PENDAHULUAN
A.
Latar Balakang Masalah
Proses pendidikan bertujuan untuk mendapatkan mutu
sumber daya manusia sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan. Pendukung
utama bagi terlaksananya sasaran tersebut ialah melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu dibawah bimbingan dan pembinaan tenaga kependidikan
yang professional serta implementasi seluruh komponen manjemen mutu secara
terpadu. Pendidik memainkan peran yang sangat penting, terutama dalam
mempersiapkan peserta didik menjadi aktor yang mampu menampilkan keunggulan
dirinya sebagai sosok yang tangguh, kreatip, mandiri, dan professional pada
bidangnya masing-masing. Keberhasilan peserta didik sebagai subjek belajar
berkaitan dengan proses pribadi (individual process) dalam menginternalisasi pengetahuan,
nilai, sifat, sikap dan keterampilan yang ada disekitarnya. Sedangkan
keberhasilan pengajar sebagai subjek mengajar selain ditentukan oleh kualitas
pengajar secara pribadi (individual quality) juga ditentukan oleh
standar-standara kompetensi yang dimiliki oleh pengajar, yang meliputi
kompetensi intelektual, kompetensi pedagogi, kompetensi sosial, dan kompetensi
kepribadian. Kualifikasi akademik dan kemampuan prefesionalisme guru sebagai
subjek mengajar juga berperan penting untuk mencapai tujuan pendidikan
.
.
Jabatan guru merupakan jabatan professional yang
menghendaki guru harus bekerja secara professional.bekerja sebagai seorang yang
professional berarti bekerja dengan keahlian atau kompetensi serta kemampuan
guru untuk mengelola pembelajaran .pertanyaanya ,apakah sudah benar guru
bekerja secara professional? bagaimana sebenarnya guru yang professional dalam
pemblajaran? Serta apa sajakah kompetensi yang harus dimiliki seorang
guru? untuk itu makalah ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas.serta
memberikan pemahaman tentang tugas profesionalisme guru dalam pemblajaran .
Bimbingan dan
konseling sebagai bagian integral pendidikan telah memberikan sumbangan
terhadap perkembangan siswa di sekolah. Namun meskipun demikian masih banyak
lagi yang dibutuhkan dan yang perlu mendapat perhatian, seperti petugas
bimbingan yang masih bersifat menunggu, pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah yang kurang memberikan nilai tambah bagi perkembangan siswa, petugas
bimbingan sekolah yang kurang menampilkan kegiatan bermakna bagi pencapaian
tujuan program sekolah, belum adanya perbedaan yang nyata kemampuan profesional
antara petugas bimbingan yang berlatar pendidikan jurusan Bimbingan dan
Konseling. Sampai saat ini guru pembimbing (BK) masih dianggap menakutkan.
Pandangan tentang Guru pembimbing (BK) sebagai guru khusus untuk siswa
bermasalah masih tetap melekat di sebagian besar sekolah. Anggapan bahwa siswa
yang berhubungan dengan guru pembimbing adalah siswa yang bermasalah pun masih
melekat dalam ranah pikiran sebagian besar siswa dan orang tuanya. Sehingga
gambaran menakutkan tentang guru pembimbing (BK) sebagai polisinya sekolah
telah menumbuhkan keengganan sebagian besar siswa untuk berhubungan dengan guru
pembimbing. Walaupun sebenarnya para siswa itu sangat ingin berhubungan dengan
guru BK tetapi mereka lebih takut dicap teman-temannya sebagai siswa
bermasalah. Pandangan itu tentu saja sangat tidak menguntungkan bagi
perkembangan Guru BK dalam malakukan peran besarnya di sekolah. Hal tersebut merupakan
beberapa masalah yang perlu dicarikan jalan pemecahannya untuk menciptakan
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah secara profesional. Sehingga
profesionalitas guru pembimbing dapat terwujud. Dengan memperhatikan fenomena
guru pembimbing di sekolah, maka pengembangan profesionalitas guru menjadi
peluang yang amat terbuka dan amat urgen dilakukan, terutama dilihat: (1)
dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas guru pembimbing, yang menghendaki
dukungan kinerja yang semakin efektif dan efesien; (2) perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang diterapkan dalam bimbingan dan
konseling di sekolah juga cenderung bergerak maju semakin pesat, sehingga
menuntut penguasaannya secara akademik-profesional; (3) setiap guru dihadapkan
pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah,
berencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara
keseluruhan.
PEMBAHASAN
JABATAN PROFESIONAL DAN TANTANGAN GURU
DALAM PEMBELAJARAN
Jabatan Guru adalah Jabatan Profesional. Untuk itu,
Guru Harus Bekerja Secara Profesional.
A. Pendahuluan
Jabatan guru merupakan jabatan profesional
yang menghendaki guru harus bekerja secara profesional. Bekerja sebagai seorang
yang profesional berarti bekerja dengan keahlian, dan keahlian hanya dapai
diperoleh melalui pendidikan khusus. Guru tentu telah mengikuti pendidikan
keahlian melalui lembaga kependidikan. Keahlian dalam pendidikan ditandai
dengan diberikannya sertifikat atau akta mengajar:' Pertanyaannya, apakah sudah
benar guru bekerja secara profesionali Bagaimana sebenarnya guru yang
profesional dalam pembelajaran? Uraian berikut memberikan pemahaman tentang
tugas profesionalisme, guru dalam pembelajaran.
B. Kegiatan Guru dalam Pembelajaran
Banyak sekali kegiatan yang dapat dipilih.
Sayangnya, tidak ada rumus sederhana untuk mencocokkan kegiatan dengan sasaran.
Apa yang dianggap baik untuk seorang pengajar atau sekelompok
siswa bisa saja jadi tidak memuaskan dalam situasi lain. Anda perlu mengetahul
berbagai pilihan bagi Anda, manfaatnya, dan juga berbagai bahan penunjang yang
mungkin diperlukan. Kemudian, Anda dapat memilih pilihan yang menurut Anda
dapat mencapai sasaran yang telah Anda tetapkan, baik dari segi ciri siswa maupun dari segi persiapan mereka.
Kita perlu menyiapkan landasan bagi
pengambilan putusan secara memuaskan tentang metode pengajaran dan kegiatan
belajar yang efektif. Ini perlu untuk menjalin agar sebagian besar siswa dapat
menguasai sasaran pengajaran pada tingkat pencapaian yang dapat diterima,.dalam
jangka waktu yang sesuai.
Pola Pembelajaran yang Efektif
Ada banyak jalur untuk belajar. Anda pasti
mengenal metode mengajar dan kegiatan belajar yang umum digunakan. Biasanya
guru menyajikan Informasi kepada sejumlah siswa dengan menggunakan metode
ceramah, berbicara dengan informal, menulis di papan tulis, memperagakan, dan
menggunakan bahan pandang dengar.
Siswa belajar mandiri sesuai dengan kecepatannya
dengan cara membaca, mengerjakan tugas pada lembar kerja, memecahkan masalah,
menulis laporan praktikum, dan barangkali menonton film serta menggunakan bahan
pandang dengar.lain. Interaksi antarguru dengan siswa dan antarsiswa terjadi
melalui tanya jawab, diskusi, kegiatan kelompok kecil, tugas yang harus
diselesaikan, dan laporan.
Ketiga pola ini (penyajian di kelas, belajar
mandiri, dan interaksi guru-siswa) adalah kategori yang mengelompokkan sebagian
besar metode pengajaran dan pembelajaran. Setiap kegiatan pengajaran, apakah
yang ditentukan guru atau yang diperuntukkan bagi murid untuk belajar mandiri,
ada hubungannya dengan salah satu dari ketiga pola ini. Kita tidak dapat
menggunakan ketiga pola ini dengan sembarangan ketika merencanakan program
pengajaran. Mengapa? Ada beberapa alasan.
Pertama, dari pengetahuan tentang gaya
belajar, kita tahu bahwa, baik metode kelompok maupun metode mandiri harus
digunakan. Banyak slswa dapat belajar mandiri, sementara siswa lainnya lebih
senang belajar dalam situasi pengajaran yang beraturan dan terpimpin. Perbedaan
di antara siswa ini mengharuskan kita menggunakan berbagai metode pengajaran
yang berbeda pula.
Kedua, kondisi dan asas belajar
menyebabkan kita tanggap akan perlunya memilih metode yang memberi peluang
untuk peran serta yang aktif dari pihak siswa dalam segala kegiatan belajar.
Ketiga, jika kita slap menggunakan
teknologi pengajaran yang baru (TV, komputer, dan lain-lain), penekanan
biasanya diberikan pada penyajian kelompok, atau pada kegiatan belajar mandiri.
Pada kedua Janis penyajian ini, tidak ada kesempatan berinteraksi
antarguru-siswa secara tatap muka. Menyediakan bahan pengajaran yang cukup bagi
kelompok kecil haruslah diperhatikan.
Keempat, ada persoalan dalam keefisienan
dalam menggunakan waktu guru dan waktu siswa, sarana, dan peralatan. Untuk
tujuan tertentu mungkin lebih efisien apabila guru menyajikan informasi kepada
seluruh kelas secara serempak (dengan jumlah siswa berapa saja) deripada
menguasai siswa dengan mempelajari bahan secara mandiri. Pengajaran kelompok
yang demikian tidak hanya menghemat waktu, tetapi dapat juga mengurangi
rusaknya peralatan dan bahan yang disebabkan oleh penggunaan yang berlebihan.
Pengajaran semacam itu juga memberikan lepada guru waktu maksimal untuk
bertatap muka dengan siswa, untuk bimbingan dan konsultasi perseorangan, serta
untuk merencanakan pengajaran.
Secara keseluruhan, metode penyajian
kelompok dan relajar mandiri, paling berhasil mencapai sasaran dalam ranah
efektif dan psikomotor . Cara terbaik untuk mencapai sasaran dalam ranah
efektif adalah melalui kelompok kerja
sama. Ketika menerima dan mengemukakan pendapat dalam diskusi, siswa dapat
terdorong untuk belajar, membantu menajamkan pertimbangan, dan mengembangkan
kemampuan untuk berdebat.
Alasan
di atas dan alasan lainnya menyebabkan hal berikut diperlukan untuk
merencanakan pengajaran dengan berhasil : pemahaman terhadap pola belajar
mengajar, manfaatnya dan kelemahannya, serta teknik yang dapat diterapkan di
dalam setiap kategori. Sebelum meneliti ketiga pola ini, terlebih dahulu kita
akan memperlihatkan beberapa rampatan yang dapat diterima secara umum yang berasal
dari psikologi belajar.
Kondisi
dan asas belajar tertentu dapat diterapkan dengan berhasil pada pengembangan
sejumlah kegiatan pada setiap pola belajar mengajar.
A.
Kondisi dan Asas untuk Belajar yang
Berhasil
Pengajaran yang efektif
ditandai oleh berlangsungnya proses belajar. Proses belajar dapat dikatakan
berlangsung apabila seseorang sekarang dapat mengetahui atau melakukan sesuatu
yang sebelumnya tidak diketahui atau dapat dilakukan olehnya. Jadi, hasil
belajar akan terlihat dengan adanya tingkah laku baru dalam tingkat pengetahuan
berfikir atau kemampuan jasmaniah. Dikarenakan tugas perancangan pengajaran
adalah membantu terjadinya proses belajar, anda harus menyadari dan
memanfaatkan kondisi dan asas yang telah terbukti mendukung proses relajar tersebut
dengan baik. Berikut ini disajikan statu pemberian tentang kondisi dan asas
belajar, yang lebih penting dan lebih bermanfaat disertai pembahasan secara
penerapan setiap kondisi dan asas tersebut dalam perencanaan pengajaran.
1. Persiapan Sebelum Mengajar
Siswa harus lulus dengan memuaskan dalam pelajaran
prasarat sebelum melalui suatu program atau satuan pelajaran tertentu. Kalau
hasil relajar sebelumnya tidak cukup dikuasai, pelajaran selanjutnya menjadi
kurang berarti dan dipelajari dengan menghafal saja tanpa terjadinya perubahan
tingkah laku apa pun.
2. Sasaran Belajar
Besar kemungkinan bahwa proses relajar akan
berhasil dengan baik apabila sasaran dinyatakan dengan jelas, dan pada awal
pokok bahasan atau satuan pelajaran, siswa diberi tahu tentang sasaran khusus
yang akan di capai. Siswa dapat memperoleh informasi lebih banyak dan
mengingatkannya dengan jangka waktu yang lebih lama apabila sasaran relajar
ditulis dengan cermat dan disusun secara bersistem.
3. Susunan Bahan Ajar
Proses belajar dapat ditingkatkan apabila bahan
ajar atau tata cara yang akan dipelajari tersusun dalam urutan yang bermakna.
Kemudian, bahan tersebut harus disajikan pada siswa dalam beberapa bagian;
banyak sedikitnya bagian tergantung urutan, kerumitan, dan kesulitanya. Susunan
dan tata cara ini dapat membantu siswa dalam menggabungkan dan memandukan
pengtahuan atau proses secara pribadi.
4. Perbedaan Individu
Siswa belajar dengan cara dan kecepatan yang
berbeda-beda. Pelajaran kelompok memang menguntungkan untuk tujuan tertentu dan
lebih disukai oleh beberapa siswa akan tetapi, bukti menunjukkan bahwa sebagian
siswa dapat mencapai sasaran yang dipersyaratkan dengan cara yang paling
memuaskan apabila mereka, dengan menggunakan bahan yang tepat, diperbolehkan
belajar menurut kecepatan masing-masing.
5. Motivasi
Seseorang mau belajar apabila memang terjadi
proses pembelajaran. Keinginan untuk belajar untuk mempersyaratkan adanya
motivasi. Keinginan seperti ini akan timbul apabila (a) pengajaran dipersiapkan
dengan baik sehingga dirasakan penting dan menarik untuk siswa, (b) tersedia
berbagai pengalaman belajar, (c) siswa mengetahui bahwa bahan yang akan
dipelajari akan digunakan sesegera mungkin, dan (d) pengakuan tentang
keberhasilan belajar diberikan untuk mendorong upaya belajar selanjutnya.
6. Sumber Pengajaran
Jika bahan pengajaran, termasuk media seperti
gambar dan rekaman video, dipilih dengan hati-hati dan dipadukan secara
bersistem untuk menunjang berbagai kegiatan dalam program dalam pengajaran,
akan terlihat dampak yang berarti dalam prestasi siswa. Sumber seperti itu
melueskan pengajaran yang meningkatkan kesempatan untuk menyesuaikan pengajaran
dengan kebutuhan perseorangan. Dengan demikian meningkatkan produktifitas, baik
pada pihak siswa maupun guru.
7. Keikutsertaan
Agar proses pembelajaran berlangsung, siswa harus
menghayati informasi dan tidak hanya disuapi saja. Mengikuti kegiatan secara
aktif lebih disukai daripada mendengar dan menonton secara pasif berjam-jam.
Keikutsertaan berarti siswa ikut memberikan respons dalam pikiran mereka atau
menunjukkannya melalui kegiatan jasmani, yang disisipkan secara strategis
selama berlangsungnya penyajian pengajaran atau peragaan.
8. Balikan
Motivasi untuk belajar dapat dilanjutkan atau
ditingkatkan apabila siswa diberi tahu secara berkala tentang kemajuan mereka.
Balikari memperkuat pemahaman dan kinerja yang benar, memberitahukari
kesalahan, dan memperbaiki proses belajar yang salah. Untuk memperoleh hasil
belajar yang memuaskan terdapat hubungan yang erat antara balikan dan
penguatan.
9. Penguatan
Dengan memperoleh penegasan (balikan) tentang
jawaban yang dipandang berhasil, siswa terdorong untuk meneruskan kegiatan
belajarnya. Kegiatan belajar yang didorong oleh keberhasilan menimbulkan
kepuasan dan percaya diri. Tanggapan yang mendapat tanggapan positif cenderung
akan timbul berulang-ulang apabila siswa menghadapi suasana yang mirip atau
sama.
10. Latihan dan Pengulangan
Agar suatu fakta atau keterampilan menjadi bagian
yang kuat dart dasar pengetahuan siswa maka dibutuhkan lebih dari satu
pengajaran. Sambil meneruskan asas keikutsertaan, balikan dan penguatan seperti
diterangkan terdahulu, maka penyelesaian latihan tertulis, latihan
berulang-ulang dalam suasana nyata, atau latihan beruntun untuk maksud menghafal,
akan dapat mencapai tahap kelebihan belajar: Hasilnya adalah kemampuan
mengingat dalam jangka panjang. Latihart menjadi sangat efektif apabila
dilakukan dalam jangka waktu tertentu.
11. Urutan Kegiatan Belajar
Tugas atau tata cara yang rumit dapat dipelajari
dengan lebih efektif apabila peragaan dan latihan diberikan secara terpadu.
Pelatihan dlmaksudkan untuk melatihkan bagian-bagian dari tugas atau tata cara
tersebut. Cara yang memuaskan untuk memadukan peragaan dengan pelatihan, antara
lain (a) memperagakan seluruh tata cara langsung atau dari film atau video; (b)
memperagakan kembali bagian pertama; (c) memberi kesempatan kepada siswa untuk
melatih bagian pertama tata cara tersebut; (d) memperagakan bagian kedua; (e)
memperagakan bagian ketiga; (f) memberi kesempatan untuk melatih bagian
pertama, kedua, dan ketiga; dan seterusnya. Disarankan untuk memberikan ujian
kemampuan akhir mengenai keseluruhan tugas yang diselesaikan.
12. Penerapan
Hasil penting dari kegiatan belajar adalah
meningkatnya kemampuan slswa untuk menerapkan atau memindahkan apa yang telah
dlpelajarinya kepada masalah atau situasi baru. Apabila siswa tidak dapat
melakukan hal ini berarti pemahaman yang mendalam belum dlperoleh siswa
tersebut. Pertama, siswa harus telah terbantu menemukan rampatan (konsep,
kaidah, asa) yang berhubungan dengan pokok bahasan atau tugas. Kedua,
kesempatan harus diberikan kepada slswa untuk bernalar dengan menerapkan
rampatan ke berbagai jenis tugas atau masalah nyata dan baru. Agar dapat
menggunakan asas Ini, harus ditulis, dicari, atau diciptakan masalah dan
situasi nyata yang belum dikenal siswa atau berbeda dalam beberapa hal dengan
digunakan selama pengajaran dan pelatihan. Kemudian, setiap menghadapi situasi
baru, siswa harus mengenali unsur yang mirip dengan yang ditemukan dalam
rampatan tersebut dan mengambil tindakan yang sesuai.
13. Sikap Mengajar
Sikap positif yang diperlihatkan pengajar dan
asisten terhadap mata ajar yang disajikan pada siswa dan terhadap metode
pengajaran yang digunakan, dapat memengaruhi motivasi dan sikap siswa terhadap
suatu program pengajaran. Sudah merupakan keharusan bahwa setiap orang yang
terlibat dalam penerapan dan pelaksanaan suatu program pengajaran
memperlihatkan kegairahan, kerja sama, kesediaan menolong, dan minat terhadap
bahan ajar. Apabila siswa merasakan atau benar-benar melihat ungkapan atau
sikap positif seperti itu, slswa akan cenderung bertingkah laku positif.
Hasilnya dapat sangat mendukung keberhasilan program pengajaran tersebut.
14. Penyajian di Depan Kelas
Dalam menggunakan pola penyajian kelompok,
pengajar memberitahukan, menunjukkan, memperagakan, menguraikan dengan cara
mengesankan, atau menyebarkan bahan ajar kepada sekelompok siswa. Pola ini
dapat digunakan di kelas, di aula, atau di berbagai tempat dengan menggunakan
radio, telepon yang dilengkapi pengeras suara, transmisi sirkuit pendek, atau
komunikasi satelit. Guru dapat berbicara di depan kelas. Ia dapat pula
menggunakan bahan media pandang seperti bening, rekaman, slide, film atau
rekaman video, masing-masing secara terpisah atau dalam kombinasi nekasantir.
Penyajian dapat pula berlangsung tanpa guru, misalnya slide yang diikuti
rekaman dalam kaset atau dalam format video. Semua kegiatan ini menggambarkan
alih informasi satu arah dari guru kepada sering untuk jangka waktu tertentu
(biasanya satu jam pelajaran berlangsung selama 40-50 menit). Pada kelas kecil
terjadi komunikasi dua arah antara guru dengan siswa, namun sering sekali siswa
mendengarkan dengan pasif dan menonton saja.
D. Metode Penyajian
1. Keunggulan Metode Penyajian
Manfaat memilih metode penyajian untuk pencapaian
sasara pengajaran tertentu mencakup hal-hal berikut ini.
a. Ceramah atau format penyajian lainnya adalah
metode yang telah, dikenal dan diterima secara konvensional, baik di kalangan
pengaj*: maupun siswa. Metode ini merupakan metode utama dan kebanyakg dari
kita belajar dari mengajar yang menggunakan metode int Memang mudah untuk
melanjutkan kebiasaan ini.
b. Pada umumnya diperlukan upaya dan pemikiran
minimal untu merencanakan penyajian ceramah karena pengajar sudah mengena dan
berpengalaman dengan metode ini.
c. Ada beberapa pengajar yang merasa bahwa untuk
nnempertahankaii status mereka atau mepambah wibawa di mata siswa, mereka perlu
berbicara di depan kelas.
d. Dari segi tujuan pelajaran, waktu dapat dihemat
karena dalam jangkit waktu tertentu lebih banyak informasi dapat disajikan
denga metode penyajian daripada dengan metode lain.
e. Sejumlah besar siswa dapat dilayani dalam waktu
yang sama, yan jadi pembatas hanyalah ukuran ruangan.
f. Jika diperlukan, penyajian dapat diubah dengan
penyajian bahan. ajar tertentu, atau menambahkan bahan baru sebelum atau bahkan
ketika pengajar menyajikan bahan ajar. Penyajian pun dapat disesuaikan untuk
siswa tertentu.
Cara ini layak untuk diterapkan sebagai metode
komunikasi apabil
g. informasi yang akan disampaikan mengharuskan
sering terjadiny perubahan dan pemutakhiran.
2. Kelemahan Metode Penyajian
Kelemahan metode penyajian terbukti melalui
keterangan berikut.
a. Siswa dibatasi keikutsertaannya, mereka hanya
menonton, mendengar, mencatat, dan hanya sedikit atau sama sekali tidak ada
kesempatan untuk bertukar pendapat dengan pengajar. Metode ini tampaknya
melanggar sebagian besar asas belajar efektif yang telah dibahas sebelumnya.
b. Adanya keharusan bagi pengajar untuk menyajikan
bahan ajarnya dengan cara yang menarik, bergairah, dan penuh tantangan agar
perhatian siswa tetap tertuju pada penyajiannya selama pelajaran berlangsung.
c. Ketika guru memberikan ceramah atau memperagakan
sesuatu kepada siswa di kelas, diandaikan siswa memperoleh pengertian yang
sama, tingkat pemahaman yang sama, dan pada waktu yang sama pula. Mereka
dipaksa mempelajari sesuatu dengan kecepatan yang ditentukan guru.
d. Apabila diizinkan bertanya, pengajaran akan
terhenti dan beberapa siswa terpaksa menunggu sampai pertanyaan itu terjawab
sebelum dapat mengikuti penyajian seianjutnya.
e. Pengajar sulit mendapat balikan dari siswa
sehubungan dengan kesalahan dan kesulitan yang dihadapi siswa selama penyajian.
Karena itu, beberapa siswa mungkin memperoleh pemahaman yang salah pada akhir
ceramah tersebut.
f. Terdapat bukti bahwa bahan penyajian lisan saja
tanpa disertai keikutsertaan siswa secara terencana, hanya dapat diingat dalam
jangka waktu yang pendek.
g. Penyajian bukaniah metode yang dapat diterapkan
untuk mengajarkan keterampilan psikomotor, dan sasaran dalam ranah efektif
hanya terpengaruh sedikit sekali.
3. Penerapan
Ada situasi dan waktu tertentu yang cocok untuk
penyampaian bahan ajar dengan metode penyajian kepada sekelompok siswa, yaitu
sebagai berikut.
a. Sebagai pendahuluan, ikhtisar, atau pengaran
pokok bahasan baru.
b. Bertujuan untuk memberi semangat atau
membangkitkan tujuan untuk mempelajari sebuah bahan ajar atau pokok bahasan.
c. Untuk menyampaikan informasi penting atau
infomasi mendasar sebagai latar belakang umum atau persiapan yang diperlukan,
yang tidak mudah diterima sebelum siswa mengikuti kegiatan kelompok kecil atau
kegiatan perseorangan.
d. Untuk memperkenalkan perkembangan mutakhir
dalam suatu bidang, terutama apabila waktu persiapan terbatas.
e. Sebagai narasumber, umpamanya sebagai pembicara
tamu yang memberikan satu kali penyajian, untuk penyajian film, atau penyajian
visual lainnya yang sangat cocok dan efisien untuk diinformasikan kepada siswa
dalam kelas secara sekaligus.
f. Untuk memberi kesempatan kepada siswa
menyajikan laporan di depan kelas.
g. Sebagai ikhtisar atau rangkuman ketika
menyelesaikan pengajaran tentang sebuah pokok bahasan atau satuan pelajaran.
4. Rencana Keikutsertaan
Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan mengurangi
waktu untuk pola penyajian bahan ajar dan lebih menyukai pola belajar mandiri
dan kegiatan kelompok kecil. Anda harus menimbang secara hati-hati keunggulan
dan kelemahan pola pengajaran dari segi sasaran pengajaran yang akan dicapai.
Kemudian, apabila penyajian ini layak, putuskan bagaimana bentuk penyajian
tersebut; ceramah lisan, ceramah dengan media penunjang, media saja, atau apa
pun yang dianggap cocok.
Ingatlah bahwa proses belajar akan
berlangsung dengan balk apabila siswa terlibat secara aktif. Karena itu, perlu
direncanakan kegiatan yang mengikutsertakan siswa pa4a waktu menggunakan format
penyajian.
Keikutsertaan dapat dibagi ke dalam tiga jenis.
a. Interaksi aktif dengan pengajar. Siapkan
pertanyaan yang akan digunakan di berbagai kesempatan selama penyajian lisan;
dorong atau arahkan siswa untuk menjawab dan berdiskusi dengan pengajar.
b. Kerja di tempat. Dorong siswa untuk mencatat
sehingga akan menangkap butir-butir penting dalam penyajian atau sediakan
lembaran berisi hal-hal penting untuk acuan yang dapat langsung digunakan. Yang
terakhir ini dapat berupa lembaran kerja mengenai pokok bahasan yang meminta
siswa mengisi suatu garis besar tentang isi bahan ajar, untuk menyelesaikan
diagram yang menyertai media yang digunakan dalam penyajian, menuliskan jawaban
berbagai pertanyaan, memecahkan masalah, dan menerapkan bahan ajar dan konsep
selama penyajian berlangsung.
c. Kegiatan berpikir lain. Dorong siswa untuk
berpikir bersama pengajar dengan membantu mereka menjawab dalam hati pertanyaan
retorik atau pertanyaan langsung dan memecahkan masalah yang diajukan oleh
pengajar atau siswa lain. Siswa dapat
juga dImInta merumuskan pertanyaan mereka sendiri
yang berhubungan dengan bahan yang disajikan yang akan digunakan dalam
pertemuan kelompok kecil nantinya.
E. Belajar Mandiri
Dari ketiga pola mengajar dan belajar,
belajar mandiri memperoleh perhatian terbanyak dalam rencana rancangan
pengajaran. Sebagaimana ditunjukkan oleh berbagai prinsip belajar, terdapat
bukti untuk menunjang pendapat bahwa belajar harus dilakukan oleh individu
untuk dirinya sendiri dan bahwa hasil belajar maksimal diperoleh apabila siswa
bekerja menurut kecepatannya sendiri, terlibat aktif dalam melaksanakan berbagai
tugas belajar khusus, dan mengalami keberhasilan dalam belajar.
1. Ciri
Metode belajar yang sesuai kecepatan sendiri juga
disebut be/ajar mandiri, pengajaran sendiri, atau belajar dengan mengarahkan
diri sendiri. Meskipun semua istilah ini mempunyai arti yang berbeda, ciri
penting bagi siswa adalah tanggung jawab sendiri, sesuai dengan kecepatan
sendiri, dan belajar yang berhasil. Semuanya berdasarkan pada sasaran belajar
khusus dan bermacam-macam kegiatan dengan beraneka sumber belajar yang berkaitan.
Sebagaimana yang telah Anda ketahui, semuanya ini merupakan unsur penting dalam
proses perancangan pengajaran.
Seringkali pengajar memilih sasaran
belajar dan menetapkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh siswa. Sebuah
metode belajar perseorangan "yang sebenarnya" atau program belajar
mandiri mempersyaratkan bahwa seperangkat sasaran dan kegiatan belajar yang
terpisah harus dirancang untuk setiap orang, atau dipillh oleh perseorangan
menurut ciri, persiapan, kebutuhan, dan minat orang itu sendiri. Melalui
penjadwalan komputer, belajar mandiri seperti ini dapat dicapai, meskipun
pembuatan programnya sangat rumpil dan memerlukan jumlah dan jenis kegiatan
serta sumber belajar yang banyak.
Ciri khusus program belajar mandiri yang bermutu
meliputi hal-hal berikut.
a. Kegiatan belajar untuk siswa dikembangkan
dengan cermat dan rinci. Pengajaran sendiri berlangsung dengan balk apabila
bahan disusun menjadi langkah-Iangkah yang terpisah dan kecil, masing-masing
membahas satu konsep tunggal atau sebagian dari bahan yang diajarkan. Besar
langkah bisa berbeda-beda, namun urutannya perlu diperhatikan dengan teliti.
b. Kegiatan dan sumber pengajaran dipilih dengan
hatl-hati dengan memerhatikan sasaran pengajaran yang dipersyaratkan.
c. Penguasaan siswa terhadap setiap langkah harus
diperiksa sebelum is melanjutkan ke langkah berikutnya. Karena itu, kita perlu
menanyai atau menantang siswa untuk menunjukkan kepahamaq mereka atau
penggunaan bahan yang dipelajari.
d. Siswa kemudian harus segera menerima kepastian
(balikan) tentan4 kebenaran jawabannya atau upaya lainnya. Setiap keberhasilan
menimbulkan rasa percaya diri pada siswa untuk melanjutkan ke langkah
berikutnya.
e. Apabila muncul kesulitan, siswa mungkin perlu
mempelajari atau meminta bantuan pengajar. Jadi, siswa secara terus-menerus
ditantang, harus menyelesaikan kegiatan yang diikutinya, langsung mengetahui
hasil belajar atau usahanya, dan merasakan keberhasilan.
Jenis sasaran pengajaran yang mungkin
cocok untuk belajar. mandiri antara lain:
a. mempelajari informasi nyata,
b. menguasai konsep dan asas,
c. menerapkan informasi, konsep, dan asas,
d. mengembangkan keterampilan dasar memecahkan
masalah, dan e. mengembangkan keterampilan psikomotor.
Dengan demikian, sebagian besarjenjang
belajar, balk dalam ranah kognitif maupun psikomotor, serta dalam hierarki
Gagne, bisa dibahas dengan beberapa bentuk kegiatan belajar mandiri. Kebanyakan
dari kategori sasaran tersebut harus diperkuat dan ditambah dengan kegiatan
interaksi kelompok. Pokok bahasan atau sasaran yang sangat abstrak dan tidak
bisa dikuantifikasi, seperti pemikiran filsafati atau hubungan antarmanusia,
mungkin lebih tepat untuk dipelajari dalam pertemuan interaksi kelompok. Namun,
dengan pelajaran seperti ini, selalu ada informasi mendasar dan nyata yang harus
dikuasai sebelum berbagai pendapat dibahas di dalam kelompok. Bahan ajar
mendasar seperti itu dapat dipelajari melalui metode belajar mandiri.
2. Keunggulan
Terdapat berbagai fakta yang menyatakan bahwa
siswa yang ikut dalam program belajar mandiri belajar lebih keras, lebih
banyak, dan mampu lebih lama mengingat hal yang dipelajarinya dibandingkan
dengan siswa yang mengikuti kelas konvensional. Belajar mandiri memberikan
sejumlah keunggulan unik sebagai metode pengajaran.
a. Program
belajar mandiri yang dirancang dengan cermat akan memanfaatkan Iebih banyak
asas belajar yang disebutkan pada awal bab ini. Hasilnya adalah peningkatan,
baik dari segi jenjang belajar maupun kadar ingatan. Jumlah siswa yang gagal
dan menunjukkan kinerja yang tidak memuaskan dapat dikurangi secara nyata.
b. Pola ini memberikan kesempatan, balk kepada
siswa yang lamban maupun yang cepat untuk menyelesaikan pelajaran sesuai dengan
tingkat kemampuan masing-masing dalam kondisi belajar yang cocok.
c. Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi
yang dituntut dari siswa oleh program belajar mandiri mungkin dapat berlanjut
sebagai kebiasaan dalam kegiatan pendidikan lain, tanggung jawab atas
pekerjaan, dan tingkah laku pribadi.
d. Program belajar mandiri dapat menyebabkan lebih
banyak perhatian tercurah kepada siswa perseorangan dan memberi kesempatan yang
lebih luas untuk berlangsungnya interaksi antarsiswa.
e. Kegiatan dan tanggung jawab pengajar yang
terlibat dalam pro¬gram belajar mandiri berubah karena waktu untuk penyajian
menjadi berkurang dan is mennpunyai waktu lebih banyak untuk memantau siswa
dalam pertemuan kelompok dan untuk konsultasi perseorangan.
f. Memang pendekatan utama ke arah belajar mandiri
mungkin tidak efisien dari segi biaya dalam jangka pendek, namun karena teknik
dan beraneka sumber digunakan berulang-ulang dengan kelompok selanjutnya, biaya
program dapat dikurangi secara nyata.
g. Siswa cenderung lebih menyukai metode belajar
mandiri daripada metode tradisional karena sejumlah keunggulan yang dinyatakan
di atas.
3. Kelemahan
Terdapatjuga beberapa kelemahan belajar mandiri
yang harus diketahui.
a. Mungkin kurang terjadi interaksi antara
pengajar dengan siswa atau antara siswa dengan siswa apabila program belajar
mandiri dipakai sebagai metode satu-satunya dalam mengajar. Karena itu, perlu
direncanakan kegiatan kelompok kecil antara pengajar dan siswa secara
berjangka.
b. Apabila hanya dipakai metode satu jalur dengan
langkah tetap, kegiatan belajar bisa membosankan dan tidak menarik.
c. Program mandiri tidak cocok untuk semua siswa
atau semua pengajar. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa karena perbedaan gaya
belajar dan mengajar, kira-kira 20% mahasiswa perguruan tinggi Iebih menyukai
belajar dalam kelompok melalui ceramah dan kegiatan interaksi daripada melalui
kegiatan perseorangan.
d. Kurangnya disiplin diri, ditambah lagi dengan
kemalasan, menyebabkan kelambatan penyelesaian program oleh beberapa siswa.
Kebiasaan dan pola perilaku baru perlu dikembangkan sebelum dapat berhasil
dalam belajar mandiri. Dikarenakan alasan ini, lebih baik menetapkan batas
waktu (mingguan atau bulanan) yang dapat disesuaikan oleh siswa menurut
kecepatannya masing-masing.
e. Metode belajar mandiri sering menuntut kerja
sama dan perencanaan tim yang rinci di antara staf pengajar yang terlibat.
Selain itu, koordinasi dengan pelayanan penunjang (sarana, media, percetakan,
dan lain-lain) mungkin diperlukan atau bahkan merupakan suatu keharusan. Semua
ini berlawanan dengan ciri pengajaran tradisional yang hanya dilakukan oleh
seorang guru saja.
4. Tata cara
Dalam merencanakan belajar mandiri, banyak
pendekatan yang dapat diterapkan. Yang termudah adalah dengan merancang suatu
jalur tunggal untuk semua siswa dan memilih bahan pengajaran apa saja yang
dibutuhkan di antara beraneka bahan komersial yang tersedia (bahan cetak, alat
peraga, foto, rekaman video, dan lain-lain). Bahan seperti itu telah dirancang
untuk disajikan secara konvensional, sehingga sedikit atau bisa tidak ada sama
sekali keikutsertaan yang dituntut dari siswa. Untuk memberikan peluang bagi
keikutsertaan, pengajar mungkin perlu membuat lembar kerja atau alat bantu lain
yang meminta siswa untuk segera menanggppi atau melakukan sesuatu sebagai
reaksi terhadap informasi dalam setiap bagian bahan ajar setelah disajikan.
Kita mengetahui bahwa tidak semua siswa
belajar dengan kecepatan sama. Karena itu, mereka harus diperbolehkan belajar
sesuai dengan waktu yang cocok bagi mereka dan juga menentukan sendiri
kecepatan mereka. Seseorang mungkin ingin agak lama mempelajari bahan tertentu
dan lebih cepat dengan bahan yang telah dipahaminya.
Cara yang lebih baik untuk merencanakan
belajar mandiri adalah memulai dengan bermacam-macam bahan agar mencapai
sasaran dan kemudian merencanakan lebih dari satu urutan pengajaran untuk
memberikan peluang kepada perbedaan di antara siswa secara perseorangan.
Berdasarkan atas persiapan dan kebutuhan, beberapa siswa mungkin mengambil
jalur tercepat, bahkan berpacu dan menggunakan sedikit bahan saja untuk sampai
pada ujung jalur tersebut. Siswa lain mungkin memerlukan jalur yang lebih
lambat yang penuh dengan ilustrasi konkret atau contoh, lebih banyak latihan,
telaahan, atau bahkan bagian kecil dari bahan ajar dengan pengulangan
penjelasan dalam tautan yang berbeda-beda.
Setiap orang berbeda dalam gaya belajar.
Beberapa siswa merasa paling bermanfaat apabila mereka belajar dari bahan
visual, sementara yang lain dari media cetak, atau dengan pengalaman sendiri.
Karena itu, mungkin lebih baik apabila kita mengumpulkan atau menyiapkan
bermacam-macam bahan untuk membahas seperangkat sasaran pengajaran, kemudian
mendorong setiap siswa untuk memilih cara belajar yang mereka sukai. Sebagai
contoh, apabila sebuah sasaran menuntut penggunaan perlengkapan laboratorium,
program yang dirancang untuk menguasai sasaran tersebut mungkin memberikan
penjelasan dengan bahan cetak, foto, film atau video dengan waktu putar pendek,
dan perlengkapan itu sendiri. Seorang siswa mungkin mulai dengan menyaksikan
peragaan lewat video yang disusul dengan latihan dengan menggunakan perlengkapan;
siswa lain mungkin lebih suka memulai dengan membaca lembar petunjuk, lalu
disusul dengan memerhatikan sejumlah foto sebelum berlatih menggunakan
perlengkapan; siswa yang lain lagi mungkin langsung menggunakan perlengkapan
secara coba-coba.
Ringkasnya, dengan menyadari bahwa
keikutsertaan aktif merupakan unsur terpenting untuk belajar, perancang
berbagai pengajaran dapat mengembangkan berjenis-jenis pengalaman bagi para
siswa. Pengalaman belajar ini dapat berkisar dari suatu program yang terstruktur
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk maju sesuai dengan kecepatannya
sendiri sampai kepada program yang memberikan kebebasan dan tanggung jawab
penuh kepada siswa untuk memilih kegiatan dan bahan pelajaran mereka sesuai
dengan gaya belajar atau selera mereka masing-masing.
5. Contoh
Beberapa tata cara untuk melaksanakan belajar
sesuai dengan kecepatan sendiri diuraikan berikut ini. Tata cara ini dimulai
dari penggunaan bahan dipersiapkan sendiri dalam bentuk yang sederhana, bahan
yang diperdagangkan yang perlu penyesuaian, sampai pada program mandiri
berskala besar yang dirancang secara bersistem.
6. Kontrak Siswa
Siswa membuat perjanjian dengan pengajar untuk
mencapai sasaran yang dapat diterima, sering dengan menyelesaikan suatu tugas
untuk memperoleh imbalan (angka kredit, izin untuk ikut dalam kegiatan khusus,
atau untuk bebas dari tugas). Bisa saja pengajar yang menyarankan sumber
belajar, tetapi bisa juga siswa itu sendiri yang memutuskan apa yang harus
dilakukan untuk mencapai sasaran dan melaksanakan tugas.
7. Buku Ajar/ Lembar Kerja
Untuk dapat mempelajari isi buku ajar atau bahan
cetak lain yang dipakai sebagai bagian yang terpadu dalam mata ajar, siswa
sering kali memerlukan bimbingan. Hal ini terjadi karena keterampilan membaca
dan bahasa siswa terbatas.
Sejumlah sasaran dikembangkan dari bahan
dalam buku ajar. Sementara itu, lembar kerja mengarahkan siswa untuk dapat
mempelajari bab-bab dalam buku ajar dan menyediakan latihan yang harus
dikerjakan, pertanyaan yang harus dijawab, dan kegiatan lainnya. Ujian
swaperiksa atau tugas untuk menerapkan bahan yang dipelajari mengakhiri
telaahan setiap bab. Setelah menyelesaikan semua tugas, siswa seharusnya
menjadi lebih slap untuk mengikuti tugas yang diberikan dalam kelas yang
menuntut tidak saja pemahaman, tetapi juga penerapan bahan buku ajar.
8. Buku Belajar Mandiri Terprogram Atau Pengajaran Berdasarkan Komputer
Sebuah buku ajar mandiri atau program komputer
menyajikan secara berurutan informasi yang mengupas pokok bahasan dalam
bagian¬bagian. Program ini pada umumnya mengandung suatu pernyataan tentang
sejumlah sasaran, uji-awal, dan sederetan "bingkai" dalam urutan
lurus atau bercabang (yang mempunyai pilihan alternatif). Siswa menanggapi
secara bertahap pertanyaan yang menguji kepahamannya tentang bahan yang
dipelajari. Hasil belajar dapat langsung diketahui. Pada akhir setiap urutan
atau program, tersedia ujian mengenai apa yang baru dipelajari. Tata cara yang
menggunakan buku ajar mandiri atau pengajaran berdasarkan komputer ini disebut
belajar interaktif.
Sumber belajar seperti yang telah
dikemukakan dapat memenuhi berbagai tujuan penting.
a. Menyiapkan bahan ajar untuk berbagai bagian
khusus dan sebuah mata ajar yang mempersyaratkan penguasaan berbagai istilah
dasar dan beraneka fakta tertentu.
b. Mengarahkan penelaahan atau pelajaran perbaikan
tentang suatu pokok bahasan.
c. Memberikan penjelasan rinci tentang suatu pokok
bahasan, termasuk penerapan simulasi mengenai bahan ajar.
Penggunaan program komputer makin lama
makin meningkat dalam upaya memenuhi kebutuhan yang dulunya dipenuhi oleh buku
ajar mandiri.
9. Pita Rekaman Suara/Lembar Kerja
Dengan sebuah pita rekaman suara dan lembar kerja,
siswa membaca informasi, merujuk pada diagram atau media pandang lain,
memecahkan masalah, dan menyelesaikan kegiatan lain atas petunjuk suara
pengajar dalam pita rekaman. Rekaman ini memberi petunjuk, informasi,
penjelasan tentang jawaban, dan bantuan tutorial lainnya.
Gabungan pita rekaman suara dan
lembar kerja dapat dikembangkan untuk menguraikan pokok bahasan tertentu dalam
mata ajar yang belum ada bahan pengajarannya atau yang membutuhkan pendekatan
unik. Pita rekaman yang berisi suara pengajar merupakan metode penyajian yang
bersifat pribadi, informal, dan menarik. Gabungan tersebut merupakan paket yang
dapat dipakai dengan mudah oleh siswa di mana saja atau kapan saja.
10. Media Pandang/ Lembar Petunjuk
Media pandang dengan lembar petunjuk dapat dipakai
apabila siswa memerlukan pengarahan atau petunjuk untuk menjalankan suatu
perlengkapan, melaksanakan suatu proses, atau menyelesaikan suatu kegiatan
dengan cermat. Semua bahan ini sering disebut alat bantu kerja. Media pandang,
baik dalam bentuk gambar diam ataupun film, dapat mengarahkan siswa melewati
langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas khusus.
Terdapat banyak pilihan untuk merancang
bahan baru atau menyelesaikan bahan yang telah ada. Pilihan tersebut termasuk
foto, slide, film, rekaman video, dan/atau lembar petunjuk tercetak. Media
pandang dapat ditempatkan di bengkel kerja, laboratorium, atau toko, atau
dipersiapkan untuk dapat diambil dan dipelajari kapan saja jika diperlukan.
Apabila media pandang digabungkan dengan lembar petunjuk tercetak yang
merangkum suatu pelaksanaan kegiatan atau memberikan informasi mengenai fakta
atau informasi tambahan, kita akan mendapatkan paket belajar sendiri yang
lengkap tentang suatu pokok bahasan.
11. Paket Nekamedia
Seperti yang tercermin dari namanya, paket
nekamedia terdiri atas beberapa jenis bahan sumber media, yang dipakai pada
waktu bersamaan atau secara berurutan dalam situasi belajar mandiri. Suatu
paket biasanya menjelaskan pokok bahasan tunggal dalam sebuah mata ajar. Paket
dapat memberikan pengajaran untuk pokok bahasan yang memerlukan foto keadaan
sesungguhnya atau lambang berupa diagram dengan penjelasan lisan.
Paket nekamedia yang disiapkan untuk
diperdagangkan terdapat dalam berbagai bentuk: slide atau seperangkat carikan
film dengan kaset dan bahan cetak yang berkaitan; atau suatu program komputer
interaktif/sistem kaset video atau piringan video dengan bahan cetak. Bahan
cetak dapat mencakup gabungan antara bacaan, lembar kerja, dan latihan swauji.
Di samping itu, perlengkapan dan peralatan mungkin juga merupakan bagian dari
seperangkat alat yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan.
Sebagai bagian dari paket ini perlu ada
silabus atau pedoman bagi pemakai, yang menjelaskan: (a) sasaran belajar paket,
(b) pedoman penggunaan, dan (c) cara menilai hasil penggunaan paket.
12. Sistem Pengajaran Perseorangan (PSI=Personalized
System of Instruction)
Metode PSI dengan belajar mandiri (dikembangkan
oleh psikolog Fred Keller dan sering disebut Rencana Keller) adalah pendekatan
yang dapat diterapkan pada suatu pelajaran yang lengkap. Pendekatan ini umumnya
berdasarkan pada sebuah buku ajar dengan satuan pelajaran yang terdiri atas
bacaan, pertanyaan, dan soal. Sumber pengajaran tidak hanya dibatasi pada bahan
tertulis saja. Media lain, baik berupa media pandang dan/atau dengar, dapat
disisipkan.
Setelah mempelajari setiap bagian bahan
dan menjawab seperangkat pertanyaan yang berkaitan atau menyelesaikan berbagai
kegiatan, siswa melaporkan kepada pengawas atau tutor bahwa ia siap untuk diuji
tentang bagian tertentu dari bahan ajar. Setelah ujian selesai dikerjakan, segera
dinilai oleh pengawas (siswa lain yang telah menyelesaikan pelajaran dengan
berhasil), yang kemudian menunjukkan hasil ujian tersebut kepada siswa. Apabila
siswa berhasil dengan memuaskan (umumnya dengan tingkat kemampuan 80-90%), ia
dapat melanjutkan ke bab atau satuan pelajaran berikutnya. Apabila tingkat
(ditentukan oleh ujian) belajar yang telah dipersyaratkan tidak dicapai,' siswa
harus mempelajari kembali bahan ajar tersebut, dan apabila sudah siap, menempuh
ujian lagi dalam bentuk lain.
Tata cara ini berulang sampai siswa
mencapai keberhasilan sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan. Meskipun
beberapa mata ajar. dipelajari secara perseorangan, tidak semua proses belajar
harus berlangsung sendirian seperti itu. Beberapa pengajar mengadakan pertemuan
dengan kelas atau kelompok kecil siswa untuk memberikan ceramah dan berdiskusi.
Di samping itu, hubungan antara siswa' perseorangan dengan pengawas, untuk
tujuan evaluasi dan balikan langsung, dapat mendorong kegiatan belajar
selanjutnya.
13. Metode Tutorial dengan Media Suara (Metode
AT = Audio- tutorial method)
Suatu pendekatan bersistem lengkap lainnya untuk
belajar nnandiri adalah metode AT - tutorial dengan media suara. Pendekatan
dirancang oleh botaniwan Samuel N. Postlethwait. Prosesnya meliputi tiga
komponen utama: (a) pertemuan kelompok besar (kelas), biasanya dilakukan setiap
minggu dan mempunyai sejumlah tujuan, seperti memperkenalkan pokok bahasan
baru, mernperkenalkan pembicara tamu, mempertunjuk can film, atau melaksanakan
ujian; (b) kegiatan belajar mandiri di laboratorium yang sesuai dengan
pelajaran itu; (c) pertemuan diskusi kelompok, yang memberi kesempatan kepada
siswa untuk bertanya, melaporkan sesuatu, dan ikut dalam bentuk interaksi
lainnya.
Disediakan sebuah pedoman belajar yang terdiri
atas sejumlah sasaran belajar, kegiatan, latihan, dan ujian swaperiksa. Pita
rekaman suara digunakan selama periode belajar mandiri untuk membimbing siswa
melalui pengalaman belajar. Isi rekaman tersebut tidak berupa ceramah. Suara
pengajar pada pita rekaman memberikan beberapa informasi, bimbingan tutorial,
dan pengarahan bagi siswa. Kegiatan yang diarahkan oleh suara dalam kaset dapat
mencakup membaca buku dan artikel, mempelajari bahan yang ditayangkan lewat
media pandang, menjawab pertanyaan pada lembar kerja, melaksanakan kegiatan
laboratorium apabila diperlukan. Pita rekaman juga memberikan jawaban kepada
siswa sebagai balikan tentang pelajaran. Pengajar atau asisten biasanya berada
di laboratorium dan siap melayani siswa dalam menjawab pertanyaan.
F. Latihan
1. Kemukakan kegiatan guru dalam pembelajaran!
2. Kemukakan ciri pembelajaran yang efektif!
3. Jelaskan kondisi dan asas belajar yang dianggap
berhasil!
4. Jelaskan beberapa metode pembelajaran yang
efektif dalam meningkatkan daya tarik pembelajaran!
5. Kemukakan kelebihan dan kekurangan berbagai
metode pembelajaran!
6. Kemukakan karakterisktik belajar mandiri!
7. Kemukakan berbagai jenis media pembelajaran!
8. Jelaskan perbedaan media pembelajaran yang
bersifat audio, visual, dan audiovisual!
Pendidikan akan tumbuh dalam suasana
membangun persahabatan. Dalam
pergaulan
tertanam nilai-nilai pendidikan yang akan
menjadi jati did masyarakat bangsa.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan tanggapan
kelompok dapat disimpulkan “Jabatan Profesional dan Tantanagan Guru dalam
Pembelajaran Jabatan” guru merupakan jabatan profesional yang menghendaki orang
yang menjabat sebagai guru harus bekerja profesional. Bekerja dengan
profesional berarti harus berbuat dengan keahlian. Oleh karena itu seorang guru
perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi
pembelajaran yang dianggap cocok dengan materi pembelajaran, termasuk di
dalamnya memanfaatkan bebagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin
efektifitas pembejaran. Selain itu, sebagai jabatan yang professional seorang
guru harus mempunyai berbagai kompetensi yang meliputi kompetensi intelektual,
kompetensi pedagogi, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian;
Guru BK secara bertahap dapat ditingkatkan
kemampuannya menjadi pembimbing profesional, yang menguasai berbagai kemampuan,
keterampilan dan teknik-teknik intelektual serta mampu menampilkan layanan yang
unik dan bermakna bagi perkembangan semua siswa di sekolah melalui pendidikan
lanjutan, pelatihan dan atau workshop. Mengingat kekuatan, kelemahan yang
terdapat pada guru pembimbing untuk menjadi pembimbing profesional, serta
peluang dan ancamannya, maka pembimbing sekolah merupakan prioritas pertama
untuk dikembangkan menjadi pembimbing profesional melalui workshop dan
pelatihan. Dalam kaitan itu perencanaan strategik dan teknik peningkatan mutu
berdasarkan kompetensi merupakan pendekatan yang digunakan dalam penyusunan
program peningkatan mutu pembimbing. Program pengembangan profesionalitas
pembimbing sekolah dirancang berdasarkan pilihan nilai filsafah negara
Pancasila, Spesifikasi hasil program diarahkan untuk peningkatan kemampuan dan
keterampilan tertentu yang belum dikuasai pembimbing sekolah dalam menjalankan
tugasnya. Isi program pengembangan pembimbing sekolah, mencakup aspek-aspek;
hubungan antarpribadi; penyusunan dan pengembangan program; konseling
individual dan kelompok serta keterampilan konseling; konsultasi; testing; dan
dasar-dasar penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah
Uno,(2007). Profesi Kependidikan; problema, solusi,dan reformasi pendidika
di Indonesia.jakarta : Penerbit
Sinar Grafika Offset.
Sudianto, Akur. (2008). Konselor Dan Profesi
Konseling (Pengembangan
Profesionalitas
Konselor Sekolah/Madrasah Dalam Jabatan).Padang: Makalah Konvensi Nasional II IKI dan
Seminar Internasional Konseling.
Usman, Uzer, Muh .(2001). Menjadi
Guru Profesional. Bandung : Rosda Karya
Soetjipto.(2000). Profesi Keguruan.
Jakarta : Rineka Cipta
Ikatan Konselor Indonesia (Divisi ABKIN), (2008). Arah pemikiran
pengembangan profesi konselor.
Djam’an
Satori,(No Year).Profesi Keguruan.Jakarta:Penerbit
Universitas Terbuka.
Buchari
Alma.(2009) Guru Profesional Menguasai Metode dan Trampil
Mengajar.
Bandung:Penerbit ALFABETA.
Juhri AM.,
(1997). Kepemimpinan dan Superfisi Pengajaran dalam Teori dan
Praktek. Bandar Lampung : Gunung Pesagi.
Mulyasa,(2002).Kurikulum
Berbasis Kompetensi; Konsep, Teori,dan Implementasi.
Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Soetjipto dan
Rafllis Kosasih, (1999). Profesui Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta
Syafrudin Nurdin
dan Basyirudin Usman .(2003). Guru Profesional dan
Implementasi Kurikulum. Jakarta: Penerbit
Ciputra Press.
Udin Syarifudin
saud.(2009). Pengembangan Profesi Guru.
Bandung: Penerbit ALFABETA.
Zainal
Aqib dan elham rahmanto. (2007).
Membangun Profesionalisme Guru dan
Pengawas Sekolah.
Bandung: CV YRAMA WIDYA
Undang-Undang No
14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen
serta Standar Nasional
Pendidikan . Jakarta: CV Tamita Utama
http://einsteinfisika.blogspot.com/2011/07/jabatan-profesional-dan-tantang-guru.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukan anda dan kritik anda sangat berarti demi kemajuan saya terimakasih atas saran-saran dari anda semua semoga bermanfaat bagi saya dan kita semua.... Amiin