KONSEPSI BELAJAR
(THORNDIKE, BEHAVIOR DAN MEDAN )
1.
TEORI BEHAVIORISME
Behaviorisme adalah sebuah studi tentang
kelakuan manusia. Timbulnya aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadap
psiologi daya dan teori mental state. Sebabnya
ialah karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi kesadarannya
saja.
Berkat pandangan
dalam psikologi dan naturalisme dan naturalisme sience maka timbullah aliran baru ini. Jiwa atau sensasi atau image tak dapat diterangkan melalui jiwa
itu sendiri karena sesungguhnya jiwa itu adalah respon-respon fisiologis.
Aliran lama memandang badan adalah skunder padahal sebenarnya justru menjadi
pangkal titik bertolak. Natural sience melihat
semua realita sebagai gerakan-gerakan (movement)
dan pandangan ini mempengaruhi timbulnya behaviorisme. Metode intropeksi
sesungguhnya tidak tepat, sebab menimbulkan pandangan yang berbeda-beda dari
objek luar. Karena itu harus di cari metode yang objektif dan ilmiah. Dari
eksperimen menunjukkan bahwa tikus dapat membedakan warna merah dan warna hijau
dan dapat pula dilatih. Jadi, kesadaran itu tidak ada gunanya.
Menurut aliran
behaviorisme, bahwa :
1.) The
image and memories consist of activities engaged in by the organism. We make
certain responses, we act the activities are known as images.
2.) Behaviorism
in psychology is merely the name for that type of investigation and theory
which assumes that men’s educational, vocational and social activities can be
completely described or explained as the result of same (and other) forces used
in natural sciences.
Di dalam behaviorisme asalah matter (zat) menempati kedudukan yang
utama. Jadi, melalui kelakuan segala sesuatu tentang jiwa dapat diterangkan.
Memlalui behaviorisme dapat dijelaskan kelakuan manusia secara saksama dan
memberikan program pendidikan yang memuaskan.
Dari konsepsi tersebut, jelaslah bahwa
konsepsi behaviorisme besar pengauhnya terhadap masalah belajar. Belajar
ditafsirkan sebagai latihan-latihan pembentukan hubngan antara stimulus dan
respons.
Rumpun teori ini
disebut brhaviorisme karena sangat menekankan prilaku atau tingkah laku yang
dapat diamati dan diukur.
Ada ciri-ciri
teori behaviorisme ini menurut (Syoadih Sukmadinata, 2003 :168) yaitu :
1.
mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil;
2.
bersifat mekanistis;
3.
menekankan peranan lingkungan;
4.
mementingkan pembentukan reaksi atau respons;
5.
menekankan pentingnya latihan.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa behaviorisme
merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari
sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan
kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat
dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata
melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu.
Koneksionisme merupakan teori yang paling awal
dari rumpun behaviorisme. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain
dari suatu hubungan antara perangsang-jawaban atau stimulus-respons sebanyak-banyaknya.
Siapa yang menguasai stimulus-respons sebanyak-banyaknya adalah orang pandai
dan berhasil dalam belajar. Pembentukan hubungan stimulus-respons dilakukan
dengan melalui ulangan-ulangan.
Dengan demikian teori ini memiliki kesamaan dalam
cara mengajarnya dengan teori psikologi daya atau herbartisme.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari
pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
2. THORNDIKE Teori Koneksionisme (Connectionism) (S-R Bond Theory)
Connectionism ( S-R
Bond Theory) tokoh yang sangat tekenal mengembangkan teori ini adalah Thorndike
(1874-1949), dengan eksperimennya belajar pada binatang yang juga berlaku bagi
manusia yang disebut :”Thorndike” dengan “trial
and error”. Thorndike menghasilkan teori belajar “Connectionism” karena belajar merupakan pembentukan
koneksi-koneksi antara S-R (stimulus dan respons).
Edward Lee Thorndike (1874 - 1949): Thorndike yang lahir di Wiliamsburg
pada tanggal 31 Agustus 1874 dan meninggal di Montrose , New York ,
pada tanggal 10 Agustus 1949, adalah tokoh lain dari aliran fungsionalisme
Kelompok Columbia. Setelah ia menyelesaikan pelajarannya di
Harvard , ia bekerja di Teacher's College of Columbia di bawah pimpinan James Mckeen
Cattell. Di sinlah minatnya yangbesar timbul terhadap proses belajar, pendidikan,
dan intelegensi. Pada tahun 1898, yaitu pada usia 24 tahun, Thorndike
menerbitkan bukunya yang berjudul Animal Intelligence, An Experimental Study
of Association Process in Animal. Buku ini yang merupakan hasil penelitian
Thorndike terhadap tingkah laku beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing,
dan burung, mencerminkan prinsip dasar dari proses belajar yang dianut
Thorndike, yaitu bahwa dasar dari belajar (learning) tidak lain
sebenarnya adalah asosiasi. Suatu stimulus (S), akan menimbulkan suatu respons
(R) tertentu. Teori ini disebut sebagai teori S-R.
Dalam teori S-R dikatan
bahwa dalam proses belajar, pertama kali organisme (hewan, orang) belajar
dengan cara coba-salah (trial and error). Kalau organisme berada dalam
suatu situasi yang mengandung masalah, maka organisme itu akan mengeluarkan
serentetan tingkah laku dari kumpulan tingkah laku yang ada padanya untuk
memecahkan masalah itu, dan berdasarkan pengalaman itulah, maka pada kali lain
kalau ia menghadapi masalah yang serupa, organisme sudah tahu tingkah laku mana
yang harus dikeluarkannya untuk memecahkan masalah.
Ia mengasosiasikan suatu masalah tertentu dengan
suatu tingkah laku tertentu. Seekor kucing, misalnya; yang dimasukkan dalam
kandang yang terkunci, akan bergerak, berjalan, meloncat, mencakar, mengeong,
dan sebagainya, sampai pada suatu saat secara kebetulan ia menginjak suatu
pedal dalam kandang itu sehingga kandang itu terbuka. Sejak itu, kucing akan
langsung menginjak pedal kalau ia dimasukkan dalam kandang yang sama.
Dalam proses belajar yang mengikuti prinsip coba-salah ini ada beberapa
hukum yang dikemukakan Thorndike:
A.
Hukum-Hukum Belajar Thorndike
Ada beberapa hukum yang dikemukakan Thorndike:
- Hukum Efek (Pengaruh) (The Law of Effect)
Intensitas
hubungan antara S dan R meningkat apabila hubungan itu diikuti
oleh keadaan yang menyenangkan. Sebaliknya,
hubungan itu akan berkurang, kalau diikuti oleh keadaan yang tidak
menyenangkan. Dengan demikian, maka setiap tingkah laku yang menghasilkan
keputusan tertentu, akan diasosiasikan dengan situasi tersebut. Jadi, apabila
situasi tampil lagi, maka tingkah laku akan tampil lagi.
Dalam contoh kucing dalam kandang di atas,
tingkah laku injak pedal akan diasosiasikan dengan situasi menyenangkan karena
terbebas dari kandang. Dengan teorinya ini Thorndike dapat dikatakan sebagai
penganut paham asosiasionisme baru. Berbeda dengan asosiasionisme lama yang
dianut oleh John Locke dan Mills bapak beranak, maka asosiasionisme baru tidak
menghubungkan antara ide dengan ide, melainkan menghubungkan antara stimulus
dengan respons atau respons dengan respons.
- Hukum Latihan (The Law of Exercise) atau hukum guna-tak guna (The Law od Use and Disuse)
Hubungan
S-R juga dapat ditimbulkan atau didorong melalui latihan
yangberulang-ulang. Dengan demikian, ini berarti pula, hubungan S-R juga
dapat ditimbulkan atau didorong melalui latihan yang berulang-ulang. Dengan demikian, ini berarti pula,
hubungan S-R dapat melemah kalau tidak dilatih atau dilakukan
berulang-ulang. Karena kegunaan R terhadap suatu S tertentu dalam
hal yang terakhir ini tidak bisa lagi dirasakan atau makin lama makin
menghilang pada organsime yang bersangkutan.
- Hukum Kesediaan/Kesiapan (The
Law of Readiness)
Artinya
bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari
pemdayagunaan satuan pengantar (conduction
unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong
organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
Apabila
suatu ikatan (bond) siap untuk berbuat, perbuatan itu memberikan kepuasan, sebaliknya
apabila tidak siap maka akan menimbulkan
ketidakpuasan/ketidaksenangan/terganggu.
Tambahan hukum Thorndike :
1.
Hukum Reaksi Bereaksi (Multiple Response)
2.
Hukum Sikap (Set/Attitude)
3.
Hukum Aktivitas Berat Sebelah(Prepotency of Element)
4.
Hukum Respon by Analogy
5.
Hukum Perpindahan Asosiasi
Beberapa revisi hukum belajar :
- Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan tidak cukup untuk memperkuat hubungan stimulus respon sebaliknya tanpa pengulangan hubungan stimulus respon belum tentu diperlemah.
- Hukum akibat direvisi. Dikatakan oleh Thorndike bahwa yang berakibat positif untuk perubahan tingkah laku adalah hadiah sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa.
- Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan , tetapi adanya saling sesuai antara stimulus & respon.
- Akibat suatu perbuatan dapat menular (Spread of Effect) baik pada bidang lain maupun pada `individu lain.
Sehubungan dengan
teorinya tentang Hukum Efek di atas, Thorndike sampai pada bukunya yang ditulis
bersama tokoh Kelompok Columbia lain bernama Woodworth, Thorndike mengemukakan
bahwa apa yang telah dipelajari terdahulu akan mempengaruhi apa yang dipelajari
kemudian.
Apabila hal yang dipelajari kemudian mempunyai
banyak persamaan dengan hal yang dipelajari terdahulu, maka akan terjadi transfer yang positif di mana hal yang
baru itu tidak akan terlalu sulit dipelajari. Misalnya; orang yang sudah pernah
belajar menunggang kuda, tidak akan terlalu sulit belajar mengemudikan kereta
berkuda. Sebaliknya, kalau antara hal yang dipelajari kemudian dan hal yang
dipelajari terdahulu terdapat banyak perbedaan;
Maka akan sulitlah mempelajari hal yang kemudian
itu, dan di sini terjadi transfer yang
negatif. Misalnya; seorang yang sudah biasa menulis dengan tangan kiri,
karena menulis dengan tangan kiri sama sekali lain caranya daripada menulis
dengan tangan kanan. Prinsipnya mengenai transfer ini kemudian diamalkannya ke
dalam dunia pendidikan dan ditulisnya dalam buku Educational Psychology
(1903) dan karena prestasi-prestasinya itulah Thorndike akhirnya diangkat
menjadi guru besar di Teacher's College of Columbia.
B.
Prinsip-Prinsip Thorndike
Hukum-hukum yang dikembangkan oleh Thorndike itu,
dewasa ini lebih di lengkapi dengan prinsip-prisip sebagai berikut:
1. Siswa
harus mampu membuat berbagai jawaban terhadap stimulus (multiple responses).
2.
Belajar dibimbing/diarahkan ke suatu tingkatan yang
penting melalui siswa itu sendiri.
3.
Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik dapat
digunakan juga terhadap stimulus yang lain (bukan stimuli yang semula), yang
oleh Thorndike disebut dengan perbuatan asosiatif (assosiative shifting).
4.
Jawaban-jawaban terhadap situasi-situasi baru dapat
dibuat. Apabila siswa melihat adanya analogi dengan situasi terdahulu.
5.
Siswa dapat mereaksi secara selektif terhadap
factor-faktor yang esensial di dalam situasi (prepotent element).
C. Pokok Pandangan dari Conetionism Theory Thorndike
Beberapa pandangan dari
conetionism theory ini adalah sebagai berikut :
1.
Pada umumnya menerangkan bahwa kelakuan adalah berkat
pengaruh atau perbuatan dari lingkunan terhadap individu.
2.
Menjelaskan kelakuan dan motivasi secara mekanis.
3.
Kurang memperhatikan proses mengenal dan berfikir.
4. Mengutamakan/menitikberatkan pada
pengalaman – pengalaman masa lampau.
5. Menganggap bahwa situasi keseluruhan
adalah terdiri dari bagian-bagian. Pandangan ini sagat berbeda dengan pandangan Field Theory yang bersumber pada psikologi Gestalt.
3. TEORI BELAJAR MEDAN
o
Teori ini menggambarkan bagaimana pribadi
mendapatkan pengertian (wawasan) tentag dirinya sendiri dan alamnya.
o
Teori ini memusatkan perhatiannya pada faktor
psikologis pribadi (siswa) yang sedag belajar yang dinyatakan dalam bentuk
konsep ‘life space’ (kebutuhan, tujuan, vektor, barrier, lingkungan psikologis
dan pribadi dari individu itu).
A. Teori
Belajar Gestalt (Theory Cognitive Gestalt-Filed)
Psikologi Gestalt ini juga terkenal
sebagai ”Teori Medan (Field)” atau
lazim disebut dengan cognitive field theory. Kelompok pemikiran ini sependapat
pada suatu hal yakni suatu prinsip dasar bahwa pengalaman manusia memliki
kekayaan medan yang memuat secara keseluruhan lebih dari pada
bagian-bagiannya.
Keseluruhan ini memberikan prinsip belajar
yang penting, antara lain :
1.
Manusia
bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara
itelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya.
2.
Belajar
adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
3.
Manusia
berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan
segala aspek-aspeknya.
4.
Belajar
adalah perkembangan kearah diferensiasi yang lebih luas.
5.
Belajar
hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.
6.
Tidak
mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi mmberikan dorongan untuk menggerakan seluruh
organisme.
7.
Belajar
akan berhasil kalau ada tujuan.
8.
Belajar
merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang
diisi.
Belajar sangat menguntungkan untuk
memecahkan masalah. Hal ini nampaknya sangat relevan dengan konsep teori
belajar yang diawali dengan suatu pengamatan. Belajar memecahkan masalah
diperlukan pengamatan secara cermat dan lengkap. Kemudian bagaimana seseorang
tersebut dapat memecahkan suatu masalah.
Menurut J. Dewey ada 5 upaya pemecahannya
yakni :
- Realisasi adanya masalah. Jadi harus memahami
apa masalahnya dan juga harus dapat merumuskan.
- mengahukkan hipotesa, sebagai suatu
jalan yang memberi arah pemecahan masalah.
- Mengumpulkan data atau informasi,
dengan bacaan atau dari sumber-sumber lain.
- Menilai dan mencobakan uaha
pembuktian hipotesa dengan keterangan-keterangan yang diproleh.
- Mengambil kesimpulan, membat laporan/
membuat sesuatu dengan hasil pemecahan soal itu.
Teori medan ini mengibaratkan pengalaman
manusia sebagai lagu atau melodi yang lebih daripada kumpulan not, demikian
pula pengalaman manusia tidak dapat dipresepsi sebagai sesuatu yang terisolasi
dari lingkungannya.
Dengan kata lain berbeda dengan teori
asosiasi maka teori medan ini melihat makna dari suatu fenomena yang relatif
terhadap lingkungannya. Sesuatu dipresepsi lebih pendek jika objek lain lebih
panjang. Warna abu-abu akan terlihat cerah apabila pada bidang berlatarbelakang
hitam pekat.warna abu-abu akan terlihat biru pada latar berwarna kuning.
Belajar melibatkan proses
mengorganisasikan pengalaman-pengalaman kedalam pola-pola yang sistematis dan
bermakna. Belajar bukan merupakan penjumlahan (aditif), sebaliknya belajar mlai
dengan mempresepsi keseluruhan, lambat laun terjadi proses diferensiasi, yakni
menangkap bagian-bagian dan detail suatu objek pengalaman.
Dengan memahami bagian atau detail, maka
presepsi awal akan keseluruhan objek yang masih agak kabur menjadi semakin
jelas. Belajar menurut paham ini merupakan bagian dari masalah yang lebih besar
yakni mengorganisasikan presepsi kedalam suatu struktur yang lebih kompleks
yang makin menambah pemahaman akan medan.
Medan diartikan sebagai keseluruhan dunia
yang bersifat psikologis. Seseorang mereaksi terhadap lingkungannya sesuai
dengan presepsinya terhadap lingkungan pada saat tersebut. Mansia mempresepsi
lingkungan secara selektif, tiak semua objek masuk kedalam fokus presepsi
idividu, sebagian berfungsi hanya sebagai latar.
Tekanan kedua pada psikologi Medan ini
adalah sifat bertujuan dari prilaku manusia. Individu menentukan tujuan
berdasarkan tilikan (insight) terhadap situasi yag dihadapinya. Prilaku akan
dilihat cerdas atau tidak tergantung epada memadai atau tidaknya pemahamannya
akan situasi.
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang
mempunyai padangan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan
Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai
sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh
prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
a. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu
menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure
(bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan,
warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure
dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran
antara latar dan figure.
b. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik
waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk
tertentu.
c. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan
cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
d. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan
yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu
figure atau bentuk tertentu.
e. Kesederhanaan (simplicity); bahwa
orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan
reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris
dan keteraturan; dan
f. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi
kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan
Gestalt, yaitu:
a. Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku
“Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot
atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah perilaku dalam
keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah,
bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar”
lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.
b.
Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara
lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah
lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada
sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu
yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu
lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).
c. Organisme
tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian
peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya,
adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini
dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan
tampak seperti gunung atau binatang tertentu.
d. Pemberian
makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses
yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang
dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
a. Hukum Belajar Gestalt ( Hukum Proses Pengamatan )
o
Prägnanz
= momot (Jawa) / meaningfull : banyak isi dan arti. Ini menunjukkan tentang
berarahnya segala kejadian yaitu berarah kepada prägnanz yaitu keadaan yg
seimbang (gestalt yang baik).
o
Hukum
tambahan (untuk memperkuat/membantu proses menjadi prägnanz), meliputi:
proximity (keterdekatan), closure (ketertutupan), dan similiarity (kesamaan).
b. Aplikasi Teori Gestalt Dalam Proses Pembelajaran
Aplikasi Teori Gestalt dalam proses
pembelajaran antara lain :
a. Pengalaman tilikan (insight);
Bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam
perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan
tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning);
Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan
menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas
makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini
sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi
masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari
peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses
kehidupannya.
c. Perilaku
bertujuan (pusposive behavior);
Bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku
bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya
dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan
efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena
itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran
dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d.
Prinsip ruang hidup (life space);
Bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan
dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang
diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan
kehidupan peserta didik.
e.
Transfer dalam Belajar;
Yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi
pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt,
transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari
suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam
situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan
pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan
kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar
akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok
dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam
memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya
dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi
yang diajarkannya.
B. TEORI MEDAN (Kurt Lewin) Teori belajar“Cognitif-field”
- Psikologi
yang berpedoman pada medan kognitif menggunakan medan berupa dunia
psikologis secara total di mana pribadi tinggal pada suatu waktu
(psikologis masa lampau, sekarang, dan masa yg akan datang).
Teori ini dikembangkan oleh Kurt Lewin (1892-1947) dengan menaruh perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial. Lewin memandang bahwa masing-masing individu berada di dalam suatu
Lewin
berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil tindakan antar
kekuatan-kekuatan, baik yang dari dalam diri individu seperti; tujuan,
kebutuhan, tekanan kejiwaan maupun dari luar diri individu, seperti; tantangan
dan permasalahan.
Menurut Lewin belajar berlangsung sebagai akibat dari
perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan dari dua macam kekuatan, satu
dari strukrtur medan
kognisi itu sendiri dan dari kebutuhan dan motivasi internal individu.
a. Konsep Utama Teori Lewin
Bagi Lewin, teori medan
bukan suatu sistem psikologi baru yang terbatas pada suatu isi yang khas: teori
medan merupakan
sekumpulan konsep dengan dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan
psikologis. Konsep konsep ini harus cukup luas untuk dapat diterapkan dalam
semua bentuk tingkah laku, dan sekaligus juga cukup spesifik untuk
menggambarkan orang tertentu dalam suatu situasi konkret. Lewin juga
menggolongkan teori medan
sebagai “suatu metode untuk menganalisis hubungan hubungan kausal dan
untuk membangun konstruk-konstruk ilmiah”
b. Ciri-ciri utama dari
teori Lewin
Ciri-ciri utama dari teori Lewin, yaitu :
- Tingkah
laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu tingkah laku itu
terjadi
- Analisis
mulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari mana bagian bagian komponennya
dipisahkan
- Orang
yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara matematis.
Konsep
konsep teori medan telah diterapkan Lewin dalam berbagai gejala psikologis dan
sosiologis, termasuk tingkah laku bayi dan anak anak , masa adolsen ,
keterbelakangan mental, masalah masalah kelompok minoritas, perbedaan perbedan
karakter nasional dan dinamika kelompok.
Dibawah ini
kita akan membahas Teori Lewin tentang struktur, dinamika dan perkembangan
kepribadian yang dikaitkan dengan lingkungan psikologis, karena orang orang dan
lingkungannya merupakan bagiab bagian ruang kehidupan (life space) yang
saling tergantung satu sama lain. Life space digunakan Lewin sebagai
istilah untuk keseluruhan medan psikologis.
1.Struktur Kepribadian
Menurut
Lewin sebaiknya menggambarkan pribadi itu dengan menggunakan definisi
konsep-konsep struktural secara spasial. Dengan cara ini , Lewin berusaha
mematematisasikan konsep-konsepnya sejak dari permulaan. Matematika Lewin
bersifat non-motris dan menggambarkan hubungan-hubungan spasial dengan istilah-istilah
yang berbeda. Pada dasarnya matematika Lewin merupakan jenis matematika untuk
menggambarkan interkoneksi dan interkomunikasi antara bidang bidang spasial
dengan tidak memperhatikan ukuran dan bentuknya.
Pemisahan
pribadi dari yang lain-lainnya di dunia dilakukan dengan menggambarkan suatu
figur yang tertutup. Batas dari figur menggambarkan batas batas dari entitas
yang dikenal sebagai pribadi. Segala sesuatu yang terdapat dalam batas itu
adalah P (pribadi): sedangkan segala sesuatu yang terdapat di luar batas itu
adalah non-P.
Selanjutnya
untuk melukiskan kenyataan psikologis ialah menggambar suatu figur tertutup
lain yang lebih besar dari pribadi dan yang melingkupnya. Bentuk dan ukuran
figur yang melingkupi ini tidak penting asalkan ia memenuhi dia syarat yakni
lebih besar dari pribadi dan melingkupinya. Figur yang baru ini tidak boleh
memotong bagian dari batas lingkaran yang menggambarkan pribadi.
Lingkaran
dalam elips ini bukan sekedar suatu ilustrasi atau alat peraga, melainkan
sungguh-sungguh merupakan suatu penggambaran yang tepat tentang konsep-konsep
struktural yang paling umum dalam teori Lewin, yakni pribadi, lingkungan
psikologis dan ruang hidup.
Ruang Hidup
Ruang hidup
mengandung semua kemungkinan fakta yang dapat menentukan tingkah laku individu.
Ruang hidup meliputi segala sesuatu yang harus diketahui untuk memahami tingkah
laku kongkret manusia individual dalam suatu lingkungan psikologis tertentu
pada saat tertentu. Tingkah laku adalah fungsi dari ruang hidup.
Secara
matematis : TL = f( RH)
Fakta fakta
non psikologis dapat dan sungguh sungguh mengubah fakta - fakta psikologis. Fakta-fakta
dalam lingkungan psikologis dapat juga menghasilkan perubahan perubahan dalam
dunia fisik. Ada komunikasi dua arah antara ruang hidup dan dunia luar bersifat
dapat ditembus (permeability), tetapi dunia fisik (luar) tidak dapat
berhubungan langsung dengan pribadi karena suatu fakta harus ada dalam
lingkungan psikologis sebelum mempengaruhi/dipengaruhi oleh pribadi.
Lingkungan Psikologis
Meskipun
pribadi dikelilingi oleh lingkungan psikologisnya, namun ia bukanlah bagian
atau termasuk dalam lingkungan tersebut. Lingkungan Psikologis berhenti pada
batas pinggir elips, Tetapi batas antara pribadi dan lingkungan juga bersifat
dapat ditembus. Hal ini berarti fakta-fakta lingkungan dapat mempengaruhi
pribadi.
Secara
matematis : P = f (LP)
Dan fakta
fakta pribadi dapat mempengaruhi lingkungan.
Secara
matematis : LP = f (LP)
Pribadi
Menurut
Lewin, pribadi adalah heterogen, terbagi menjadi bagian-bagian yang terpisah
meskipun saling berhubungan dan saling bergantung. Daerah dalam personal dibagi
menjadi sel-sel. Sel-sel yang berdekatan dengan daerah konseptual motor disebut
sel-sel periferal ‘‘p”,sel-sel dalam pusat lingkaran disebut sel-sel sentral”s”.
Sistem
motor bertidak sebagai suatu kesatuan karena biasanya lahannya dapat melakukan
suatu tindakan pada satu saat. Begitu pula dengan sistem perseptual artinya:
orang hanya dapat memperhatikan dan mempersepsikan satu hal pada satu saat.
Bagian bagian tersebut mengadakan komunikasi dan interdependen; tidak bisa
berdiri sendiri.
2. Dinamika Kepribadian
Konsep-konsep
dinamika pokok dari Lewin yakni kebutuhan energi psikis, tegangan , kekuatan
atau vektor dan valensi. Konstruk konstruk dinamik ini menentukan lokomosi khusus
dari individu dan cara ia mengatur struktur lingkungannya, Lokomosi dan
perubahan perunahan struktur berfungsi mereduksikan tegangan dengan cara
memuaskan kebutuhan. Suatu tegangan dapat direduksikan dan keseimbanagan
dipulihkan oleh suatu lokomosi substitusi. Proses ini menuntut bahwa dua
kebutuhan erat bergantungan satu sama lain sehingga pemiasan salah satu
kebutuhan adalah melepaskan tegangan dari sistem kebutuhan lainnya.
Akhirnya,
tegangan dapat direduksikan dengan lokomosi-lokomosi murni khayalan. Seseorang
yang berkhayal bahwa ia telah melakukan suatu perbuatan yang sulit atau
menempati suatu jabatan yang tinggi mendapat semacam kepuasan semu dari sekedar
berkhayal tentang keberhasilan.
Dinamika
kepribadian menrut Kurt Lewin:
- Enerji
Menurut Lewin manusia adalah system energi
yang kompleks. Energi muncul dari perbedaan tegangan antar sel atau antar
region. Tetapi ketidakseimbangan dalam tegangan juga bias terjadi antar region
di system lingkungan psikologis.
- Tegangan
Tegangan ada dua yaitu tegangan yang
cenderung menjadi seimbang dan cenderung untuk menekan bondaris system yang
mewadahinya.
-Kebutuhan
Menurut Lewin kebutuhan itu mencakup pengertian
motif, keinginan dan dorongan. Menurut Lewin kebutuhan ada yang bersifat
spesifik yang jumlahnya tak terhingga, sebanyak keinginan spesifik manusia.
-Tindakan (Action)
Disini
dibutuhkan dua konsep dalam tindakan yang bertujuan didaerah lingkungan
psikologis.
-Valensi
Adalah
nilai region dari lingkungan psikologis bagi pribadi. Region dengan valensi positif
dapat mengurangi tegangan pribadi, akantetapi region dengan valensi negative
dapat meningkatkan tegangan pribadi (rasa takut).
-Vektor
Tingkah
laku atau gerak seseorang akan terjadi kalau ada kekuatan yang cukup yang
mendorongnya. Meminjam dari
matematika dan fisika, Lewin menyebut kekuatan itu dengan nama Vektor. Vektor
digambar dalam ujud panah, merupakan kekuatan psikologis yang mengenai
seseorang, cenderung membuatnya bergerak ke arah tertentu. Arah dan kekuatan
vektor adalah fungsi dari valensi positif dan negatif dari satu atau lebih
region dalam lingkungan psikologis. Jadi kalau satu region mempunyai valensi
positif (misalnya berisi makanan yang diinginkan), vektor yang mengarahkan ke
region itu mengenai lingkaran pribadi. Kalau region yang kedua valensinya
negatif (berisi anjing yang menakutkan), vektor lain yang mengenai lingkaran
pribadi mendorong menjauhi region anjing. Jika beberapa vektor positif mengenai
dia, misalnya, jika orang payah – dan lapar – dan makanan harus disiapkan, atau
orang harus hadir dalam pertemuan penting – dan tidak punya waktu untuk makan
siang, hasil gerakannya merupakan jumlah dari semua vektor. Situasi itu Bering
melibatkan konflik, topik yang penelitiannya dimulai oleh Lewin dan menjadi
topik yang sangat Iuas dari Miller dan Dollard.
-Lokomosi
Lingkaran
pribadi dapat pindah dari satu tempat ketempat lain di dalam daerah lingkungan
psikologis. Pribadi pindah ke region yang menyediakan pemuasan kebutuhan
pribadi-dalam, atau menjauhi region yang menimbulkan tegangan pribadi-dalam.
Perpindahan lingkaran pribadi itu disebut lokomosi (locomotion). Lokomosi bisa
berupa gerak fisik, atau perubahan fokus perhatian. Dalam kenyataan sebagian
besar lokomosi yang sangat menarik perhatian psikolog berhubungan dengan
perubahan fokus persepsi dan proses atensi.
-Event
Lewin
menggambarkan dinamika jiwa dalam bentuk gerakan atau aksi di daerah ruang
hidup, dalam bentuk peristiwa atau event. Telah dijelaskan di depan, bahwa
peristiwa (event) adalah hasil interaksi antara dua atau Iebih fakta balk di
daerah pribadi maupun di daerah lingkungan. Komunikasi (hubungan antar sel atau
region) dan lokomosi (gerak pribadi) adalah peristiwa, karena keduanya
melibatkan dua fakta atau lebih.
Ada tiga prinsip yang menjadi prasyarat
terjadinya suatu peristiwa; keterhubungan (related¬ness), kenyataan (concretness),
kekinian (contemporary), sebagai berikut:
1. Keterhubungan:
Dua atau lebih fakta berinteraksi, kalau antar fakta itu terdapat
hubungan-hubungan tertentu, mulai dari hubungan sebab akibat yang jelas, sampai
hubungan persamaan atau perbedaan yang secara rasional tidak penting.
2. Kenyataan:
Fakta harus nyata-nyata ada dalam ruang hidup. Fakta potensial atau peluang
yang tidak sedang eksis tidak dapat mempengaruhi event masa kini. Fakta di luar
lingkungan psikologis tidak berpengaruh, kecuali mereka masuk ke ruang hidup.
3. Kekinian:
Fakta harus kontemporer. Hanya fakta masa kini yang menghasilkan tingkahlaku
masa kini. Fakta yang sudah tidak eksis tidak dapat menciptakan event masa
kini. Fakta peristiwa nyata di masa lalu atau peristiwa potensial masa
mendatang tidak dapat menentukan tingkahlaku saat ini, tetapi sikap, perasaan,
dan fikiran mengenai masa Ialu dan masa mendatang adalah bagian dari ruang
hidup sekarang dar mungkin dapat mempengaruhi tingkahlaku. Jadi, ruang hidup
sekarang harus mewakili isi psikologi masa lalu, sekarang, dan masa mendatang.
-Konflik
Konflik
terjadi di daerah lingkungan psikologis. Lewin mendefinisikar konflik sebagai
situasi di mana seseorang menerima kekuatan-kekuatan yang sama besar tetapi
arahnya berlawanan. Vektor-vektor yang mengenai pribadi, mendorong pribadi ke
arah tetentu dengan kekuatan tertentu. Kombinasi dari arah dan kekuatan itu
disebut jumlah kekuatan (resultant force),
yang menjadi kecenderungan lokomosi pribadi (lokomosi psikologikal atau
fisikal).
Ada
beberapa jenis kekuatan, yang bertindak seperti vektor, yakni:
-
Kekuatan pendorong (driving force):
menggerakkan, memicu terjadinya lokomosi ke arah yang ditunjuk oleh kekuatan
itu.
- Kekuatan penghambat (restraining force): halangan fisik atau sosia menahan terjadinya
lokomosi, mempengaruhi dampak dari kekuatan pendorong
- Kekuatan
kebutuhan pribadi (forces corresponding
to a persons needs): menggambarkan keinginan pribadi untuk mengerjakan sesuatu.
- Kekuatan
pengaruh (induced force):
menggambarkan keinginan dari orang lain (misalnya orang tua atau teman) yang
masuk menjadi region lingkungan psikologis.
- Kekuatan
non manusia (impersonal force): bukan
keinginan pribadi tetap juga bukan keinginan orang lain. Ini adalah kekuatan
atau tuntutan dari fakta atau objek.
Konflik tipe 1:
Konflik
yang sederhana terjadi kalau hanya ada dua kekuatan berlawana¬yang mengenai
individu. Konflik semacam ini disebut konflik tipe 1 .
Ada tiga
macam konflik tipe 1:
- Konflik
mendekat-mendekat, dua kekuatan mendorong ke arah yang berlawanan, misalnya
orang dihadapkan pada dua pilihan yang sama¬sama disenanginya.
- Konflik
menjauh-menjauh, dua kekuatan menghambat ke arah yang yang berlawanan, misalnya
orang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak disenanginya.
- Konflik
mendekat-menjauh, dua kekuatan mendorong dan menghambat muncul dari satu
tujuan, misalnya orang dihadapkan pada pilihan sekaligus mengandung unsur yang
disenangi dan tidak disenanginya.
Konflik tipe 2:
Konflik
yang kompleks bisa melibatkan lebih dari dua kekuatan. Konflik yang sangat
kompleks dapat membuat orang menjadi diam, terpaku atau terperangkap oleh
berbagai kekuatan dan kepentingan sehingga dia tidak dapat menentukan pilihan,
adalah konflik tipe 2.
Konflik tipe 3
Orang berusaha mengatasi kekuatan-kekuatan
penghambat, sehingga konflik menjadi terbuka,ditandai sikap
kemarahan,agresi,pemberontakan atau sebaliknya penyerahan diri yang neorotik.
Pertentangan antar kebutuhan pribadi-dalam, konflik antar pengaruh,dan
pertentangan antar kebutuhan dengan pengaruh,menimbulkan pelampiasan usaha
untuk mengalahkan kekuatan penghambat.
Tingkat Realita
Konsep realita menurut Lewin adalah realita berisi
lokomosi aktual,dan tak-tak realita berisi lokomosi imajinasi. Realita dan tak
realita adalah suatu kontinum dari ekstrim realita sampai ekstrim tak realita.
Lokomosi mempunyai tingkat realita dan tak realita berbeda-beda.
Menstuktur Lingkungan
Lingkungan psikologi adalah konsep yang sangat mudah berubah. Dinamika dari
lingkungan dapat berubah dengan 3 cara yakni:
a. Perubahan valensi :
Region bisa berubah secara kuantitatif-valensinya semakin positif atau semakin
negatif,atau berubah secara kualitatif dari positif menjadi negatif atau
sebaliknya region baru bisa muncul dan region lama bisa hilang.
b. Perubahan vektor :
Vektor mungkin dapat berubah dalam kekuatan dan arahnya.
c. Perubahan Bondaris :
Bondaris mungkin menjadi semakin permeabel atau semakin tidak permeabel,mungkin
muncul sebagai bondaris atau tidak muncul sebagai bondaris.
Mempertahankan Keseimbangan
Dalam sistem reduksi tegangan,tujuan dari proses
psikologis adalah mempertahankan pribadi dalam keadaan seimbang. Yang paling
umum dan paling efektif untuk mengembalikan keseimbangan adalah melalui
lokomosi dalam lingkungan psikologis,memindah pribadi ke region tempat objek
yang bervalensi positif(yang memberi kepuasan). Tapi kalau region yang
diinginkan mempunyai bondaris yang tak permeabel tegangan terkadang dapat
dikurangi(dan keseimbangan dapat diperoleh)dengan melakukan lokomosi
pengganti,pindah ke region yang dapat memberi kepuasan lain(yang bondarisnya
permeabel) ternyata dapat menghilangkan tegangan dari system kebutuhan semula.
Kecenderungan mencapai keseimbangan itu tidak
berarti membuat diri seimbang sempurna,tetapi menyeimbangkan semua tegangan
dalam daerah pribadi-dalam. Lewin menjelaskan bahwa dalam sistem yang kompleks
menjadi seimbang bukan berarti hilangnya tegangan,tetapi mempeoleh keseimbangan
dari tegangan internal. Tujuan utama dari perkembangan psikologis adalah
menciptakan semacam struktur internal yang menjamin keseimbangan psikologis
bukan membuat bebas tegangan.
3. Perkembangan Kepribadian
Menurut Lewin hakekat Perkembangan Kepribadian itu adalah :
1. Diferensiasi
Yaitu semakin bertambah usia, maka region-region
dalam pribadi seseorang dalam LP-nya akan semakin bertambah. Begitu pula dengan
kecakapan kecakapan/ keterampilan keterampilannya.
Contoh : orang dewasa lebih pandai
menyembunyikan isi hatinya daripada anak-anak (region anak lebih mudah
ditembus).
2. Perubahan dalam variasi tingkah lakunya
3. Perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah lakunya lebih kompleks.
4. Bertambah luas arena aktivitas
contoh: Anak kecil terikat oleh masa kini sedangkan orang dewasa terikat
oleh masa kini, masa lampau dan masa depan.
5. Perubahan dalam realitas. Dapat membedakan yang khayal dan yang nyata, pola berpikir meningkat, contohnya dari pola
berpikir assosiasi menjadi pola berpikir abstrak.
Bagi Lewin perkembangan tingkah laku merupakan fungsi dari pribadi dan lingkungan psikologis.
Bagi Lewin perkembangan tingkah laku merupakan fungsi dari pribadi dan lingkungan psikologis.
DAFTAR REFERENSI
Djajadisastra,
Jusuf, (1987). Psikologi Perkembangan dan
Psikologi Pendidikan.
Bandung : PPG.
Hamalik,
Umar, (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakata : PT. Bumi Aksara.
Sagala,
Syaiful, (2003). Konsep dan
Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Di sadur melalui Internet :
Soewondo, Soetinah, (1993). Dasar-dasar Pendidikan. Semarang: Effhar
Offset.
Baharuddin, dan Nur, Esa Wahyuni, (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Suwarno, Wiji, (2006). Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Arie, Asnaldi,
(2000). Teori-Teori Belajar Proses Perubahan
Tingkahlaku & Belajar.
Jakarta : Google Search.
Pembelajaran Menurut Aliran Kognitif Oleh Afa Kholifia dari Jurusan Pendidikan Akutansi UM :
http://elearningpo.unp.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=133&Itemid=233
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukan anda dan kritik anda sangat berarti demi kemajuan saya terimakasih atas saran-saran dari anda semua semoga bermanfaat bagi saya dan kita semua.... Amiin