- PENDAHULUAN
Belajar merupakan proses
perubahan perilaku yang disebabkan oleh pengalaman. perubahan Anak yang merasa
ketakutan ketika berjalan sendiri pada malam hari merupakan hasil dari belajar
anak telah belajar menghubungkan kegelapan dengan suatu keadaan yang
menyeramkan. Reaksi ini dapat diperoleh secara tidak sadar maupun secara sadar
dan juga dapat diperoleh dari hasil belajar.
Secara
luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau
bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok
manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat
perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, berbeda dengan
binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran, tetapi
tidak menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich Pavlov, ahli psikologi
Rusia berpengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan. Dalam percobaan itu
ia melatih anjingnya untuk mengeluarkan air liur karena stimulus yang dikaitkan
dengan makanan. Proses belajar ini terdiri atas pembentukan asosiasi
(pembentukan hubungan antara gagasan, ingatan atau kegiatan pancaindra) dengan
makanan.
- Teori Clasikal Conditioning
Dapat dikatakan bahwa pelopor teori coditioning
adalah Ivan Petrovich Pavlov lahir 14
September 1849 di Ryazan Rusia, seorang ahli psikolog-refleksologi dari Rusia. Ia mengadakan
percobaan-percobaan dengan anjing. Secara ringkas percobaan-percobaan Pavlov
dapat kita uraikan sebagai berikut:
Seekor anjing yang telah dibedah sedemikian rupa,
sehingga kelenjar ludahnya berada diluar pipinya, dimasukkan ke kamar yang
gelap. Di kamar itu hanya ada sebuah lubang terletak didepan moncongnya, tempat
menyodorkan makanan atau menyorotkan cahaya pada waktu diadakan
percobaan-percobaan. Pada moncongnya yeang telah dibedah dipasang sebuah pipa
(selang) yang dihubungkan dengan sebuah tabung diluar kamar. Dengan demikian
dapat diketahui keluar tidaknya air liur dari moncong anjing oitu pada waktu
diadakan percobaan-percobaan. Alat-alat yang digunakan dalam percoban-percobaan
itu ialah makanan, lampu senter untuk menyorot bermacam-macam warna, dan sebuah
bunyi-bunyian.
Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan anjing
itu Pavlov mendapat kesimpulan bahwa gerakan-gerakan refleks itu dapat
dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan. Sehingga dengan demikian
dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar (unconditioned
refleks)-keluar air liur ketika melihat makanan yang lezat dan refleks
bersyarat atau refleks yang dipelajari (conditioned refleks)-keluar
air liur karena menerima atau bereaksi terhadap warna sinar tertentu, atau
terhadap suara bunyi tertentu.
Demikianlah maka menurut teori conditioning
belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya
syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response).
Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat
tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning
ialah adanya latihan-latihan yang continue (terus-menerus). Yang
diutamakan dalm teori ini adalah hal belajar yeng terjadi secara otomatis.
Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak
lain adalah hasil daripada conditioning. Yaitu hasil daripada
latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat atau
perangsang-perangsang tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya. Proses belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov
terdiri atas pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons refleksif. Dasar
penemuan Pavlov tersebut, menurut J.B. Watson diberi istilah Behaviorisme.
Watson berpendapat bahwa perilaku manusia harus dipelajari secara objektif. la
menolak gagasan mentalistik yang bertalian dengan bawaan dan naluri. Watson
menggunakan teori Classical Conditioning untuk semuanya yang bertalian
dengan pembelajaran. Pada umumnya ahli psikologi mendukung proses mekanistik.
Maksudnya kejadian lingkungan secara otomatis akan menghasilkan tanggapan.
Proses pembelajaran itu bergerak dengan pandangan secara menyeluruh dari
situasi menuju segmen (satuan bahasa yang diabstraksikan dari kesatuan wicara
atau teks) bahasa tertentu. Materi yang disajikan mirip dengan metode dengar
ucap.
Kelemahan dari teori conditioning ini
adalah, teori ini mengangaap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secarab
otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya. Peranan
latihan atau kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tidak tahu bahwa
dalam bertindak dan berbuat sesuatu manusia tidak semata-mata tergantung kepada
pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih
dan menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya. Teori conditioning
ini memang tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang. Pada manusia
teori ini hanya dapat kita terima dalam hal-hal belajar tertentu. Umpamanya
dalam belajar yang mengenai skills (kecekatan-kecekatan) tertentu dan mengenai
pembiasaan pada abak-anak kecil.
Dari eksperimen yang
dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :
a. Law of
Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
b. Law
of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks
yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan
kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
2.
Pengertian Teori Behaviorisme
Behaviorisme
merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek –
aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan,
bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar
semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan
yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori
belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya
perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau
mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional;
behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh
faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori
belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu
sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep
”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan
unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan
lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya
latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan
hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada
teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku
manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement
dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan
yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang
menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi
terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.
3.
Aplikasi Teori Behaviorisme
Belajar adalah
perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang konkret atau yang non
konkret, berlangsung secara mekanik memerlukan penguatan. Aplikasi teori
belajar behaviorisme dalam pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti
tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia. Adapun contoh aplikasi teori belajar behaviorisme menurut Pavlov adalah pada
awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang
guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya,
sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya.
© Penulis: Misbahus Surur (Mahasiswa STAI
Ma’had Aly Al-Hikam Malang).
Daftar Pustaka
Ngalim Purwanto.2004.Psikologi Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 89-41
Muhibbin Syah. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hlm. 95
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT. Rosdakarya. Hlm. 106
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukan anda dan kritik anda sangat berarti demi kemajuan saya terimakasih atas saran-saran dari anda semua semoga bermanfaat bagi saya dan kita semua.... Amiin