena Dia Yang Maha Mengetahui (segala sesuatu) dan Maha Kuasa, asal saja kita beriman kepada-Nya, mematuhi perintah-perintah-Nya dan menjahui larangan-larangan-Nya.
Allah SWT berfirman: "……. Aku akan mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila dia berdo’a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran". (Al Baqarah: 186)
Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar". (QS An-Nisa: 48)


Daftar rujukan   
(Oleh: Wisnhu Latief – Suara Istiqamah – No 14/YI/98/Th ke-34 - Dzulhijjah 1418/April 1998).



1 komentar:

Masukan anda dan kritik anda sangat berarti demi kemajuan saya terimakasih atas saran-saran dari anda semua semoga bermanfaat bagi saya dan kita semua.... Amiin