Jumat, 15 Februari 2013

Penelitian Eksperimen


PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Adapun pengertian dan definisi metode menurut para ahli antara lain :
1. Rothwell & Kazanas  Metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi.
2. Titus Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan.
3. Macquarie  Metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu.
Dalam KBBI kata Eksperimen berarti : percobaan yg bersistem dan berencana (untuk membuktikan kebenaran suatu teori dsb).
Jika kata metode dan eksperimen digabungkan maka akan membentuk suku kata baru, yaitu metode eksperimen. Dengan demikian akan mempunyai arti yang berbeda pula.
Metode Eksperimen Wasis dan Karwono (1992: 67) metode eksperimen adalah suatu penelitian yang paling tepat dan sunguh-sungguh dapat mengetes hipotesis mengenai sebab akibat dan pengaruh suatu hubunngan apabila dibandingkan dengan metode penelitian yang lain.

Kamis, 14 Februari 2013

Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Di Sekolah



1. KEPALA SEKOLAH
Kepala Sekolah berfungsi sebagai Edukator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator dan Motivator, tugas kepala sekolah ialah:
  • Kepala Sekolah selaku edukator bertugas melaksanakan proses pengajaran secara efektif dan efisien.
  • Kepala Sekolah selaku manajer mempunyai tugas :
  1. Menyusun perencanaan
  2. Mengorganisasikan kegiatan
  3. Mengarahkan / mengendalikan kegiatan
  4. Mengkoordinasikan kegiatan
  5. Melaksanakan pengawasan
  6. Menentukan kebijaksanaan
  7. Mengadakan rapat mengambil keputusan
  8. Mengatur proses belajar mengajar
  9. Mengatur administrasi Katatausahaan, Kesiswaan, Ketenagaan, Sarana prasarana, Keuangan
  • Mengkoordinasi seluruh kegiatan pendidikan, yang meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan, dan bimningan di sekolah;
  • Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah;
  • Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan konseling di sekolah;
  • Melakukan supervisiterhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah;
  • Menetapkan koordinator guru pembimning yang bertanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah berdasarkan kesepakatan bersama guru pembimbing;
  • Membuat surat tugas guru pembimbing dalam proses bimbingan dan konseling;
  • Membuat surat pernyataan melakukan kegiatan bimbingan dan konseling sebagai usulan angka kredit bagi guru pembimbing. Surat pernyataan ini dilampiri bukti fisik pelaksanaan tugas;
  • Mengadakan kerja sama dengan instansi lain yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling;
  • Melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap minimal 40 siswa; bagi kepala sekolah yang berlatar belakang bimbingan dan konseling;
2. WAKIL KEPALA SEKOLAH
Wakil Kepala Sekolah membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan dalam hal:
1. Mengkoordinasi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada semua personel sekolah;
2. Melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah terutama dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling;
3. Melaksanakan bibmbingan dan konseling terhadap minimal 75 siswa, bagi wakil kepala sekolah yang berlatar belakang bimbingan dan konselinng.
  • Penyusunan rencana, pembuatan program kegiatan dan program pelaksanaan
  • Pengorganisasian
  • Pengarahan
  • Ketenagakerjaan
  • Pengkoordinasian
  • Pengawasan
  • Penilaian
  • Identifikasi dan pengumpulan data
  • Pengembangan keunggulan
  • Penyusunan laporan
3. KOORDINATOR GURU PEMBIMBING (KONSELOR)
Tugas-tugas coordinator guru pembimbing dapat dirinci sebagai berikut :
1)      Mengkoordinasikan guru pembimbing dalam :
·         Memasyarakatkan pelayanan bimbingan,
·         Menyusun program,
·         Melaksanakan program,
·         Mengadministrasikan kegiatan bimbingan,
·         Menilai program,
·         Mengadakan tindak lanjut.
2)      Membuat usulan kepada kepala sekolah dan mengusahakan terpenuhinya tenaga, sarana dan prasarana;
3)      Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan bimbingan kepada kepala sekolah.
4. GURU PEMBIMBING (KONSELOR)
adapun tugas guru pembimbing ialah:
1)      Memasyarakatkan kegiatan bimbingan;
2)      Merencanakan program bimbingan;
3)      Melaksanakan persiapan kegiatan bimbingan;
4)      Melaksnakan layanan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah siswa yang menjadi tanggung jawabnya minimal sebanyak 150 siswa. Apabila  diperlukan, karena jumlah guru pembimbing kurang mencukupi disbanding dengan jumlah siswa yang ada, seorang guru pembimbing dapat menangani lebih dari 150 orang siswa. Dengan menangani 150 siswa secara intensif dan menyeluruh, berarti guru pembimbing telah menjalankan tugas wajib seorang guru, yaitu setara dengan 18 jam seminggu;
5)      Melaksanakan keiatan penunjang bimbingan;
6)      Menilai proses dan hasil kegitan layanan bimbingan;
7)      Menganalisis hasil penilaian;
8)      Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian;
9)      Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling ; dan
10)  Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator guru pembimbing.
5. STAF ADMINISTRASI
Sepeti personel bimbingan lain, staf administrasi pun adalah personel yang memiliki tugas bimbingan khusus, yaitu :
1)      Membantu guru pembimbing dan koordinator dalam mengadministraskan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah;
2)      Membantu mempersiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling; dan
3)      Membantu menyiapkan sarana yang diperlukan dalam layanan bimbingan dan konseling.
6. GURU MATA PELAJARAN
Guru mata pelajaran adalah personel yang paling penting dalam aktivitas bimbingan. Tugas-tugasnya adalah :
1)      Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan kepada siswa;
2)      Melakukan kerja sama dengan guru pembimbing dalam mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan;
3)      Mengalihtangankan siswa yang memerlukan bimbingan kepada guru pembimbing;
4)      Mengadakan upaya tindak lanjut bimbingan (program perbaiakan dan program pengayaan);
5)      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan bimbingan dari guru pembimbing;
6)      Membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian layanan bimbingan ; serta
7)      Ikut serta dalam program layanan bimbingan.
7. WALI KELAS
Wali kelas sebagai mitra kerja konselor juga memiliki tugas-tugas bimbingan, yaitu :
1)      Membantu guru pembimbing melaksanakan layanan yang menjadi tanggung jawabnya;
2)      Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, kususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti layanan bimbingan;
3)      Memberikan informasi tentang siswa di kelasnya untuk memperoleh layanan bimbingan dari guru pembimbing;
4)      Menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang siswa yang perlu diperhatikan khusus; serta
5)      Ikut serta dalam konfrensi kasus.
Supaya setiap orang yang terlibat dalam organisasi bimbingan itu mampu dan dapat menjalankan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan kegiatan untuk mengarahkan kegiatan bimbingan dan konseling.

DCM

DAFTAR CEK MASALAH

 (PROBLEM CHECK LIST)



PENGANTAR

Ini bukan suatu tes. ini adalah daftar tentang beberapa masalah atau kesukaran yang sering dialami oleh murid-murid di sekolah. Misalnya, masalah kesehatan, keuangan, hubungan antara teman-teman, kehidupan sosial dan sebagainya.



Bacalah daftar ini baik-baik, pilihlah persoalan-persoalan yang menyangkut diri Anda. Apabila ada persoalan-persoalan yang menyangkut diri Anda maka bekerjalah seperti yang ada dalam petunjuk berikut.



PETUNJUK

1.      Jangan Anda membuat corat-coret pada buku/daftar ini.

2.      Coretan-coretan yang akan Anda kerjakan nanti di lembar jawaban.

3.      Bacalah daftar ini dengan baik-baik, perhatikan tiap-tiap nomor dari daftar tersebut. jika di antara persoalan-persoalan itu ada yang menjadi persoalan Anda, berilah tanda silang ( X ) di depan nomor yang ada dalam lembar jawaban sesuai dengan nomor yang menjadi masalah Anda. Misalnya, pada lembar jawaban ada nomor-nomor :

1.

2.

   X3.

      4.

      dst.

      Kalau Anda merasa bahwa Anda mempunyai persoalan atau masalah karena badan Anda Gemuk maka berilah tanda silang di depan nomor/angka 3 karena dalam daftar atau buku soal ”Terganggu karena badan gemuk” adalah nomor urut 3. Demikian seterusnya.

4.      Jika langkah 3 telah selesai, jawablah pernyataan-pernyataan yang terdapat pada bagian akhir dari daftar tersebut dan jawaban itu dapat Anda buat pada lembar jawaban sebaliknya.

5.      Jika ada hal-hal yang belum jelas, dapat Anda tanyakan sebelum mengerjakan daftar tersebut.



Selamat Mengerjakan



SAYA MERASA TERGANGGU KARENA :

1.   Badan mudah menjadi lelah.                                                                                PHD

2.   Badan kurus.

3.   Badan gemuk.

4.   Tidak cukup latihan jasmani.

5.   Tidak dapat cukup tidur.

6.   Tidak cukup mempunyai pakaian yang pantas.                                                    FLE

7.   Terlalu sedikit uang untuk membeli pakaian.

8.   Mempunyai uang yang kurang dari teman-teman.

9.   Tidak dapat mengatur soal keuangan.

10.  Pada saat ini, saya membutuhkan pekerjaan sambilan.

11.  Tidak mempunyai waktu cukup untuk rekreasi.                                                  SRA

12.  Kegiatan belajar terlalu sedikit.

13.  Tidak mempunyai tempat untuk menjamu teman-teman.

14.  Ingin belajar bagaimana menjamu teman.

15.  Mudah menjadi sakit sekalipun menghadapi masalah sosial yang sepele.

16.  Pemalu.                                                                                                                SPR

17.  Sukar atau lambat untuk mendapatkan teman.

18.  Tidak mempunyai teman yang intim di sekolah.

19.  Orang menyebut saya angkuh (tinggi hati).

20.  Perasaan mudah tersinggung.

21.  Terlalu banyak memusatkan perhatian kepada diri sendiri.                                 PPR

22.  Menganggap hal-hal terlalu berat/serius.

23.  Penggugup.

24.  Terlalu mudah mendapatkan kegembiraan.

25.  Tidak mempunyai kesenangan.

26.  Terlalu jarang berkencan, khususnya dengan jenis lain.                                       CSM

27.  Tidak dapat bergaul dengan dengan teman jenis lain.

28.  Merasa kurang mempunyai daya tarik.

29.  Sudah mempunyai daya tarik.

30.  Cinta dengan seseorang yang tidak mungkin dikawini.

31.  Menjadi celaan orang tua.                                                                                    HF

32.  Masalah Ibu.

33.  Masalah Ayah.

34.  Hidup dalam keluarga yang tidak sehat.

35.  Orang tua banyak berkorban untuk saya.

36.  Menjadi pengikut agama yang pemeluknya sedikit.                                            MR

37.  Menjadi anggota kelompok yang kecil.

38.  Dihinggapi prasangka social terhadap agama.

39.  Kurang mendapatkan dasar kerohanian di sekolah.

40.  Merasa cemas atas kekasaran pembicaraan di sekolah.

41.  Merasa kehilangan gairah sekolah.                                                                       ACW

42.  Tidak mempunyai tujuan yang jelas dalam besekolah.

43.   Tidak senang bersekolah.

44.   Tidak tahu bagaimana cara belajar yang baik.

45.   Bersekolah karena desakan keluarga.

46.   Merasa gelisah karena selalu menunda dalam memulai pekerjaan.                     FVE

47.   Ragu-ragu apakah sekolah/jurusan yang saya pilih sudah tepat.

48.   Keluarga menentang saya dalam memilih sekolah/jurusan.

49.   Dikatakan bahwa saya akan gagal dalam memilih pekerjaan.

50.   Ragu-ragu apakah dengan bersekolah ini dapat menjamin ekonomi saya di masa

        depan.

51.   Sekolah terlalu mengabaikan kebutuhan murid-murid.                                      CTP

52.   Suasana sekolah yang tidak menyenagkan.

53.   Banyak guru yang tidak baik mengajarnya.

54.   Guru kurang memahami mata pelajaran yang diasuhnya.

55.   Guru-guru kurang berwibawa.

56.   Badan tak sekuat apa yang saya kehendaki.                                                       PHD

57.   Tidak cukup mendapatkan udara yang segar dan sinar matahari.

58.   Sering sakit.

59.   Terancam oleh penyakit yang gawat.

60.   Takut dioperasi.

61.   Mempunyai hutang untuk ongkos sekolah.                                                        FLE

62.   Takut tidak dapat langsung bersekolah karena biaya.

63.   Membutuhkan biaya untuk melanjutkan sekolah.

64.   Sekolah dengan keuangan yang sedikit.

65.   Meragukan bahwa sekolah mempunyai nilai untuk mendapatkan uang.

66.   Malam minggu yang membosankan.                                                                   SRA

67.   Kehidupan sosial yang sangat sempit.

68.   Merasa canggung dalam perkumpulan-perkumpulan.

69.   Sukar bergaul dengan teman-teman lain.

70.   Tidak berpengalaman dalam pembicaraan/percakapan.

71.   Merasa diri saya tidak terkenal.                                                                          SPR

72.   Menjadi tertawaan orang.

73.   Menjadi bahan pembicaraan orang.

74.   Merasa selalu diawasi oleh orang lain.

75.   Merasa rendah diri.

76.   Selalu sedih.                                                                                                        PPR

77.   Sukar untuk maju.

78.   Tidak dapat mengerjakan sesuatu dengan baik.

79.   Sangat mudah putus asa.

80.   Kadang-kadang saya berfikir sebiknya tak usah lahir.

81.   Gagal dalam memilih pacar.                                                                                CSM

82.   Tak ada rasa tertarik kepada jenis lain.

83.   Ragu-ragu apakah saya dapat langgeng dengan pacar saya.

84.   Terganggu oleh pikiran tentang perbuatan seksual.

85.   Saya tidak percaya kepada diri sendiri.

86.   Orang tua bercerai.                                                                                              HF

87.   Ada kematian dalam keluarga.

88.   Ayah tidak mempunyai penghasilan.

89.   Ibu tidak mempunyai penghasilan.

90.   Saya merasa tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap.

91.   Ingin mempersatukan diri dengan Tuhan.                                                          MR

92.   Kurang kesempatan untuk mengembangkan agama saya.

93.   Ingin mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk mengagungkan agama.

94.   Kebingungan dalam kepercayaan agama.

95.   Kacau dalam masalah moral.

96.   Mendapat rapor yang jelek.                                                                                ACW

97.   Takut akan mengalami kegagalan dalam sekolah.

98.   Tidak mempunyai tujuan dalam bersekolah.

99.   Ingin pindah ke sekolah yang lain.

100. Ingin keluar dari sekolah.

101. Tidak diterima masuk jurusan/sekolah yang diinginkan.                                    FVE

102. Keadaan tubuh saya yang kurang cocok dengan pekerjaan yang saya inginkan.

103. Tidak tertarik kepada suatu pekerjaan.

104. Takut memikirkan kerja berat dalam kehidupan.

105. Meragukan nilai sekolah untuk masa depan.

106. Sukar Belajar karena lingkungannya.                                                                  CTP

107. Tidak mempunyai tempat tersendiri untuk belajar di rumah.

108. Terlalu sedikit buku-buku yang dibutuhkan di perpustakaan.

109. Buku-buku pelajaran sangat sukar untuk dimengerti.

110. Kurang mendapatkan pengetahuan yang cukup dari sekolah sebelumnya.

111. Sikap berdiri yang tidak baik karena ada gangguan/cacat.                                 PHD

112. Raut muka yang tidak baik.

113. Badan terlalu pendek.

114. Badan terlalu tinggi.

115. Keadaan tubuh kurang menarik.

116. Memerlukan keuangan untuk memelihara kesehatan.                                         FLE

117. Terlalu memperhitungkan pengeluaran uang.

118. Hidup dalam lingkungan orangp-orang yang miskin.

119. Kesukaran keuanga dalam keluarga.

120. Tidak suka menggantungkan diri pada keluarga dalam soal keuangan.

121. Di sekolah dianggap ketinggalan zaman.                                                            SRA

122. Tidak ada sesuatu yang menyenangkan yang dapat dikerjakan di hari tua.

123. Tidak mempunyai hobi.

124. Tidak pernah menikmati sesuatu.

125. Adanya keinginan untuk belajar menari, tetapi terhalang.

126. Menyatakan sesuatu yang tidak benar.                                                               SPR

127. Saya dianggap orang aneh.

128. Menjadi celaan orang lain.

129. Sering melukai perasaan orang lain.

130. Kehilangan kawan dekat.

131. Banyak keadaan yang tidak memberikan kebahagiaan.                                     PPR

132. Mengkhawatirkan sesuatu yang tidak penting.

133. Suka melamun.

134. Mudah lupa.

135. Takut ditinggal sendirian.

136. Malu berbicara tentang seks.                                                                               CSM

137. Tidak cukup pengetahuan tentang masalah seks.

138. Mempunyai penyakit yang dapat menghambat dalam bergaul dengan jenis lain.

139. Takut berhubungan erat dengan jenis lain.

140. Meragukan apakah saya akan mendapatkan teman hidup yang cocok.

141. Teman-teman tidak diterima secara ramah di rumah.                                         HF

142. Rumah tangga yang tidak bahagia.

143. Keluarga yang selalu bertengkar.

144. Tidak sepaham dengan saudara-saudara saya.

145. Hubungan yang tidak baik dengan ayah/ibu tiri.

146. Malas pergi ke tempat ibadah.                                                                            MR

147. Tidak suka beribadah.

148. Dipaksa untuk pergi ke tempat ibadah.

149. Tidak yakin akan agama saya.

150. Meragukan isi doa-doa.

151. Terlalu banyak membawa pekerjaan dari sekolah.                                             ACW

152. Terlalu sering tidak masuk sekolah.

153. Tidak mempunyai waktu cukup untuk belajar.

154. Ingatan lemah/kurang baik.

155. Tidak tertarik kepada buku-buku yang penting.

156. Saya kurang percaya apakah saya akan berhasil dalam kehidupan saya.            FVE

157. Belum mempunyai rencana untuk masa depan.

158. Tidak tahu apa sebenarnya yang saya inginkan.

159. Tidak dapat bekerja sambil belajar.

160. Memikirkan tentang pendidikan ketentaraan.

161. Di sekolah tidak ada penasihat yang baik.                                                           CTP

162. Kurang mempunyai teman di sekolah.

163. Guru-guru kurang perhatian kepada murid-muridnya.

164. Guru-guru kurang dapat memahami masalah murid-muridnya.

165. Kurang bebas di dalam kelas.

166. Kerap kali sakit kerongkongan.                                                                           PHD

167. Kerap kali sakit selesma (pilek).

168. Sering sakit gigi.

169. Sukar berbicara.

170. Mata kurang baik/terang.

171. Hidup dalam keadaan yang tidak stabil.                                                             FLE

172. Kekurangan uang untuk hidup sendiri.

173. Tidak mempunyai uang untuk membeli buku-buku.

174. Karena keuangan yang terlalu sedikit.

175. Terlalu banyak persoalan mengenai keuangan.

176. Tidak yakin akan kebenaran sopan santun yang ada di lingkungan saya.          SRA

177. Merasa canggung dalam berkencan.

178. Tidak tahu apa yang harus saya kerjakan pada waktu berkencan itu.

179. Tidak tahu bagaimana memilih pakaian.

180. Tidak dapat bergaul dengan lancar.

181. Tidak ada persesuaian paham dengan teman-teman.                                           SPR

182. Membenci seseorang.

183. Dibenci oleh seseorang.

184. Suka berdebat.

185. Mudah cemburu.

186. Pemarah / mudah marah.                                                                                     PPR

187. Keras kepala.

188. Ceroboh.

189. Pemalas.

190. Kurang hati-hati.

191. Saya bergaul dengan seseorang yang tidak disenangi oleh keluarga saya.       CSM

192. Karena jatuh cinta pada seseorang.

193. Sudah memilih pacar tertentu.

194. Bingung memilih pacar yang tertentu.

195. Sukar untuk mengontrol nafsu seks.

196. Tanggung jawab keluarga yang berat.                                                                HF

197. Orang tua terlalu mengharapkan banyak dari saya.

198. Ada pertentangan pendapat antara saya dan orang tua.

199. Banyak membantu pekerjaan orang tua.

200. Orang tua sebagai penjudi/pemabuk.

201. Tidak berhasil menemukan hubungan agama dalam kehidupan.                      MR

202. Menyangsikan adanya Tuhan.

203. Kehilangan keyakinan terhadap agama.

204. Ilmu pengetahuan bertentangan dengan agama saya.

205. Tidak pernah memeluk suatu agama.

206. Sukar mempelajari matematika.                                                                         ACW

207. Sukar mempelajari ilmu eksak pada umumnya.

208. Sukar dalam belajar bahasa.

209. Kurang dapat berpikir secara logis.

210. Sukar mempelajari ilmu-ilmu sosial.

211. Tidak tahu saya nanti akan menjadi apa.                                                            FVE

212. Tidak tahu di mana nanti kalau sudah dewasa saya akan bertempat tinggal.

213. Harus mengambil keputusan untuk sesuatu pekerjaan tertentu.

214. Membutuhkan penerangan/penjelasan tentang seluk-beluk  macam-macam

pekerjaan.

215. Ingin tahu kemampuan kerja pada diri saya.

216. Kurang dapat berbicara dengan bapak/ibu guru.                                                CTP

217. Kelas terlalu banyak muridnya.

218. Guru-guru terlalu banyak menerangkan.

219. Guru-guru terlalu teoritis.

220. Guru-guru sendiri tidak menjalankan apa yang dianjurkan.

221. Sering sakit kepala.                                                                                             PHD

222. Tidak teratur dating bulannya.

223. Kurang mempunyai nafsu untuk makan.

224. Selalu mengantuk saja.

225. Sering sakit perut.

226. Bosan pada makanan yang selalu sama.                                                             FLE

227. Uang terlalu sedikit untuk mondok.

228. Keuangan yang tidak menentu.

229. Tidak mempunyai uang cukup untuk rekreasi.

230. Memerlukan pekerjaan untuk menambah penghasilan.

231. Tidak cukup waktu untuk untuk mengurus kepentingan diri sendiri.                SRA

232. Tidak cukup waktu untuk berolahraga.

233. Tidak mempunyai waktu untuk kesenian.

234. Terlalu sedikit untuk mendengarkan radio.

235. Terlalu sedikit kesempatan untuk pergi ke sekolah (di luar jam sekolah).

236. Menginginkan kepribadian yang lebih menyenagkan.                                        SPR

237. Kurang mampu untuk menjadi pemimpin.

238. Mudah terpengaruh oleh orang lain.

239. Sukar/tidak dapat menilai teman.

240. Salah dalam memilih teman.

241. Takut berbuat salah.                                                                                            PPR

242. Tidak dapat mengambil keputusan sendiri.

243. Kurang percaya kepada diri sendiri.

244. Kehilangan tujuan hidup.

245. Tidak dapat menghargai apa yang saya kerjakan tiap hari.

246. Selalu memikirkan pacar saja.                                                                             CSM

247. Memikirkan pertunangan.

248. Memikirkan masalah perkawinan.

249. Bagaimana memutuskan pertunangan saya.

250. Mempunyai pacar yang tidak sepaham.

251. Tidak mengatakan semua yang saya alami kepada orang tua.                            HF

252. Orang tua tidak menaruh kepercayaan kepada saya.

253. Saya diperlakukan sebagai anak kecil di rumah.

254. Tidak mempunyai perasaan berdosa.

255. Ingin lebih bebas di rumah.

256. Susah memikirkan tentang Surga dan Neraka.                                                   MR

257. Mempunyai perasaan berdosa.

258. Tidak takut menghadapi godaan.

259. Tidak dapat melupakan kesalahan yang telah saya perbuat.

260. Mendapatkan nama jelek.

261. Takut memikirkan ujian.                                                                                     ACW

262. Tidak dapat belajar pada waktu yang tepat.

263. Tidak dapat memusatkan pikiran.

264. Terganggu dalam membuat rencana kerja.

265. Terganggu dalam menggunakan rencana perpustakaan.

266. Di sekolah dibutuhkan latihan pekerjaan, padahal tidak ada.                            FVE

267. Ragu-ragu dalam memilih pekerjaan.

268. Membutuhkan nasihat langkah selanjutnya sesudah sekolah.

269. Bagaimana untuk dapat meneruskan belajar pada tahun berikutnya.

270. Salah dalam memilih sekolah.

271. Menginginkan pelajaran tambahan.                                                                    CTP

272. Menginginkan kursus, tetapi dilarang.

273. Mata pelajaran yang diajarkan tidak berhubungan satu dengan yang lainnya.

274. Mempunyai guru yang tidak adil.

275. Tidak senang terhadap seorang guru.

276. Makanan tidak bergizi.                                                                                       PHD

277. Kurang pendengaran.

278. Mempunyai cacat jasmani.

279. Tidak dapat bergerak secara lincah.

280. Mempunyai penyakit yang kronis.

281. Lebih mementingkan bekerja di luar daripada bersekolah.                                 FLE

282. Bekerja sampai jauh malam.

283. Bekerja untuk biaya sekolah.

284. Mendapatkan uapah yang rendah.

285. Tidak puas dengan pekerjaan sambilan yang sekarang ini.

286. Tidak dapat mengatur kehidupan diri sendiri dengan baik.                               SRA

287. Sedikit sekali waktu untuk mengerjakan apa yang saya inginkan.

288. Terlalu banyak mengikuti kegiatan sosial (perkumpulan, organisasi).

289. Terlalu banyak waktu untuk belajar.

290. Sedikit sekali waktu untuk membaca apa yang saya inginkan.

291. Tidak berhasil untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain.                       SPR

292. Mudah menjadi panic.

293. Merasa bahwa tak seorang pun mengerti tentang diri saya.

294. Tidak ada seorang pun untuk tempat menyatakan tentang kesulitan saya.

295. Tidak sukamengatakan tentang persoalan saya sendiri.

296. Terlalu banyak mempunyai persoalan tentang diri sendiri.                                 PPR

297. Tidak mau menghadapi persoalan yang ada sekarang.

298. Sering bermimpi yang buruk-buruk.

299. Sering bingung.

300. Mempunyai pikiran untuk bunuh diri.

301. Kecewa dalam percintaan.                                                                                  CSM

302. Memutuskan percintaan.

303. Cintanya tidak terbalas.

304. Terlalu memikirkan tentang teman jenis lain.

305. Haus akan cinta dan kasih sayang.

306. Ayah terlalu jarang pulang.                                                                                 HF

307. Terlalu berat pekerjaan di rumah.

308. Saya menghendaki latar belakang keluarga yag baik.

309. Turut campur tangan urusan keluarga lain.

310. Takut kepada seseorang dalam keluarga saya.

311. Norma moral saya lemah.                                                                                    MR

312. Sukar menghilangkan kebiasaan yang jelek.

313. Kadang-kadang menjadi tidak jujur.

314. Menjadi peminum.

315. Tidak jujur dalam kelas.

316. Takut bicara dalam diskusi kelas.                                                                       ACW

317. Terlalu sedikit perbendaharaan kata-kata saya.

318. Lemah di dalam menulis.

319. Lemah dalam segi bahasa.

320. Tidak cukup mampu membaca dalam bahasa Inggris.

321. Takut tidak mendapatkan pekerjaan setelah lulus.                                             FVE

322. Tidak tahu bagaimana mencari pekerjaan.

323. Sekolah kurang memberikan pertolongan dalam mencari pekerjaan.

324. Ragu-ragu mengenai kemampuan saya dalam mengerjakan pekerjaan dengan baik.

325. Menyangsikan apakah saya akan mendapatkan pekerjaan.

326. Sistem pengajaran yang tidak baik.                                                                    CTP

327. Adanya paksaan untuk mengikuti mata pelajaran yang tidak saya senangi.

328. Terlalu banyak pekerjaan dalam beberapa mata pelajaran.

329. Cara kenaikan kelas yang tidak adil.

330. Soal-soal ulangan yang terlalu sulit.











Keterangan Klasifikasi DCM oleh Ross L. Mooney :

  1.     Health and Physical Development (HDP) / Kesehatan.
  2.     Finance, Living conditions, and Employment (FLE) / Keuangan.
  3.     Social and Recreational Activities (SRA) / Rekreasi/ Penggunaan waktu luang.
  4.     Social Psychological Relations (SPR) / Pergaulan / Sosial.
  5.     Personal Psychological Relations (PPR) / Kepribadian (Emosional).
  6.     Courtship, Sex, and Marriage (CSM) / Asmara/Percintaan.
  7.     Home and Family (HF) / Keluarga.
  8.     Morals and Religion (MR) / Agama/Kepercayaan.
  9.     Adjustment to College Work (ACW) / Pekerjaan/Jabatan.
  10.     The Future Vocational and Educational (FVE) / Kemampuan/ Bakat.
  11.     Curriculum and Teaching Procedures (CTP) / Belajar.

Konseling Klinikal



Konseling Klinikal
Oleh : Aris Kurniawan (Mahasiswa IDIA Asal Pekalongan Jawa Tengah)

I. Pendahuluan
Hubungan antar manusia merupakan hubungan yang unik, Karena bentuk hubungannya tidak hanya berupa kontak fisik atau simbolisasi saja tetapi ada factor lain yaitu perasaan dan jiwa. Ketika manusia berhubungan satu dengan yang lainnya maka akan timbul perasaan yang berbeda dalam diri manusia itu, karena memang sifat dasar manusia itu adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya.
Adakalanya dalam hubungan itu manusia mengalami masalah yang mengakibatkan hal hal negative bagi diri pribadinya dan hubungannya dengan orang lain. Dan terkadang manusia tidak mampu memecahakn masalahnya sendiri, karena memang sangat sulit untuk memecahkan suatu masalah, ketika seseorang yang ingin memecahkan masalah itu menjadi bagian dari masalah tersebut.
Oleh karena itu setiap individu mempunyai peran masing masing didalam masyarakat, sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Seseorang yang berperan sebagai konselor dapat membantu yang lain untuk memecahkan suatu masalah dengan menggunakan metode yang sistematis. Karena pada dasarnya konseling merupakan proses pemberian bantuan dari konselor kepada konseli agar menghasilkan perubahan pikiran, tindakan, ataupun perasaan.
Metode khusus diperlukan didalam konseling agar proses konseling dapat berhasil. Dalam konseling terdapat berbagai metode sistematis, dimana setiap tindakanyang dilakukan diarahkan untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan konselor. Karena setiap individu mempunyai karakteristik kepribadian yang berbeda beda maka untuk menghadapinya diperlukan metode yang khusus, yang berasal dari penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli. Dan salah satunya adalah metode konseling klinikal.
II. Pembahasan
Ada beberapa definisi yang diajukan para pakar dalam mendefinisikan konseling. Menurut Dewa Ketut Sukardi, mengambil kesimpulan dari berbagai definisi konseling, konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dan klien yang berisi usaha yang laras, unik, human (manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas norma norma yang berlaku, agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang.
Definisi diatas tentu akan berkembang lagi, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi. Sehingga konseling tidak hanya dilakukan dengan empat mata atau tatap muka, tetapi bisa dengan teleconference, atau dengan audio video. Dari definisi diatas dapat kita lihat bahwa tujuan konseling adalah untuk membantu klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam memperbaiki tingkah lakunya, atau dengan kata lain untuk membuat klien dapat melakukan hubungan sosial dengan baik.
Konseling klinikal atau yang biasa disebut dengan trait & factor dirintis oleh Donald G. Paterson (1920), tetapi tokoh yang terkenal adalah Edmund Griffith Williamson dengan konseling direktifnya. Yang tujuan utamanya adalah membantu klien mengganti tingkah laku emosional dan impulsive dengan tingkah laku yang rasional, dan melepas tegangan tegangan (tension) dan memperoleh insight. Menurut Williamson konseling bermaksud untuk membantu perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan, dan bertugas untuk membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dam mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan tujuan hidup dan karir.
Oleh karena itu pada awal perkembangannya konsep konseling klinikal merupakan konsep konseling jabatan, yang menitik beratkan pada kesesuaian pendidikan dengan jabatan. Sehingga konseling klinikal / trait & factor berpegang pada pandangan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan sejumlah ciri dari hasil tes psikologis yang mengukur masing masing dimensi kepribadian, dan menggunakan tes psikologis itu untuk menganalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri ciri dimensi atau aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu program studi. Sehingga corak konseling klinikal ini menekankan pada pemahaman diri melalui tes psikologis dan menerapkan pemahaman itu dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Ada beberapa asumsi pokok yang mendasari hubungan konseling klinikal, mengenai pola hubungan antara konselor dengan klien dan keterlibatan dan peranan mereka, diantaranya:
- Bertujuan untuk mengoptinalkan perkembangan individu tanpa mengesampingkan kehidupan sosial individu dengan segala hambatandan kekurangannya dalam mencapai tujuan.
- Konseling tidak hanya menghargai keunikan dan kekhasan individu, tetapi juga mengakui adanya ketergantungan individu dengan yang lainnya. Karena individu akan bermakna apabila ada kaitannya dengan individu lainnya
- Konselor menyadari keterbatasan individu untuk menerima konseling secara sukarela, disamping melakukan usaha untuk mendorong klien memperoleh konseling
- Konseling diperlukan oleh klien ketika menghadapi masalah yang tidak dapat diatasi dan dipecahkan sendiri. Sehingga konseling klinikal bersifat remedial dan penanganan terhadap klien yang terlambat perkembangannya.
- Hubungan konseling bersifat netral terhadap norma dan nilai. Sehingga konselor tidak tidak boleh mengambil sikap tertentu terhadap nilai dan norma yang dianut klien. Meskipun hubungan konseling tidak terlepas dari pola pikir konselor yang mempunyai suatu tujuan.
- Tujuan utama dari konseling adalah membantu individu untuk dapat memahami dirinya secara rasional. Sehinggga tujuan konseling adalah untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi individu, dengan melihat secara objektif berbagai kesulitan yang berasal dari lingkungan dan kesulitan yang dihadapi individu itu sendiri.
Dari beberapa asumsi dasar itu dapat dilihat bahwa pada dasarnya hubungan konseling bersifat netral, konseling bukan berarti mempengaruhi pikiran seseorang untuk melakukan sesuatu sekehendak konselor, atau semacam propaganda pencucian otak, tetapi konseling hanyalah mengarahkan konseli untuk menemukan solusi bagi masalah yang dihadapi dengan megnetahui potensi diri yang dimiliki, sehingga keputusan untuk mengambil tindakan tertentu terletak pada konseli itu sendiri, dan konselor hanyalah membantunya menemukan keputusan itu.
Tujuan Konseling Klinikal
Dari asumsi dasar konsleing klinikal maka dapat diuraikan tujuan dari konsleing klinikal yaitu:
- Untuk membantu seseorang menghadapi masalah yang tidak mampu dipecahkannya sendiri, tanpa unsur subjektifitas dari konselor ketika membantu klien untuk menemukan solusi, atau dengan kata lain konselor harus memahami betul masalah yang dihadapi klien dan kepribadiannya agar dapat menentukan teknik atau pendekatan yang tepat
- Pada dasarnya konseling klinikal adalah proses personalisasi dan individualisasi, sehingga tujuannya adalah untuk membantu klien mempelajari, memahami, dan menghayati, dirinya sendiri serta lingkungannya (individualisasi), dan melancarkan terjadinya proses pengembangan diri, pemahaman diri, perwujudan cita cita, dan penemuan identitas diri (personalisasi).
- Agar individu mampu belajar melihat dirinya sendiri sebagaimana adanya dan mampu untuk mengembangkan potensi potensi yang ada pada dirinya secara optimal. Karena banyak orang tidak mempu mengidentifikasikan dirinya sendiri.
Jadi pada dasarnya tujuan konseling klinikal tidak terlepas dari kebaikan klien itu sendiri, tanpa mengesampingkan hubungan klien dengan individu yang lain.
Langkah-langkah Konseling Klinikal
Ada beberapa proses tahapan yang harus ditempuh ketika melaksanakan konseling klinikal, yaitu:
1. Analisis
Merupakan langkah untuk memahami kehidupan individu, dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber yang bertujuan untuk mengetahui bakat, minat, motif motif, kehidupan emosional, dan karakteristik yang dapat menghambat atau mendukung penyesuaian diri
2. Sintesis
Merupakan langkah menghubungkan dan merangkum data, sehingga menunjukkan bakat, kelemahan, atau kekuatan klien, serta kemampuan penyesuaian diri.
3. Diagnosis
Langkah untuk menemukan ketetapan dan pola yang dapat mengarahkan pada permasalahan, sebabnya, serta sifat klien yang relevan dan berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri.
4. Prognosis
Merupakan langkah untuk meramalkan akibat yang mungkin timbul dari masalah itu, dan memunculkan alternative yang dapat diambil untuk menghadapi permasalahan.
5. Konseling
Merupakan hubungan untuk membantu klien menemukan sumber diri sendiri maupun sumber dari luar dirinya dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini ada lima sifat konseling:
- Belajar terpimpin menuju pengertian diri
- Mendidik atau mengajar kembali untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
- Bantuan pribadi agar klien mengerti dan terampil dalam menerapkan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari hari
- Konseling yang mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan
- Mendidik kembali yang sifatnya sebagai penyaluran
6. Tindak lanjut
Langkah ini merupakan langkah untuk membantu klien melakukan program kegiatan yang dikehendaki atau membantu klien kembali memecahkan masalah masalah baru yang berkaitan dengan masalah semula.
Selain itu ada beberapa teknik dalam konseling klinikal yang dikemukakan oleh Williamson yaitu :
- pembentukan hubungan yang baik antara konselor dan konseli
- membantu klien meningkatkan pemahaman diri, menerima dan memperlakukan klien sebagaimana adanya atau sebagai seorang pribadi
- memberikan saran atau merencanakan program yang akan dilakukan, pemberian nasehat ini bisa dengan cara langsung, tidak langsung atau dengan cara menerangkan kepada klien yang menurut Williamson cara inilah yang terbaik dan memuaskan
- melaksanakan rencana atau keputusan yang telah diambil
- merujuk ke ahli yang lain jika konselor tidak mampu member solusi
Kelebihan Konseling Klinikal
1. Penekanan yang diberikan pada diagnosis mengandung makna sebagai suatu perhatian masalah dan sumber, dan mengarah pada upaya menciptakan teknik teknik untuk mengatasinya
2. Penekanan pada aspek kognitif merupakan upaya menyeimbangkan pandangan lain yangnlebih menekankan aspek afektif atau emosional.


Kekurangan Konseling Klinikal
1. Pandangannya terlalu menekankan kepada pengendalian konselor dan hasil yang dicapai pada diri klien lebih banyak tergantung kepada keunggulan konselor dalam mengarahkan dan membatasi konseli
2. Banyak meminimalkan atau mengabaikan aspek afektif konseli yang seharusnya menjadi perhatian utama konselor
3. Pandangannya dikembangkan dalam situasi pendidikan dan kliennya dibatasi terutama kepada siswa siswa yang memiliki keragaman derajat kemantapan dan tanggungjawab sendiri.
III. Kesimpulan
Konseling klinikal pada awalnya digunakan sebagai psikotes untuk mengetahui kelayakan seseorang untuk mengambil pendidikan atau pekerjaan pada posisi tertentu, tetapi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, konseling klinikal mengalami perluasan sehingga dapat digunakan untuk mengetasi berbagai masalah yang dihadapi seseorang dengan menggali segenap potensi dalam diri untuk mengoptimalkan potensinya dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Identifikasi terhadap kemampuan pribadi dapat memunculkan kepercayaan diri sehingga dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, tetapi identifikasi ini sulit dilakukan secara individual melainkan perlu bantuan dari orang lain untuk menghubungkan antara potensi yang dimiliki dan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Dan proses ini memerlukan langkah langkah yang sistematis agar tujuan yang dicapai semakin optimal.
Karakteristik individu tidak terlepas dari individu yang lainnya sehingga dalam konseling klinikal harus ada kesembangan antara ego dan sosialitas, antara kepentingan konselor dan konseli, dan juga dalam pelaksanaan metode yang dipakai haruslah seimbang antara yangn satu dengan yang lain agar solusi yang didapat tidak malah menimbulkan permasalahan yang baru.