Minggu, 20 Januari 2013

Tugas Perkembangan Remaja


PENDAHULUAN

            Dalam dunia perkembangan peserta didik, hal ini dilalui dengan masa –  masa atau periodesasi dimana di mulai dari masa :

- prenatal : sejak terjadinya proses pembuahan sampai lahir (0-9 bulan),

- masa bayi: yaitu sejak kelahiran 18 – 24 bulan,

- masa anak-anak awal (early chilhood) : sejak kelahiran bayi usia ( 5 – 6 )tahun, - masa anak – anak tengah (middle childhood) : usianya berkisar ( 7 – 9 ) tahun, - masa anak – anak akhir (late childhood ): pada masa ini berusia sekitar ( 10 – 12 ) tahun,

- masa remaja (adolescence): berusia sekitar (10 – 12 ) tahun sampai (18 – 22) tahun,

- masa dewasa awal (18 – 22 ) – 30 tahun atau muda (young adulthood),

- masa pertengaha dewasa ( 35 – 45 ) tahun (middle adulthood ), dan

- masa dewasa akhir pada usia akhir pada usia ( 45 -60- 70) tahun (late adulthood).

            Bila dikaji dengan cermat fokuskan perhatian kita kepada peserta didik sangat menarik untuk membahas masa pranatal hingga masa kematian . Dengan mempelajari perkembangan peserta didik, kita akan memperoleh keuntungan yang kita lihat dari periode – periode yang akan datang.

            Psikologi perkembangan akan secara terbuka mengungkap proses, atau aspek psikologi yang dimulai dari tahap kognitif, tahap biologis dan yang terakhir tahap sosio emosinal dimana. Ketiga tahap tersebut saling berkaitan antara tahap satu dengan tahap – tahap selanjutnya.    



A. Latar Belakang

Ada seperangkat hal yang harus dimiliki remaja dalam mempersiapkan diri memasuki kehidupan dewasa agar dia memiliki kehidupan masa dewasa agar dia memiliki keutuhan pribadi dalam arti yang seluas-luasnya. Dari segi individu, apa yang harus dimilikinya itu dikaitkan dengan perkembangan pikir, sikap dan perasaan, kemauan, dan perbuatan nyata.

Banyak tuntunan dari faktor-faktor sosial, religius, serta nilai dan norma yang mendorong remaja memikul beban tugas dan tanggung jawab. Harapan dan tuntunan itulah yang melatarbelakangilahirnya tugas-tugas perkembangan remaja, yang oleh R.J Havighurst developmental task. Secara sederhana, makna tugas perkembangan dimaknai sebagai berikut :

a.    Tugas perkembangan adalah petunjuk yang memungkinkan seseorang untuk mengerti dan memahami harapan atau tuntunan masyarakat dan lingkungan lain terhadap seseorang dalam usia tertentu. Arti ini mengandung makna; pertama; dari segi orang dewasa, dia mengetahui hal-hal yang harus diajarkan kepada anak-anak sesuai dengan yang diharapkan oleh lingkungannya (khususnya bagi masa kanak-kanak), dengan mengetahui hal-hal yang harus ditanamkan dan dikuatkan dalam membimbing seorang anak dalam masa pubertas dan masa remaja. Kedua; dari segi anak yang sadar menuju kedewasaannya, dia dapat mengetahui hal-hal yang harus dipelajari dan dikuasai dalammasa kehidupan tertentu yang sesuai dengan tuntunan masyarakat dan lingkungan yang lebih luas.

b.    Tugas perkembangan merupakan petunjuk bagi seseorang tentang harapan pada masa yang akan datang. Arti ini mengandung makna, dari segi pendidik, dia dapat mengetahui hal-hal yang harus dikuasai oleh anak didiknya (kelak dalam masa pubertas, masa remaja, masa dewasa dan masa tua) sehingga dapat hidup lebih ”well-ajusted”. Dari segi anak didik (dalam masa pubertas, remaja), dia dapat memandang jauh ke depan sehingga mengetahui bahwa dalam masa dewasa dan masa tuanya kelak terdapat seperangkat tugas perkembangan yang harus dikuasainya sehingga di kelak dapat lebih ”well-ajusted”.



B. Permasalahan

·     Apa Masa Remaja itu ?

·     Apa Pengertian Tugas Perkembangan Remaja ?

·     Apa saja Jenis dan Tugas Perkembangan Remaja ?

·     Meliputi Apa sajakah Faktor-faktor yang Berpengaruh Pada Tugas Remaja ?

·     Apa Batasan Usia dan Ciri-ciri Remaja ?

·    Bagaiman  Perubahan Psikologi Remaja ?

·     Dan Apa Teori-teori  Tumbuh Kembang Remaja ( Adolescence ) ?

C. Tujuan penulisan

- Sebagai salah satu sarana untuk mendapatkan nilai dari Mata Kuliah   Perkembangan Peserta Didik.

- Untuk mengetahui berbagai macam permasalahan seputar Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja.

D. Manfaat penulisan

-  Bertambahnya wawasan mengenai pembahasan Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja.

-  Dapat mengetahui berbagai macam persoalan seputar Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja.




PEMBAHASAN

Tugas Perkembangan Masa Remaja (Adolescence)



Ø  Masa Remaja (Adolescence)

     Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak kemasa dewasa (12 tahun – akhir belasan tahun). Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas sebagai individu yang terpisah dari keluarga, dan menghadapi tugas menentukan cara mencari mata pencaharian. Suatu tahapan transisi menuju ke status orang dewasa mempunyai beberapa keuntungan. Tahapan transisi memberi remaja itu suatu masalah yang lebih panjang untuk mengembangkan berbagai keterampilan serta untuk mempersiapkan masa depan, tetapi masa itu cenderung menimbulkan masa pertentangan (konflik) kebimbangan antara ketergantungan dan kemandirian. Sulit untuk merasakan sepenuhnya kemampuan memenuhi kebutuhan sendiri jika masih tinggal dirumah atau menerima bantuan keuangan dari orang tua.

1.    Perkembangan seksual

           Pada awal masa remaja, sebagian besar anak muda mengalami suatu masa perkembangan jasmani yang sangat cerpat (lonjakan pertumbuhan masa remaja) diiringi dengan perkembanga terhadap dari angan-angan reproduksi serta karakteristik seks kedua (perkembangan buah dada pada anak perempuan, tumbuh janggut pada anak laki-laki, dan muncul bulu-bulu kelamin pada anak laki-laki dan perempuan). Terdapat berbagai ragam usia pada saat mencapai masa pubertas. Beberapa anak perempuan mendapat haid pada awal usia 11 tahun, dan lainnya sampai usia 17 tahun sampai rata – rata adalah pada usia 12 tahun 9 bulan. Anak laki – laki menunjukan ragam usia yang sama dalam mencapai kematangan seks, tetapi rata – rata mereka mengalami pancaran perkembangan dan menjadi matang dua tahun lebih lambat dari anak perempuan.



2.    Standart dan Prilaku Sosial

          Pandangan menganai hubungan seks sebelum kawin, homoseksual, hubungan seks di luar nikah, serta prilaku seks tertentu mungkin sekarang lebih terbuka dan bebas dibandingkan dengan pandangan masa lalu.

3.    Mencari identitas

Tugas penting yang dihadapi para remaja adalah mengembangakan persepsi identitas dari ( sences of individual  identity ) untuk menemukan jawaban terhadap pernyataan identitas diri . selama masa remaja, penilaian dari kelompok sebaya menjadi bertambah penting dan kaum remaja menentukan identitas individu yang terpisah dari keluarga mereka. Suatu cara pendekatan terhadap masalah idetitas adalah dengan mencoba berbagai peran dan cara berprilaku. Idetitas menyampanh adalah yang bertentangandengan nilai – nilai dalam masyarakat.



A.   Pengertian Tugas-tugas Perkembangan

Seorang ahli psikologi yang dikenal luas dengan teori tugas-tugas perkembangan adalah Robert J. Havighurst ( Hurlock  1990 ). Tugas-tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas perkembangan tersebut  beberapa diantaranya muncul sebagai kematangan fisik, sedangkan yang lain berkembang karna adanya aspirasi budaya, sementara yang lain lagi tumbuh dan berkembang karena nilai-nilai dan aspirasi individu.

      Tugas-tugas perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang sangat bermanfaat bagi individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan, yaitu sebagai berikut :

1.    sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia –usia tertentu.

2.    memberikan motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok social pada usia tertentu sepanjang kehidupannya.

3.    menunjukkan kepada setiap individu tenteng apa yang akan mereka hadapi dan meliputi tindakan apa yang diharapakan  dari mereka jika nantinya akan memasuki tingkat perkembangan berikutnya.

 
B.   Jenis Tugas-tugas Perkembangan Remaja


Menurut  havighusrt  ( Hurlock 1990 ) ada beberapa  tugas perkembagan  yang harus diselesaikan  denagan baik oleh remaja , yaitu :

1.    Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman denagan teman sebaya baik maupun wanita.

a.    Hakikat tugas

Mempelajari anak perempuan sebagai wanita dan anak laki-laki sebagai pria, menjadi dewasa  diantara orang dewasa, dan belajar  memimpin tanpa  menekan orang lain.

b.    Dasar Biologis

Secara biologis, manusia  terbagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Kematangan seksual dicapai selama masa remaja. Daya tarik seksual menjadi satu kebutuhan yang dominan dalam kehidupan remaja. hubungan sosial dipengaruhi oleh kematanaga fisik yang telah dicapai.

c.    Dasar Psikologis

Dalam kelompok sejenis , remaja  belajar untuk  bertingkah laku sebagaimana orang dewasa. Adapun dalam kelompok lain sejenis, remaja menguasai keterampilan sosial.

2.    Mencapai peran sosial pria dan wanita

a.    Hakikat tugas

Mempelajari peran sosial dengan  jenis kelaminnya sebagai pria dan wanita.

b. Dasar biologis  

            Diinjau  dari kekuatan fisik, remaja putri lebih lemah dari remaja putra, namum remaja putri memiliki lain meskipun memiliki kelemahan fisik.



Ø   Tugas perkembangan masa remaja
• Memperoleh hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan yang sebaya dari kedua jenis kelamin
• Memperoleh peranan sosial dengan jenis kelamin individu
• Menerima fisik dari dan menggunakan badan secara efektif
• Memperoleh kebebasan diri melepaskan ketergantungan diri dari orang tua dan   orang dewasa lainya
• Melakukan pemilihan dan persiapan untuk jabatan
• Memperolah kebebasan ekonomi
• Persiapan perkawinan dn kehidupan berkeluarga
• Mengembangkan keterampian intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara yang baik
• Memupuk dan memperolah perilaku yang dpat dipertanggungjawabkan secara sosial
• Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman berperilaku.



C. Tugas dan Proses Perkembangan Remaja Dilihat Dari Proses Biologis, Kognitif dan Sosioemosional



1. Proses Biologis Remaja (Biological Processes Adolescence)

~ Remaja menurut hukum

*      Perubahan fisik pada remaja

                               1. Pada Remaja Wanita

                               Usia 10-11 tahun

·        Puting susu semakin  besar

·         Rambut kemaluan mulai tumbuh

                                Usia 11-13

·         Alat-alat reproduksi mulai berkembang



                                Usia 12-14

·         Payudara berkembang lebih lanjut , puting susu  makin menghitam

                                Usia 13-15

·         Rambut kemaluan semakin banyak, bulu ketiak makin tubuh

·         Manarche terjadi pada usia ini, tetapi masih belum teratur

·         Lemak disekitar pinggul  dan payudara  semakin tebal

·         Haid mulai teratur

                               Usia 16-18

·         Pertumbuhan tinggi badan berhenti, tinggi maksimum sudah tercapai

2.    Pada Remaja Pria :

·                melebarnya bagian bahu

·                dada terlihat semakin bidang

·                alat kemaluan pria akan bertambah panjang

·                kedua scrotum semakin panjang

·                usia 14 tahun suara semakin rendah dan bariton

·                kotak suara membesar , mendorong  jakun lebih keluar

·               tumbuh rambut pada dada, ketiak, kaki tangan dan daerah sekitar kemaluan.



2. Proses Kognitif Remaja (Cognitive Processes Adolescence)

Menurut Peaget remaja itu dalam proses kognitifnya masuk ke tahapan oprasional formal.


Tahapan Oprasional Formal (12 tahun ke atas) :

§  Mampu berfikir logis soal abstrak serta menguji hipotesis, masa depan, dan masalah ideologis.

§  Sudah bisa mengetahui sebab dan akibat dari apa masalah yang kemungkinan terjadi.

§  Perkembangan otak berlaku dengan pesat yaitu 30% - menuju kesempurnaan.

§  Meningkatnya kemampuan berfikir (thinking).

§  Sudah dapat/bisa memecahkan masalah sendiri (problem solving).

§  Bisa mengambil keputusan (decision making).

§  Mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya (intellegence).

§  Mengembangkan bakat (apttitude).



3. Proses Sosioemosional Remaja (Socioemotional Processes Adolescence)

Proses Sosioemosional Remaja (Socioemotional Processes Adolescence) meliputi antara lain :

1. Relasi Individu dengan lingkungan (orang lain)

v  Mulai dapat bersosialisasi dengan baik walau lebih ke arah teman sebayanya saja.

v  Manusia dikenal dengan mahluk sosial (homosocio-politicon), ia tak mampu hidup seorang diri tanpa bantuan dari orang lain. Karena itu setiap orang sangat memerlukan pertolongan orang lain.

v  Dapat bergaul dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain akan mampu mengubah presepsi, pandangan, sikap, dan perilaku seseorang, sebab dalam pergaulan terjadi interaksi antar individu yang ditandai dengan pertukaran (transfer) informasi tentang pengetahuan, adat istiadat, kebiasaan, dan budaya.


     2.  Perubahan pada emosi

v  Mudah terusik, agresif, murung, cuek, memberontak, emosional.

v  Sangat mengambil kira tentang penampilan diri mereka, apa orang lain kata dan fikirkan.

v  Suka menyendiri, berkurung dalam bilik, lihat cermin,

v  Merasa malu dan keliru dengan perubahan diri

v  Merasakan tarikan seksual dan mudah dirangsang.

v  Mengalami rasa ingin tahu tentang seks dan mudah jatuh cinta.

v  Tidak suka diatur dan disuruh oleh ibu dan bapak.

v  Sering berselisih paham dengan orang tua.



3. Perubahan pada kepribadian

v  Dari yang kekanak-kanakan sudah mulai berperilaku ke arah yang lebih dewasa.

v  Ia akan memiliki konsep diri, harga diri, percaya diri, dan efikasi diri yang baik.

v  Ketidak mampuan menyesuaikan diri pada kepribadiannya akan membuat seseorang mengalami kehidupan terasing, rendah diri, apatis, pesimis, merasa cemas, kuatir/takut. Akibatnya akan mempengaruhi pada krisis kepribadian (personality crisis).



D. Faktor-faktor yang Berpengaruh Pada Perkembangan Tugas Remaja

Secara keseluruhan faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut:

1. faktor herediter/keturunan (genetis),

        2. faktor lingkungan,

        3. faktor interaksi antara genetis dan lingkungan.

             faktor-faktor  yang berpengaruh  terhadap lancarnya pelaksanna tugas-tugas perkembangan :

a)    pertumbuhan fisik remaja. tugas perkembagan akan suskses  bila  pertumbuhan  fisik remaja berjalan dengan sewajarnya.

b)    Perkembangan psikis remaja. tugas perkembangan akan sukses bila perkembangan psikisnya, seperti mental, sikap perasaannya berkembang dengan wajar.

c)    Posisi remaja dalam keluarga.  Kelancaran tugas perkembangan juga banyak dipengaruhi oleh posisinya ditengah keluarga; sebagai anak tunggal atau bukan, anak kandung atau anak angkat, anak  pertama atau terakhir .

d)    Kesempatan remaja untuk mempelajari tugas- tugas perkembangan . banyak sedikitnya kesempatan yang dimiliki remaja sangat berpengaruh pada pelaksanaan tugas perkembangan remaja .

e)    Motivasi diri. Ada tidak adanya motivasi kuat atau lemah nya , atau faktor pendorong yang ada dalam diri seorang remaja akan memperlancar atau menghambat pelaksanaan tugas – tugas perkembangan remaja .



            E. Batasan Usia dan Ciri-ciri Remaja



            1. Batasan Usia Masa Remaja

            Menurut para ahli psikologi berkebangsaan belanda seperti L.C.T. Bigot. , Ph.Kohstam dan B.G Palland, membagi masa kehidupan , sebagai berikut :

1. Masa bayi dan anak-anak 0-7 tahun

            a. masa  bayi                0-1 tahun

            b.masa kanak                       -masa vital     V 1-2 tahun

                                                            -masa estitis  R 2-7 tahun



2. Masa sekolah / intelektuil   7-13  tahun



3. Masa sosial                           13-21tahun

            a. masa pueral              13-14 tahun

            b. masa pubertas          14-15 tahun

            c. masa pubertas           15-18 tahun

            d. masa edolescence    18-21 tahun



            Berdaraskan bentuk bentuk perkembangan dan pola perilaku yang tampak khas bagi usia – usia tertentu, menurut Elisabeth B.Hurlock, ada 11 masa dalam rentangan kehidupan manusia yaitu :

Prenatal                                 : sejak konsepsi sampai akhir

Masa neonatus                    : lahir sampai minggu ke-2 setelah lahir. Masa bayi akhir minggu kedua sampai akhir tahun ke-2

Masa anak” awal                  : 2 - 6 tahun.

Masa anak “ akhir                : 6 -10 atau 11 tahun.

Pubertas/ preadolescence : 11 atau 12 - 13 tahun.

Masa remaja awal                : 13 atau 14 - 17 tahun.

Masa remaja akhir               : 17 tahun - 21 tahun.

Masa dewasa awal              : 21 tahun - 40 tahun.

Masa setangah baya           : 40 tahun - 60 tahun.

Masa tua                                : 60 tahun atau lebih.

            Berdasarkan Kwee Soen Liang S.H. membagi masa puberteits yaitu sebagai berikut :



1.    Pra puberteits ;  Pria      : 13-14 tahun (fase negatif)

                                     Wanita : 12 – 13 tahun (sturmund drang )



2.    puberteits      ;  Pria      : 14 – 18 tahun (merindu)

                                         Wanita   :13-18 (puja)



   3. Adolescence   :  Pria     : 19 – 23 tahun

                                    Wanita : 18 – 21 tahun



2. Ciri – ciri Umum Masa Remaja

a.    Masa yang penting

            Semua periode dalam rentang kehidupan memang penting, tetapi ada beberapa dalam tingkat kepentingannya. Adanya akibat yang  langsung terdapat sikap dan tingkah laku serta akibat – akibat jangka panjangnya menjadikan periode remaja lebih penting daripada periode lainnya.

b.    Masa transisi

            Transisi merupakan tahap peralihan dari satu tahap perkembangan ketahap berikutnya. Maksudnya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan membekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.

c.    Masa perubahan

            Selama masa remaja, tingkat perubahan sikap dan prilaku sejajar dengan tingkah laku perubahan fisik. Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat selama masa awal remaja, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat.

            Perubahan yang terjadi pada masa remaja memang beragam, tetapi ada perubahan yang terjadi pada semua remaja :

1)    Emosi yang tinggi. Intensitas emosi bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.

2)    Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh lekompok sosial menimbulkan masalah baru.

3)    Perubahan nilai – nilai sebagai kosekuensi perubahan minat dan pola tingkah laku.

4)    Bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Remaja menghendaki dan menuntut kebebasan, tetapi sering takut bertanggung jawab akan resikonya dan meragukan kemampuannya untuk mengatasinya

d.    Masa bermasalah

            Meskipun setiap periode memiliki masalah sendiri,masalah masa remaja termasuk masalah yang sulit diatasi,baik anak laki-laki maupun anak perempuan.


e. Masa pencarian identitas

            Penyesuaian diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting bagi remaja daripada individualitas. Contohnya,dalam hal berpakaian,berbicara dan tingkah laku,remaja ingin seperti teman-teman gengnya. Banyak cara yang dilakukan remaja untuk menunjukkan identitasnya, antara lain penggunaan simbol-simbol status dalam bentuk kendaraan,pakaian,dan pemilikan barang-barang laen yang mudah dilihat.


      f. Masa munculnya ketakutan

            Konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri juga dipengaruhi oleh setereotip populer,seperti pendapat Antony,”setereotip juga berfungsi sebagai cermin yang ditegakkan masyarakat bagi remaja,yang menggambarkan citra diri remaja sendiri,yang lambat laun dianggap sebagai gambaran yang asli dan remaja membemtuk prilakunya sesuai dengan gambaran ini”. Hal ini juga mengakibatkan munculnya banyak konflik antara orang tua remaja,serta adanya penghalang untuk saling membantu keduanya dalam mengatasi beragam masalah.

      g. Masa yang tidak realistik

pandangan subjektif cenderung mewarnai remaja. Mereka memandang diri sendiri dan orang laen berdasarkan keinginannya dan bukan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, apalagi dalam hal cita-cita. Tidak hanya berakibat bagi dirinya sendiri,bahkan bagi keluarganya dan teman-temannya,cita-cita yang tidak realistik ini berakibat pada tingginya emosi yang merupakan ciri awal masa remaja.

      h. Masa menuju masa dewasa

            Saat usia kematangan kian dekat, para remaja merasa gelisah untuk meninggalkan setereotip usia belasan tahun yang indah disatu sisi, dan harus bersiap-siap menuju usia dewasa disisi lainnya. Kegelisahan itu timbul akan akibat  kebimbangan tentang  bagaimana meninggalkan masa remaja dan bagaimana pula memasuki masa dewasa.

3.    Ciri – ciri Khas Remaja Awal

            Masa remaja awal dimulai ketika usia seorang anak telah berusia genap 12/13 tahun, dan berakhir pada usia 17/18 tahun.Anak usia belasan tahun sering ditunjukkan bagi remaja awal.

            Gejala – gajala yang disebutgejala fase negatif biasa terjadi pada perubahan akhir periode pubertas atau paruhan awal masa remaja awal. Oleh karena itu, periode pubertas sering disebut sebagai fase negatif.

            Selain ciri dan fase negatif yang dimiliki bersama (pubertas dan remaja awal ) itu, masa remaja awal juga memiliki ciri khas yang tidak dimiliki masa – masa yang lain. Diantaranya adalah sebagai berikut ini :

a)   Tidak stabil emosi

            Menurut Granville Stanley Hall , perasaan masa ini sangat peka, yaitu perasaan dan emosinya laksana embusan badai dan topan dalam kehidupan. Karena itu tidak heran jika sikap dan sifat remaja yang sangat antusias bekerja tiba – tiba menjadi lesu, dari sangat gembira menjadi sangat sedih, dari merasa percaya diri sangat ragu, termasuk dalam menentukan cita – cita.

b)   Lebih menonjolnya sikap dan moral

            Matangnya organ – organ seks mendorong remaja untuk mendekati, lawan seksnya sehingga terkadang berprilaku berlebihan yang dinilai tidak sopan dalam masyarakat. Muncul keberaniannya untuk menonjolkan sex appeal dan melakukan hal – hal yang hampir membahayakan, sehingga masalah dengan orang tua atau orang dewasa lainnya seringkali terjadi.

c)   Mulai sempurnanya kemampuan mental dan kecerdasan

            Pada remaja awal, kemampuanmantal dan kemampuan berpikirnya mulai sempurna. Gejala ini terjadi pada usia antara 12 – 16 tahun. Alfred Binet menjelaskan lebih jauh bahwa pada usia 12 tahun, kemampuan anak untuk mengerti informasi abstrak, baru sempurna. Dan pada usia 14 tahun, mulailah sempurna kemampuan untuk mengambil kesimpulan dan informasi abstrak, sehingga remaja awal suka menolak hal – hal yang tidak masuk akal.


d)   Membingungkannya status

            Hal yang tidak hanya sulit ditentukan, tetapi membingungkan, adalah status remaja awal, sehingga orang dewasasering memperlakukannya secara berganti – ganti, karena masih ragu memberi tanggung jawab dengan alasan merekan masih kanak – kanak.

e)   Banyak masalah yang dihadapi

            Banyak faktor yang menjadi masalah bagi remaja. Selain adanya ciri – ciri remaja tersebut diatas, sifat emosional remaja awal juga menjadikannya menghadapi banyak masalah. Karena emosionalitasnya lebih mendominasi kemampuan, dia kurang mampu untuk menyepakati pendapat orang lain yang kodradiktif dengan pendapatnya, sehingga seringkali muncul masalah baru, yaitu konflik sosial. Penyebab lain adalah semakin minimnya peran orang tua atau orang dewasa lain dalam membantu pemecahan masalahnya, masalahnya, meskipun hal itu terjadi karena ulahnya sendiri, yaitu menolak bantuan itu.

f)     Masa yang kritis

            Kebimbangan remaja dalam menghadapi dan memecahkan atau menghindari suatu masalah menjadi indikasi kritisnya masa ini. Bila remaja tidak mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahnya, dia akan menjadi orang dewasa yang bergantung pada orang lain.

            Scheinfield berpendapat tentang berbagai perubahan interaksi antara remaja laki – laki dan perempuan sepanjang periode pubertas dan masa remaja awal.

            Pada usia 9 – 11 tahun      : anak laki-laki merasa bermusuhan atau tidak peduli terhadap teman perempuan, sedangkan anak perempuan mulai menunjukan perhatiannya kepada teman sejenis.

            Pada usia 11- 14 tahun      : menjalin kerja sama dalam berbagai kelompok , dan  ada pula yang mulai menjalin cinta.

            Pada usia 15-16/17 tahun :   tidak sedikit di antara remaja laki- laki dan perempuan yang mulai berpacaran.



4.    Ciri Khas Remaja Akhir

            Di indonesia, batasan usia remaja akhir adalah antara 17 tahun sampai 21 tahun,bagi wanita sedangkan laki – laki 18 sampai 22 tahun. Diantara batasan usia itu, terjadi proses penyempurnaan pertumbuhan fisik dan perkembangan aspek – aspek psikis yang telah dimulai sejak masa – masa sebelumnya, yang mengarah pada kematangan yang sempurna.

            Pola – pola sikap, perasaan pikir dan tingkah laku, remaja akhir memiliki ciri – ciri khas yang membedakan dengan remaja awal yaitu sebagai berikut :



a)   Mulai stabil

            Dalam aspek – aspek fisik dan psikis, laki – laki muda dan menunjukan peningkatan kestabilan emosi. Kesempurnaan bentuk jasmani membedakannya dengan paruhan awal masa remaja awal.

Ada 2 faktor yang berpengaruh terhadap proses kestabilan remaja akhir yaitu :

1.    sikap mendidik orang tua dan

2.    jarak tempat orang tua dengan remaja.



b)   Lebih realistis

            Memandang diri lebih tinggi atau lebih rendah dari keadaan yang sebenarnya sering terjadi pada masa remaja awal. Contohnya, remaja awal memandang dirinya jelek, padahal tampan / cantik, atau pandangan sebaliknya. Begitu pula pandangannya terhadap hal lainnya, seperti pakaian, teman sebaya, benda – benda, dan keluarga.



c)   Lebih Matang Menghadapi Masalah

            Masalah yang dihadapi remaja akhir relatif sama dengan masalah yang dihadapi remaja awal. Cara menghadapi cara itulah yang membedakannya. Bila masa remaja awal menghadapi dengan sikap bingung dan tingkah laku yang tidak efektif, remaja akhir menghadapinya dengan lebih matang kematangan itu ditunjukkan dengan usaha pemecahan masalah-masalah yang dihadapinya baik dengan cara sendiri maupun dengan diskusi dengan teman-teman sebayanya.

d)   Lebih Tenang Perasaannya

            Secara umum, pada paruh akhir masa remaja akhir, remaja lebih tenang dalam menghadapi masalah-masalahnya dibadingkan pada paruh awal masa remaja akhir. Remaja akhir, jarang memperlihatkan kemarahan, kesedihan dan kecewa, sebagaimana terjadi pada remaja awal.

            F.   Perubahan Psikologi Remaja

            Perubahan emosi pada remaja ditandai dengan ciri-ciri yang khas sebagai berikut :
  1.     Keinginan mencari jati diri,
  2.     Remaja mulai mempertanyakan mengenai kehidupan, masa depan, kehidupan keluaraga dan karir,
  3.     Keinginan untuk diakui dan dihargai,
  4.     Pada masa ini ego mulai berkembang, remaja membutuhkan  apa yang namanya cinta, merasakan getaran-getaran yang menyenangkan bila bertemu lawan jenis yang disukainya.
  5.     Keinginan untuk bebas tanpa dikekang ,
  6.     Kondisi ini dapat menyebabakan kelebihan remaja selalu iagin mencoba segala sesuatu,
  7.     Mencari figur idola,
  8.     Remaja mencari figur orang lain diluar rumah yang dirasa paling baik bagi dirinya seperti guru, tokoh seniman , tokoh agama dan lain-lain.
  9.     Cenderung menentang,
  10.     Terikat dengan kelompok ,
  11.     Remaja dalam sosialnya sangat tertarik pada kelompok sebayanya.

   G. Teori-teori  Tumbuh Kembang Remaja ( Adolescence )
  1. Membina hubungan  baru yang lebih dewasa dengan teman sebaya  baik laki-laki maupun perempuan
  2.     Pencapaian peran sosial maskulintas atau feminitas .
  3.     Pencapaian kemandirian  emosi dan orang tua, orang lain .
  4.     Pencapaian kemandirian  dalam mengatur keuangan .
  5.     Menerima keadaan fisiknya  dan menggunakan secara efektif.
  6.     Memilih dan mempersiapakan pernikahan dan kehidupan kelurga.
  7.     Membangun keterampilan  dan konsep-konsep intelektual yang perlu bagi warga negara.
  8.     Pencapaian tanggungjawab sosial.
  9.     Memperoleh nilai-nilai dan sistem sebagai penuntu dalam berprilaku.

 
KESIMPULAN
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:

1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
2. Ketidakstabilan emosi.
3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
7. Senang bereksperimentasi.
8. Senang bereksplorasi.
9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
10. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.

Selain berbagai tuntutan psikologis perkembangan diri, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada remaja, antara lain:

    Pertumbuhan Fisik yang sangat Cepat
    Emosinya tidak stabil
    Perkembangan Seksual sangat menonjol
    Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
    Terikat erat dengan kelompoknya

Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan.

 Pada umumnya masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:

1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun

a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:

    Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
    Anak mulai bersikap kritis

b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:

    Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
    Memperhatikan penampilan
    Sikapnya tidak menentu/plin-plan
    Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib

c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:

    Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
    Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria

2. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun

Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:

    perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
    mulai menyadari akan realitas
    sikapnya mulai jelas tentang hidup
    mulai nampak bakat dan minatnya

 Dengan mengetahui berbagai tuntutan psikologis perkembangan remaja dan ciri-ciri usia remaja, diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.

             Permasalahan yang sering muncul sering kali disebabkan ketidaktahuan para orang tua dan pendidik tentang baerbagai tuntutan psikologis ini, sehingga perilaku mereka seringkali tidak mampu mengarahkan remaja menuju kepenuhan perkembangan mereka. Bahkan tidak jarang orang tua dan pendidik mengambil sikap yang kontra produktif dari yang seharusnya diharapkan, sehingga semakin mengacaukan perkembangan diri para remaja tersebut. Sebuah PR yang panjang bagi orang tua dan pendidik, yang menuntut mereka untuk selalu mengevaluasi sikap yang diambil dalam pendidikan remaja yang dipercayakan kepada mereka. Dengan demikian, diharapkan para orang tua dan pendidik dapat memberikan rangsangan dan motivasi yang tepat untuk mendorong remaja menuju pada kepenuhan dirinya.

Tugas perkembangan masa remaja
• Memperoleh hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan yang sebaya dari kedua jenis kelamin
• Memperoleh peranan sosial dengan jenis kelamin individu
• Menerima fisik dari dan menggunakan badan secara efektif
• Memperoleh kebebasan diri melepaskan ketergantungan diri dari orang tua dan orang dewasa lainya
• Melakukan pemilihan dan persiapan untuk jabatan
• Memperolah kebebasan ekonomi
• Persiapan perkawinan dn kehidupan berkeluarga
• Mengembangkan keterampian intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara yang baik
• Memupuk dan memperolah perilaku yang dpat dipertanggungjawabkan secara sosial
• Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman berperilaku.



      Dan  dapat pula tugas dan proses perkembangan itu dapat dilihat dari segi proses biologis, proses kognitif dan proses sosioemosional.


DAFTAR PUSTAKA



Surtano dan Hartono, Agung. (2000), Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta.

Gunarsa, Singgih D, dan Ny. Singgih D.G. (1991), Psikologi Remaja, Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.

Mappiare, Andi. (1982), Psikologi Remaja, Surabaya : Usaha Nasional.

Mulyadi, Seto. (2008), Psikologi Perkembangan, Indonesia : Adhama.

Conger, J.J. (1991). Adolescence and youth (4th ed). New York: Harper Collins.

Hurlock, E. B. (1990). Developmental psychology: a lifespan approach. Boston: McGraw-Hill.

Rice, F.P. (1990). The adolescent development, relationship & culture (6th ed.), Boston: Ally & Bacon

Santrock, J.W. (2001). Adolescence (8th ed.). North America: McGraw-Hill.

Aaro, L.E. (1997). Adolescent lifestyle. Dalam A. Baum, S. Newman J. Weinman, R. West and C. McManus (Eds). Cambridge Handbook of Psychology, Health and Medicine (65-67). Cambridge University Press, Cambridge.






KURT LEWIN (Teori Medan (Field Theory) & teori konflik)

KURT LEWIN (Teori Medan (Field Theory) & teori konflik)


Kurt Lewin lahir pada tanggal 9 September 1890 disuatu desa kecil di Prusia, daerah dosen. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara, Lewin menyelesaikan sekolah menengahnya di Berlin tahun 1905 kemudian ia masuk Universitas di Freiburg dengan maksud belajar ilmu kedokteran, tetapi ia segera melepaskan idenya ini dan setelah satu semester belajar psikologi pada universitas di sana. Setelah meraih gelar doktornya pada tahun 1914, Lewin bertugas di ketentaraan Jerman selama empat tahun. Pada akhir perang ia kembali ke Berlin sebagai instruktur dan asisten penelitian pada lembaga Psikologi.

Lewin menghabiskan sisa sisa hidupnya di Amerika Serikat. Ia adalah profesor dalam bidang psikologi anak-anak pada Universitas Cornell selama dua tahun (1933-1935) sebelum dipanggil ke Universitas negeri Iowa sebagai profesor psikologi pada Badan Kesejahteraan Anak. Pada tahun 1945, Lewin menerima pengangkatan sebagai profesor dan direktur Pusat Penelitian untuk dinamika kelompok di Institut Teknologi Massachussetts. Pada waktu yang sama, ia menjadi direktur dari Commission of Community Interrelation of The Amerika Jewish Congress, yang aktif melakukan penelitian tentang masalah masalah kemasyarakatan. Ia meninggal secara mendadak karena serangan jantung di Newton Ville, Massachussetts, pada tanggal 9 Februari 1947 pada usia 56 tahun.



Konsep Utama Teori Lewin

Bagi Lewin, teori medan bukan suatu sistem psikologi baru yang terbatas pada suatu isi yang khas: teori medan merupakan sekumpulan konsep dengan dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis. Konsep konsep ini harus cukup luas untuk dapat diterapkan dalam semua bentuk tingkah laku, dan sekaligus juga cukup spesifik untuk menggambarkan orang tertentu dalam suatu situasi konkret. Lewin juga menggolongkan teori medan sebagai “suatu metode untuk menganalisis hubungan hubungan kausal dan untuk membangun konstruk-konstruk ilmiah”

Ciri ciri utama dari teori Lewin, yaitu :

Tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu tingkah laku itu terjadi

Analisis mulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari mana bagian bagian komponennya dipisahkan

Orang yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara matematis.

Konsep konsep teori medan telah diterapkan Lewin dalam berbagai gejala psikologis dan sosiologis, termasuk tingkah laku bayi dan anak anak , masa adolsen , keterbelakangan mental, masalah masalah kelompok minoritas, perbedaan perbedan karakter nasional dan dinamika kelompok.

Dibawah ini kita akan membahas Teori Lewin tentang struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian yang dikaitkan dengan lingkungan psikologis, karena orang orang dan lingkungannya merupakan bagiab bagian ruang kehidupan (life space) yang saling tergantung satu sama lain. Life space digunakan Lewin sebagai istilah untuk keseluruhan medan psikologis.



Struktur Kepribadian

Menurut Lewin sebaiknya menggambarkan pribadi itu dengan menggunakan definisi konsep-konsep struktural secara spasial. Dengan cara ini , Lewin berusaha mematematisasikan konsep-konsepnya sejak dari permulaan. Matematika Lewin bersifat non-motris dan menggambarkan hubungan-hubungan spasial dengan istilah-istilah yang berbeda. Pada dasarnya matematika Lewin merupakan jenis matematika untuk menggambarkan interkoneksi dan interkomunikasi antara bidang bidang spasial dengan tidak memperhatikan ukuran dan bentuknya.

Pemisahan pribadi dari yang lain-lainnya di dunia dilakukan dengan menggambarkan suatu figur yang tertutup. Batas dari figur menggambarkan batas batas dari entitas yang dikenal sebagai pribadi. Segala sesuatu yang terdapat dalam batas itu adalah P (pribadi): sedangkan segala sesuatu yang terdapat di luar batas itu adalah non-P.

Selanjutnya untuk melukiskan kenyataan psikologis ialah menggambar suatu figur tertutup lain yang lebih besar dari pribadi dan yang melingkupnya. Bentuk dan ukuran figur yang melingkupi ini tidak penting asalkan ia memenuhi dia syarat yakni lebih besar dari pribadi dan melingkupimya. Figur yang baru ini tidak boleh memotong bagian dari batas lingkaran yang menggambarkan pribadi.

Lingkaran dalam elips ini bukan sekedar suatu ilustrasi atau alat peraga, melainkan sungguh-sungguh merupakan suatu penggambaran yang tepat tentang konsep-konsep struktural yang paling umum dalam teori Lewin, yakni pribadi, lingkungan psikologis dan ruang hidup.

Ruang Hidup

Ruang hidup mengandung semua kemungkinan fakta yang dapat menentukan tingkah laku individu. Ruang hidup meliputi segala sesuatu yang harus diketahui untuk memahami tingkah laku kongkret manusia individual dalam suatu lingkungan psikologis tertentu pada saat tertentu. Tingkah laku adalah fungsi dari ruang hidup.

Secara matematis : TL = f( RH)

Fakta fakta non psikologis dapat dan sungguh sungguh mengubah fakta fakta psikologis. Fakta fakta dalam lingkungan psikologis dapat juga menghasilkan perubahan perubahan dalam dunia fisik. Ada komunikasi dua arah antara ruang hidup dan dunia luar bersifat dapat ditembus (permeability), tetapi dunia fisik (luar) tidak dapat berhubungan langsung dengan pribadi karena suatu fakta harus ada dalam lingkungan psikologis sebelum mempengaruhi/dipengaruhi oleh pribadi.

Lingkungan Psikologis

Meskipun pribadi dikelilingi oleh lingkungan psikologisnya, namun ia bukanlah bagian atau termasuk dalam lingkungan tersebut. Lingkungan Psikologis berhenti pada batas pinggir elips, Tetapi batas antara pribadi dan lingkungan juga bersifat dapat ditembus. Hal ini berarti fakta fakta lingkungan dapat mempengaruhi pribadi.

Secara matematis : P = f (LP)

Dan fakta fakta pribadi dapat mempengaruhi lingkungan.

Secara matematis : LP = f (LP)

Pribadi

Menurut Lewin, pribadi adalah heterogen, terbagi menjadi bagian bagian yang terpisah meskipun saling berhubungan dan saling bergantung. Daerah dalam personal dibagi menjadi sel sel. Sel sel yang berdekatan dengan daerah konseptual motor disebut sel sel periferal ;p; sel sel dalam pusat lingkaran disebut sel sel sentral,s.

Sistem motor bertidak sebagai suatu kesatuan karena biasanya lahannya dapat melakukan suatu tindakan pada satu saat. Begitu pula dengan sistem perseptual artinya orang hanya dapat memperhatikan dan mempersepsikan satu hal pada satu saat. Bagian bagian tersebut mengadakan komunikasi dan interdependen; tidak bisa berdiri sendiri.



Dinamika Kepribadian

Konsep-konsep dinamika pokok dari Lewin yakni kebutuhan energi psikis, tegangan , kekuatan atau vektor dan valensi. Konstruk konstruk dinamik ini menentukan lokomosi khusus dari individu dan cara ia mengatur struktur lingkungannya, Lokomosi dan perubahan perunahan struktur berfungsi mereduksikan tegangan dengan cara memuaskan kebutuhan. Suatu tegangan dapat direduksikan dan keseimbanagan dipulihkan oleh suatu lokomosi substitusi. Proses ini menuntut bahwa dua kebutuhan erat bergantungan satu sama lain sehingga pemiasan salah satu kebutuhan adalah melepaskan tegangan dari sistem kebutuhan lainnya.

Akhirnya, tegangan dapat direduksikan dengan lokomosi lokomosi murni khayalan. Seseorang yang berkhayal bahwa ia telah melakukan suatu perbuatan yang sulit atau menempati suatu jabatan yang tinggi mendapat semacam kepuasan semu dari sekedar berkhayal tentang keberhasilan.

Dinamika kepribadian menrut Kurt Lewin:

Enerji

Menurut Lewin manusia adalah system energi yang kompleks. Energi muncul dari perbedaan tegangan antar sel atau antar region. Tetapi ketidakseimbangan dalam tegangan juga bias terjadi antar region di system lingkungan psikologis.

Tegangan

Tegangan ada dua yaitu tegangan yang cenderung menjadi seimbang dan cenderung untuk menekan bondaris system yang mewadahinya.

Kebutuhan
Menurut Lewin kebutuhan itu mencakup pengertian motif, keinginan dan dorongan. Menurut Lewin kebutuhan ada yang bersifat spesifik yang jumlahnya tak terhingga, sebanyak keinginan spesifik manusia.

Tindakan (Action)

Disini dibutuhkan dua konsep dalam tindakan yang bertujuan didaerah lingkungan psikologis.

Valensi

Adalah nilai region dari lingkungan psikologis bagi pribadi. Region dengan valensi positif dapat mengurangi tegangan pribadi, akantetapi region dengan valensi negative dapat meningkatkan tegangan pribadi (rasa takut).

Vektor

Tingkah laku atau gerak seseorang akan terjadi kalau ada kekuatan yang cukup yang mendorongnya. Meminjam dari matematika dan fisika, Lewin menyebut kekuatan itu dengan nama Vektor. Vektor digambar dalam ujud panah, merupakan kekuatan psikologis yang mengenai seseorang, cenderung membuatnya bergerak ke arah tertentu. Arah dan kekuatan vektor adalah fungsi dari valensi positif dan negatif dari satu atau lebih region dalam lingkungan psikologis. Jadi kalau satu region mempunyai valensi positif (misalnya berisi makanan yang diinginkan), vektor yang mengarahkan ke region itu mengenai lingkaran pribadi. Kalau region yang kedua valensinya negatif (berisi anjing yang menakutkan), vektor lain yang mengenai lingkaran pribadi mendorong menjauhi region anjing. Jika beberapa vektor positif mengenai dia, misalnya, jika orang payah – dan lapar – dan makanan harus disiapkan, atau orang harus hadir dalam pertemuan penting – dan tidak punya waktu untuk makan siang, hasil gerakannya merupakan jumlah dari semua vektor. Situasi itu Bering melibatkan konflik, topik yang penelitiannya dimulai oleh Lewin dan menjadi topik yang sangat Iuas dari Miller dan Dollard.

Lokomosi

Lingkaran pribadi dapat pindah dari satu tempat ketempat lain di dalam daerah lingkungan psikologis. Pribadi pindah ke region yang menyediakan pemuasan kebutuhan pribadi-dalam, atau menjauhi region yang menimbulkan tegangan pribadi-dalam. Perpindahan lingkaran pribadi itu disebut lokomosi (locomotion). Lokomosi bisa berupa gerak fisik, atau perubahan fokus perhatian. Dalam kenyataan sebagian besar lokomosi yang sangat menarik perhatian psikolog berhubungan dengan perubahan fokus persepsi dan proses atensi.

Event

Lewin menggambarkan dinamika jiwa dalam bentuk gerakan atau aksi di daerah ruang hidup, dalam bentuk peristiwa atau event. Telah dijelaskan di depan, bahwa peristiwa (event) adalah hasil interaksi antara dua atau Iebih fakta balk di daerah pribadi maupun di daerah lingkungan. Komunikasi (hubungan antar sel atau region) dan lokomosi (gerak pribadi) adalah peristiwa, karena keduanya melibatkan dua fakta atau lebih. Ada tiga prinsip yang menjadi prasyarat terjadinya suatu peristiwa; keterhubungan (related¬ness), kenyataan (concretness), kekinian (contemporary), sebagai berikut:

Keterhubungan: Dua atau lebih fakta berinteraksi, kalau antar fakta itu terdapat hubungan-hubungan tertentu, mulai dari hubungan sebab akibat yang jelas, sampai hubungan persamaan atau perbedaan yang secara rasional tidak penting.

Kenyataan: Fakta harus nyata-nyata ada dalam ruang hidup. Fakta potensial atau peluang yang tidak sedang eksis tidak dapat mempengaruhi event masa kini. Fakta di luar lingkungan psikologis tidak berpengaruh, kecuali mereka masuk ke ruang hidup.

Kekinian: Fakta harus kontemporer. Hanya fakta masa kini yang menghasilkan tingkahlaku masa kini. Fakta yang sudah tidak eksis tidak dapat menciptakan event masa kini. Fakta peristiwa nyata di masa lalu atau peristiwa potensial masa mendatang tidak dapat menentukan tingkahlaku saat ini, tetapi sikap, perasaan, dan fikiran mengenai masa Ialu dan masa mendatang adalah bagian dari ruang hidup sekarang dar mungkin dapat mempengaruhi tingkahlaku. Jadi, ruang hidup sekarang harus mewakili isi psikologi masa lalu, sekarang, dan masa mendatang.

Konflik

Konflik terjadi di daerah lingkungan psikologis. Lewin mendefinisikar konflik sebagai situasi di mana seseorang menerima kekuatan-kekuatan yang sama besar tetapi arahnya berlawanan. Vektor-vektor yang mengenai pribadi, mendorong pribadi ke arah tetentu dengan kekuatan tertentu. Kombinasi dari arah dan kekuatan itu disebut jumlah kekuatan (resultant force), yang menjadi kecenderungan lokomosi pribadi (lokomosi psikologikal atau fisikal). Ada beberapa jenis kekuatan, yang bertindak seperti vektor, yakni:

Kekuatan pendorong (driving force): menggerakkan, memicu terjadinya lokomosi ke arah yang ditunjuk oleh kekuatan itu.

Kekuatan penghambat (restraining force): halangan fisik atau sosia menahan terjadinya lokomosi, mempengaruhi dampak dari kekuatan pendorong

Kekuatan kebutuhan pribadi (forces corresponding to a persons needs): menggambarkan keinginan pribadi untuk mengerjakan sesuatu.

Kekuatan pengaruh (induced force): menggambarkan keinginan dari orang lain (misalnya orang tua atau teman) yang masuk menjadi region lingkungan psikologis.

Kekuatan non manusia (impersonal force): bukan keinginan pribadi tetap¬juga bu kan keinginan orang lain. Ini adalah kekuatan atau tuntutan da¬fakta atau objek.

Konflik tipe 1:

Konflik yang sederhana terjadi kalau hanya ada dua kekuatan berlawana¬yang mengenai individu. Konflik semacam ini disebut konflik tipe 1 (Gambar-15a). Ada tiga macam konflik tipe 1:

Konflik mendekat-mendekat, dua kekuatan mendorong ke arah yang berlawanan, misalnya orang dihadapkan pada dua pilihan yang sama¬sama disenanginya.

Konflik menjauh-menjauh, dua kekuatan menghambat ke arah yang yang berlawanan, misalnya orang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak disenanginya.

Konflik mendekat-menjauh, dua kekuatan mendorong dan menghambat muncul dari satu tujuan, misalnya orang dihadapkan pada pilihan sekaligus mengandung unsur yang disenangi dan tidak disenanginya.

Konflik tipe 2:

Konflik yang kompleks bisa melibatkan lebih dari dua kekuatan. Konflik yang sangat kompleks dapat membuat orang menjadi diam, terpaku atau terperangkap oleh berbagai kekuatan dan kepentingan sehingga dia tidak dapat menentukan pilihan, adalah konflik tipe 2.

Konflik tipe 3

Orang berusaha mengatasi kekuatan-kekuatan penghambat, sehingga

Orang berusaha mengatasi kekuatan-kekuatan penghambat, sehingga konflik menjadi terbuka,ditandai sikap kemarahan,agresi,pemberontakan atau sebaliknya penyerahan diri yang neorotik. Pertentangan antar kebutuhan pribadi-dalam, konflik antar pengaruh,dan pertentangan antar kebutuhan dengan pengaruh,menimbulkan pelampiasan usaha untuk mengalahkan kekuatan penghambat.

Tingkat Realita

Konsep realita menurut Lewin adalah realita berisi lokomosi aktual,dan tak-tak realita berisi lokomosi imajinasi. Realita dan tak realita adalah suatu kontinum dari ekstrim realita sampai ekstrim tak realita. Lokomosi mempunyai tingkat realita dan tak realita berbeda-beda.

Menstuktur Lingkungan

Lingkungan psikologi adalah konsep yang sangat mudah berubah. Dinamika dari lingkungan dapat berubah dengan 3 cara yakni:

a. Perubahan valensi : Region bisa berubah secara kuantitatif-valensinya semakin positif atau semakin negatif,atau berubah secara kualitatif dari positif menjadi negatif atau sebaliknya region baru bisa muncul dan region lama bisa hilang.

b. Perubahan vektor : Vektor mungkin dapat berubah dalam kekuatan dan arahnya.

c. Perubahan Bondaris : Bondaris mungkin menjadi semakin permeabel atau semakin tidak permeabel,mungkin muncul sebagai bondaris atau tidak muncul sebagai bondaris.

Mempertahankan Keseimbangan

Dalam sistem reduksi tegangan,tujuan dari proses psikologis adalah mempertahankan pribadi dalam keadaan seimbang. Yang paling umum dan paling efektif untuk mengembalikan keseimbangan adalah melalui lokomosi dalam lingkungan psikologis,memindah pribadi ke region tempat objek yang bervalensi positif(yang memberi kepuasan). Tapi kalau region yang diinginkan mempunyai bondaris yang tak permeabel tegangan terkadang dapat dikurangi(dan keseimbangan dapat diperoleh)dengan melakukan lokomosi pengganti,pindah ke region yang dapat memberi kepuasan lain(yang bondarisnya permeabel) ternyata dapat menghilangkan tegangan dari system kebutuhan semula.

Kecenderungan mencapai keseimbangan itu tidak berarti membuat diri seimbang sempurna,tetapi menyeimbangkan semua tegangan dalam daerah pribadi-dalam. Lewin menjelaskan bahwa dalam sistem yang kompleks menjadi seimbang bukan berarti hilangnya tegangan,tetapi mempeoleh keseimbangan dari tegangan internal. Tujuan utama dari perkembangan psikologis adalah menciptakan semacam struktur internal yang menjamin keseimbangan psikologis bukan membuat bebas tegangan.



D. Perkembangan Kepribadian

Menurut Lewin hakekat Perkembangan Kepribadian itu adalah :

1. Diferensiasi

Yaitu semakin bertambah usia, maka region region dalam pribadi seseorang dalam LP-nya akan semakin bertambah. Begitu pula dengan kecakapan kecakapan/ keterampilan keterampilannya.

Contoh : orang dewasa lebih pandai menyembunyikan isi hatinya daripada anak-anak (region anak lebih mudah ditembus).

2. Perubahan dalam variasi tingkah lakunya

3. Perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah lakunya lebih kompleks.

4. Bertambah luas arena aktivitas

contoh: Anak kecil terikat oleh masa kini sedangkan orang dewasa terikat oleh masa kini, masa lampau dan masa depan.

5. Perubahan dalam realitas. Dapat membedakan yang khayal dan yang nyata, pola berpikir meningkat, contohnya dari pola berpikir assosiasi menjadi pola berpikir abstrak.
Bagi Lewin perkembangan tingkah laku merupakan fungsi dari pribadi dan lingkungan psikologis.



Diposkan oleh Ardi al-Maqassary
Masalah Belajar

(PTSDL) = Prasyarat penguasaan materi pelajaran,  Keterampilan belajar, Sarana belajar, Keadaan diri pribadi, Lingkungan fisik dan sosio-emosional

Semakin tinggi mutu kegiatan belajar siswa, diharapkan semakin baik hasil belajarnya dan semakin banyak masalah belajar yang dialami siswa memungkinkan semakin rendah perolehan hasil belajarnya. Prayitno. dkk, (2005) menyatakan jumlah masalah belajar siswa SLTA cenderung meningkat tahun ke tahun. Kategori masalah keterampilan belajar dan kondisi diri selalu menduduki posisi dominan. Skor mutu kegiatan belajar mengajar mereka rendah dan cenderung menurun dari tahun ke tahun.

Dimiyati & Mudjiono 1999:32-37) menyatakan bahwa untuk mencapai taraf penguasaan belajar yang baik, perlu dipelihara keterlibatan siswa dalam belajar dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, bertindak sebagai pendidik, dan penyesuaian model pembelajaran dengan kondisi siswa. Hal ini dilakukan untuk peningkatan mutu belajar

Sedangkan taraf penguasaan belajar ideal dari siswa adalah yang mencapai kompetensi dasar 90% atau taraf penguasaan kompetensi minimal 75%-89%.  (Depdiknas 2004:36). Taraf kompetensi demikian sukar dicapai, menurut Prayitno (2005) karena proses pembelajaran yang di alami siswa pada jenjang SLTA bermutu kurang mengembirakan. Akibatnya daya serap siswa rendah karena mutu kegiatan belajarnya tidak optimal.

Prayitno (1997) mengemukakan lima kondisi utama yang ada pada diri siswa yang secara langsung mempengaruhi mutu belajarnya, yang tercakup dalam unsur PTSDL.

Prasyarat penguasaan materi pelajaran (P)

Prasyarat penguasaaan materi pelajaran adalah komponen pertama dari PTSDL, menurut  Herman, dkk. (2004:129) rendah penguasaan materi pelajaran siswa bukan disebabkan karena kemampuan dasar atau kecerdasan siswa, mungkin disebabkan oleh penguasaan materi yang menjadi prasyarat untuk menguasai materi selanjutnya. Dimiyati & Mudjiono 1999:32) mengemukakan jika bahan pelajaran tergolong sukar, maka guru perlu membuat mudah dengan menunjuk bahan prasyarat. Sama dengan Dikdasmen (2004:37) untuk siswa yang mencapai taraf penguasaan materi kurang atau sama dengan 60% harus diberikan pengajaran remedial agar memiliki penguasaan materi pelajaran sampai pencapaian 75%, sekaligus dengan melakukan pembinaan agar mencapai kompetensi minimal yang diharapkan.

Kesimpulan yang dapat diambil bahwa pencapaian target minimal penguasaan materi pelajaran merupakan modal utama peningkatan mutu kegiatan belajar siswa.

Keterampilan belajar (T)

Keterampilan belajar yang diharapkan mengacu kepada bagimana siswa belajar dan bukan lagi pada apa yang dipelajari. Dikdasmen (2004:9) menyatakan bahwa pengembangan keterampilan-keterampilan memproses perolehan peserta didik akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkembangkan sikap dan nilai yang dituju.

Menurut Ron Fry (dalam Herman., dkk 2004:132) mengemukakan tujuh keterampilan yaitu  (a) mengatur pelajaran, (b) membaca dan mengingat, (c) mengatur waktu belajar, (d) mengikuti pelajaran di kelas, (e) menggunakan kepustakaan, (f) menulis karya tulis dengan baik, dan (g) mempersiapkan diri untuk ujian. Sama dengan Prayitno (2002) bahwa keterampilan belajar yang harus dikuasai siswa meliputi (a) perencanaan masa studi, (b) kemampuan menjalani proses pembelajaran, (c) peningkatan kemampuan membaca, (d) kemampuan mengingat, konsentrasi, dan ketahahanan dalam belajar, (e) penyelesaian tugas dan penulisan karya ilmiah, (f) belajar dari dan bersama orang lain, dan (g) ketetampilan mengikuti ujian.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan katerampilan belajar oleh siswa akan mampu meningkatkan mutu kegiatan belajarnya sesuai dengan target kompetensi belajar yang diharapkan.

Sarana belajar (S)

Kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna jika disertai dengan penyediaan sarana pembelajaran yang mendukung. Puskurbalitbangdik (2002:17) menyatakan bahwa sarana belajar berfungsi memudahkan terjadinya proses pembelajaran karena dengan sarana belajar mudah menarik perhatian siswa, mencegah verbalisme, merangsang tumbuhnya pengertian, dan berguna multifungsi.

Dimyati dan Mudjiono (1999:249) menyatakan agar terselenggara proses pembelajaran yang berhasil baik diperlukan sarana pembelajaran berupa buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fsilitas laboratorium, serta berbagai media pembelajaran. Sama dengan Herman, dkk (2004:135) mengemukakan sarana belajar berupa materi dan perlengkapan serta peralatan yang dapat digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar baik di kelas, sekolah, laboratorium/workshop, maupun di rumah.

Depdiknas (2004:10) menyatakan bahwa sarana pembelajaran  harus dikelola dengan sistem manajemen yang meliputi tata ruang belajar, kapasitas ruang, jadual pemakaian ruang, tata letak ruang kelas, kebersihan dan keindahan kelas agar proses pembelajaran menjadi nyaman dan  menyenangkan.

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa penyediaan sarana belajar dapat memudahkan siswa mentransfer materi pembelajaran menuju penguasaan materi belajar oleh siswa.

Keadaan diri pribadi (D)

Kondisi diri pribadi siswa baik berkenaan dengan kondisi psikis maupun kondisi fisik yang bebas dari gangguan dan hambatan diharapkan mampu meraih prestasi belajar yang baik (Herman., dkk. 2004:138). Dimyati dan Mudjiono (1999:238) menyatakan bahwa siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadinya belajar, dalam belajar siswa menghadapi masalah-masalah. Jika ia tidak mengatasi masalahnya maka tidak terlaksana belajar yang baik. Karena itu kata Herman., dkk (2004:138), kondisi diri pribadi siswa perlu menjadi perhatian guru untuk dikembangkan ke arah yang lebih positif.

Puskurbalitbangdik (2002:17) mengemukakan bahwa belajar merupakan kegiatan aktif siswa membangun makna atau pemahaman. Karena itu guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan, tanggung jawab belajar, mendorong prakarsa, dan motivasi untuk belajar. Sama dengan Prayitno dan Erman Amti (1999:29) menyatakan bahwa guru dengan sekuat tenaga perlu menciptakan suasana pembelajaran dan suasana kelas yang menyejukkan, bersemangat, luwes dan subur. Agar potensi diri siswa dapat berkembang lebih optimal.

Proses pembelajaran menurut Puskurbalitbangdik (2002:) dibuat bermakna terkait dengan bakat, minat, pengetahuan, cita-cita dan tata nilai siswa. Senada dengan Sumadi Suryabrata (1991:7-8) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran guru senantiasa mengembangkan potensi peserta dididk berupa potensi bakat, minat serta intelektual yang berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya dan kepribadian mereka yang unik.

Kesimpulan, bahwa kondisi diri siswa harus dipertimbangkan dalam merancang materi pembelajaran, metode dan media pembelajaran, serta pemilihan pendekatan belajar agar tidak menimbulkan hambatan belajar, melainkan dapat mengembangkan potensi diri siswa. Hasil yang diharapkan terbentuk pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).



Lingkungan fisik dan sosio-emosional (L)

Siswa tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya, bagaimanapun lingkungan dapat mempengaruhi atau mengganggu kegiatan belajar siswa. Sumadi Suryabrata (1991:133) menyatakan lingkungan yang dapat mempengaruhi belajar dapat berupa lingkungan alam, panas, dingin atau sejuk dan lingkungan sosial, tenang, ramai, sibuk atau bising. Sama dengan Utami Munandar (1985:24) mengatakan bahwa faktor lingkungan berupa situasi rumah yang tidak kondusif, sikap penolakan, sikap acuh tak acuh, kelas yang terlalu penuh akan menghambat perkembangan intelektual, kreatifitas dan perkembangan optimal dari bakat siswa.

Suasana psikologis dalam lingkungan sosial kelas dapat menghambat proses pembelajaran dan dapat berpengaruh pada semangat belajar kelas (Dimyati dan Mudjiono 1999:253).

Sedangkan Tengku Zahara Djaafar (2001:29) mengatakan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang sifatnya eksternal terhadap diri individu, karena lingkungan merupakan sumber informasi yang diperoleh melalui panca indera yang kemudian diterima oleh otak. Puskurlitbangdik (2002:17) menyatakan bahwa lingkungan sebagai sumber belajar dapat dibedakan menjadi (a) lingkungan alam seperti binatang, pergunungan, gunung api, hutan, pantai laut dalam, sungai dan lain-lain, (b) lingkungan sosial seperti keluarga, rukun tetangga, desa, kota , dan pasar, dan (c) lingkungan budaya seperti candi dan adat istiadat.

Hal yang lebih lengkap dikemukakan oleh Prayitno (1998:12) bahwa manusia memiliki:

Panca Daya yang terdiri dari daya taqwa, daya cipta, daya rasa, daya karsa, dan daya karya yang merupakan sumber tingkah laku seorang individu. Pengembangan panca daya berlangsung melalui dan dipengaruhi oleh lingkungan berupa gizi, pendidikan, sikap dan perlakuan, budaya, dan kondisi insidental.



Dari paparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru diharapkan dapat menciptakan lingkungan sosial yang di dalamnya mewujud suasana keakraban, penerimaan, gembira, rukun dan damai serta memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sumber belajar; bukan sebaliknya berupa suasana perselisihan, bersaing tidak sehat, salah menyalahkan, dan cerai berai.




Acatech KONSELING


Acatech KONSELING

data-master-detail-masalahSETIAP siswa pada dasarnya memiliki kecerdasan emosi termasuk minat dan bakat yang berbeda-beda.  Tidak itu saja, dalam proses pertumbuhan dan perkembangan usia bukan tidak mungkin banyak siswa yang mengalami masalah yang berhubungan dengan lingkungan sosial atau masalah humanistik lainnya.  Dalam hal ini, para pendidik mempunyai peran yang besar dalam membimbing siswa menghadapi berbagai masalah tersebut sehingga institusi pendidikan mampu menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara intelektual namun juga berkepribadian  kuat.
Acatech Konseling merupakan perangkat lunak yang dirancang untuk membantu pihak sekolah dalam mencatat setiap kasus yang terjadi pada siswa  yang berhubungan dengan kedisiplinan, kerapihan, kerajinan, kepribadian serta masalah sosial lainnya.  Jika setiap kasus yang terjadi dapat dicatat atau dipantau dengan baik, maka akan lebih mudah pula bagi sekolah dalam menentukan jenis bimbingan konseling yang harus diterapkan pada siswa yang bersangkutan.
DISKRIPSI
Apakah Acatech Konseling ?
data-konselingzoom48Tidak itu saja, berbagai jenis laporan dalam perangkat lunak ini sangat membantu sekolah dan para orang tua dalam menerapkan pola pendekatan atau pola didik yang lebih tepat pada siswa baik generasi saat ini maupun generasi berikutnya.  Jenis laporan yang terdapat pada Acatech Konseling ini adalah :
a.       Mapping kasus
b.       Rekap kasus per masalah
c.        Rekap kasus per periode
d.       Rekap kasus per siswa, serta
e.       Total point kasus.
Deskripsi Fungsional Acatech Konseling
Acatech Konseling dirancang khusus untuk mencatat, mendokumentaskan dan melaporkan berbagai kasus atau masalah yang terjadi pada siswa berkaitan dengan pelanggaran peraturan yang berhubungan dengan faktor kedisiplinan, kerapihan, kerajinan serta masalah sosial lainnya yang terjadi di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.  Sebagai bagian dari kurikulum pada sistem pendidikan saat ini, Acatech Konseling akan membantu pihak sekolah khususnya para guru BK serta orang tua dalam melakukan pemantauan terhadap aspek sosial pada setiap siswa sehingga proses pendidikan tidak hanya melahirkan generasi yang berhasil secara akademis namun juga bertanggung jawab dan berkepribadian baik.


PEMBAHASAN
MANUSIA DAN CINTA KASIH



Cinta Kasih

Cinta kasih adalah ungkapan perasaan yang didukung oleh unsur karsa ,dipertimbangkan oleh akal yang menimbulkan suatu tanggung jawab ,yang perwujudan nya dapat berupa tingkah laku. Cinta kasi yang disertai dengan tanggung jawab dapat menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kedamaian antara kehidupan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan.
Prilaku cinta kasih dapat muncul dalam bentuk : kemesraan, belas kasihan, kasih sayang atau pengabdian. Cinta kasih tidak dapat diartikan sebagai hubungan asamara yang biasanya diwarnai oleh nafsu, tetapi cinta kasih haruslah dilihat sebagai ikatan hati nurani yang suci terhadap sesuatu secara bertanggung jawab. Cinta kasih adalah anugrah Tuhan, karena cinta kasih akan memperhalus rasa, memperhalus budi, dan memperhalus tindakan. Karena rasa cinta kasih bukan dimunculkan oleh nafsu, maka ia bersifat sakral. Cerminan dari manusia yang telah memiliki cinta kasih adalah rasa sayang atas sesama manusia, rasa sayang atas makhluk-makhluk ciptaan Allah, dan rasa patuh atas semua perintah Allah dan menjauhi larangan nya. Jenis-jenis hubungan cinta kasih bisa diklasifikasikan sebagai berikut :

A. Cinta Kasih Orang Tua terhadap Anak

Secara fitrah, orang tua selalu meginginkan anak nya menjadi orang yang utama menurut kadar pandanga hidupnya masing-masing. Bahkan seorang ” Edy Tanzil ”
( koruptor ) tidak akan suka anak nya menjadi pencuri, atau seorang ” Robot Gedeg ” (penjahat) pun tidak suka menjadi pembunuh dan pelaku sodomi. Ada pepatah ” kasih anak terhadap orang tua sepanjang galah ,kasih ibu sepanjang jalan”. Pepatah tersebut mengkiaskan perbandingan kasih antara anak dan orang tua yang tidak sebanding. Walaupun kebenaran pepatah tersebut tidak mutlak, karena ada kalanya orang tua tega membunuh anak nya atau ada deviasi cinta kasih orang tua terhadap anak nya, namun secara umum pepatah tersebut dapat diterima.

            Anak hendak nya membalas kasih sayang tersebut dengan memenuhi harapan-harapan orang tua. Di dalam islam disebutkan bahwa karena kasih sayang orang tua tiad abatas terhadap anak nya, maka anak tidak boleh berkata ” keras” lebih-lebih membentak kepada orang tua, bahkan digambarkan bahwa ” Ridho Allah sama dengan Ridho kedua orang tua, dan kemurkaan Allah adalah sama dengan kemurkaan kedua orang tuanya ”.

            Cinta kasih ” ibu” dilambangkan sebagai cinta kasih yang sangat tulus, bagi setia bangsa. Bahkan di dalam agama islam, disebutkan bahwa ” surga dibawah telapak kaki ibu ”. Hal ini menunjukkan bahwa cinta kasih orang tua tidak boleh dilupakan begitu saja oleh anak, dan harus disambut dengan budi dan perlakuan yang sangat baik kepada orang tua, dengan cara menghormatinya.

            Secara rasional cinta kasih anak lebih besar jika dibandinngkan orang tua terhadap anak nya, karena seorang anak hanya memiliki 1 ayah dan 1 ibu, sehingga cinta anak terhadap ayah dan ibu nya 100 % , mutlak atau utuh dan tidak terbagi-bagi, sebalik nya cinta orang tua akan terbagi-bagi pada anak-anak nya. Jika orang tua memiliki 3 orang anak, maka masing-masing anak akan mendapatkan cinta kasih sepertiga dari orang tua nya. Di Indonesia rasio seperti ini tidak berlaku, karena kenyataan menunjukkan bahwa rata-rata cinta kasih orang tua jauh lebih besar bila dibandingkan dengan cinta kasih anak terhadap nya. Bentuk rasional tentang kecintaan anak lebih besar dari orang tua tidak bisa diterima. Hal ini wajar saja, karena masalah cinta kasih tidak bisa didekati dengan ” rasio ” , tetapi harus dengan ” rasa”.





B. Cinta Kasih Antara Pria-Wanita

            Dalam sebuah riwayat dinyatakan bahwa kejidian bahwa wanita pertama yakni    ” Siti Hawa ” diciptakan dari tulang rusuk ” Adam” , maka apabila terjadi seorang pria yang jatuh cinta yang berupaya mendekati seorang wanita, jangan disalah kan karena sebenarnya ia baru dalam proses mencari tulang rusuk nya yang hilang.

            Cinta kasih antara pria dan wanita, adalah titik awal yang terjadi sebuah unit masyarakat yang paling kecil yang disebut ”keluarga” . Cinta antara pria dan wanita adalah kodrat alam, yang sifat nya sagat fitnah.

            Seorang filsuf Rusia, Salovjev menyatakan ” bila seorang pemuda jatuh cinta kepada seorang gadis secara bersungguh-sungguh, maka dia terlempar dari cintanya terhadap dirinya sendiri, dan ia mulai hidup utuk orang lain”. Dari pernyataan filsuf tersebut bisa ditarik benang merah bahwa sebenarnya cinta-kasih yang murni selalu disertai tanggung jawab, pengorbanan terhadap orang yang dicintai, dan bahkan mengorbankan kepentingan nya sendiri ,sehingga bisa dikatakan bahwa cinta kasih memang sangat tidak rasional.
            Dalam membina cinta untuk menuju cita-bahagia hendaklah bersendikan atas saling :
  1. mengasihi
  2. menyayangi
  3. tulus-ikhlas
  4. percaya
  5. pengertian
  6. jujur
  7. tanggung jawab
  8. rela berkorban
  9. terbuka.

Ke-9 unsur tersebut adalah landasan utama terbentuknya suatu mahligai keluarga yang menuju ke pilar-pilar keharmonisan dan kebahagiaan. Di dalam ajaran islam untuk menuju ke keluarga yang sakinah. Cinta haruslah dimulai dengan melihat ketaqwaan nya terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku adalah penilaian pertama di dalam memilih pasangan hidup, atau penilaian rohaniah dinomorsatukan. Skala prioritas selanjutnya adalah penilaian jasmaniah yakni kecantikan atau ketampanan wajah sebagai toalk ukur kecocokan biologis. Penilaian berikut nya yang jenjang skala nya sama denagn wajah adalah ”keturunan”. Seorang pemuda dan pemudi yang ingin memilih pasangan hidup perlu menilai calo tersebut keturuna siapa ,karena sedikit atau banyak didikan orang tua sangat berpengaruh terhadap perilaku anak. Penilaian ini sebenarnya sudah menjurus pada penilaian sosial dalam skala yang palig kecil, yakni keluarga. Pilihan selanjutnya baru jatuh pada ”harta”, karena hidup berumah tangga tidak hanya bisa dijalankan dengan cinta, berumah tangga memerlukan sarana-prasarana. Penilaian jumlah kekayaan yang dimiliki adalah penilaian ekonomi, yang dampaknya juga akan berakibat perilaku hubunngan sosial. Dengan demikian ajaran ini sangat cocok sebagai pedoman dasar atau dasar acuan dalam membangun rumah tangga.

C. Cinta Kasih antara Sesama Manusia

            Cinta kasih atas sesama manusia didasari oleh perasaan ” welas asih ”, atau balas kasihan. Belas kasihan muncul karena di dalam lubuk hati jiwa manusia terdapat suatu dorongan ikut merasakan kesusahan atau penderitaan orang lain.

            Cinta kasih yang dilandasi persaan ”welas asih” merupakan dasar dalam menciptakan rasa hormat menghormati, kebersamaan, dan pendamaian.

            Cinta kasih yang ”dewasa” bukan berarti mengabulkan segala permintaan orang lain, atau selalu membuat senang orang lain dengan puji-pujian, tetapi harus diletakkan dalam rangka mendidik orang tersebut agar mampu mandiri, menyadari kedudukannya, menyadari kekurangannya, sehingga berbuat yang baik sesuai kadar kemampuannya. Bagaimana mewujudkan cinta kasih tersebut dalam masyarakat hendaknya dilakukan secara bijaksana dan dengan cara yang baik ( bil hikmah wal maungidhatil hasanah ).

            Perkembangan seorang anak yang normal (dalam psikologi) akan sampai pada usia yang disebut dengan ” morale age” , antara 3-5 tahun. Phase tersebut yakni tahun-tahun dimana seoranga anak telah mengenal secara naluriah bahwa berbohong, mencuri, telanjang dimuka orang lain. Perbuatan tercela atau perbuatan yang tidak sopan. Dengan demikian apabila setelah dewasa perkembangan moral anak tidak meningkat tetapi bahkan menurun sehingga melakukan perbuatan seperti : minum-minman keras, vandalisme, deviasi seksual, sadisme, mencuri, bertelanjang, di depan umum dan sebagainya, maka orang tersebut mundur derajat nya menjadi di bawah bayi (pra-moral) yang masih instictive, dan bahkan menjadi di bawah derajad manusia atau bahkan dibawah derajad binatang.

            Hubungan antara manusia dengan manusia lainnnya harus senantiasa diletakkan dalam kesadaran moralnya ( moral consiousness ). Konsekuensi logis dari kesadaran moral ini ialah bahwa dengan kesadaran seseorang dapat :
  • tergugah untuk berbuat baik ,tolong menolong, cinta tanah air ,
  • tergugah ”rasa” kemanusiaannya, ”rasa” persaudaraannya, ”rasa” ingin berkorban bagi kepentingan orang lain, ” rasa ” mau berbuat kebajikan.
  • Membangkitkan ”rasa” introspeksi retropeksi, menganggap diri serba kekurangan ,penuh dosa dan sebagainya.

Cinta kasih sesama manusia adalah merupakan dasar-dasar timbulnya suatu aturan, hukum, adat, mores, dan seluruh peradaban di masyarakat. Dengan pemahaman dan penghayatan cinta kasih sesama manusia yang mendalam akan menghapuskan pertentangan, permusuhan, perkelahian, pembunuhan dan peperangan.

Cinta kasih sesama manusia akan mengekalkan rasa persahabatan ,persaudaraan, dan demokrasi. Cinta kasih sesama manusia juga akan menumbuhsuburkan penghargaan atas hak-hak manusia, melenyapkan dominasi rasa kesukuan, primordialisme, dan nepotisme. Islam mengajarkan bahwa belum sempurna iman seseorang apabila dia belum bisa mencintai saudaranya yang sesama muslim, melebihi cintanya terhadap diri sendiri.

D. Cinta Kasih antara Manusia dengan Tuhan

            Manusia adalah ” home religious” atau makhluk yang yang ber-Tuhan. Dengan demikian kecintaan manusia terhadap Tuhan sebenarnya adalah “ hakekat cintanya terhadap dirinya sendiri “. Dengan mencintai terhadap Tuhan, maka manusia akan berbuat sesuai dengan perintah-perintah Tuhan dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dengan harapan agar dirinya mendapatkan keidupan yang baik di dunia dan kebaikan di akhirat.

            Kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang baka atau kehidupan yana kekal, sedangkan kehidupan di dunia hanya bersifat sementara ,dengan demikian manusia harus lebih memusatkan perhatiannya kepada kehidupan yang kekal dengan baik. Sebaik-baik bekal untuk mempersiapka diri pada kehidupan yang kekal adalah ” taqwa”. Dengan menjauhi larangan nya dan mengikuti segala perintah nya berarti mencintai Tuhan. Dan dengan mencintai Tuhan berarti mencintai dirinya, karena ia akan mendapatkan 2 kebaikan hidup sekaligus, yakni kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat atau ” fi dunya hasanah dan fil akhirati hasanah ” .

            Orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa selalu merasa dirinya dilindungi oleh Tuhan dalam segala sesuatu selain kekuasaan Tuhan. Dengan demikian akan selalu berani karena benar dan takut karena salah. Kepercayaan setiap manusia terhadap Tuhan-Nya tidaklah sama, tergantung pada prkembangan pemikiran dan peradapan manusia tersebut.


KESIMPULAN


Dari berbagai materi yang telah diutarakan diatas bahwa cinta kasih adalah perasaan yang di dukung oleh unsur karsa, dipertimbangkan oleh akal yang menimbulkan tanggungjawab yang perwujudannya dapat berupa tingkahlaku.

Cinta kasih yang disertai dengan tanggungjawab dapat diciptakan keserasian, keseimbagan, dan  kedamaian antara kehidupan manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhan.

Dimana cinta kasih itu ternyata dibagi menjadi empat macam  atau empat bentuk cinta kasih terhadap manusia yaitu:
1. Cinta Kasih  Orang Tua terhadap Anak,
2. Cinta Kasih antara Pria-Wanita,
3. Cinta Kasih antara Sesama Manusia, dan
4. Cinta Kasih antara Manusia dengan Tuhan.

Yang mana manusia dan cinta kasih empat macam tersebut pada hakikatnya manusia sebagai pribadi masuk kedalam dimensi psikologis. Dimensi psikologis mengenai  teori-teori persuasi sudah lama digunakan konsepsi psiko-analisis.


DAFTAR PUSTAKA



Mursitho, Joko. (1996). Ilmu Budaya Dasar : Manusia dan Cinta Kasih.
Metro : Universitas Muhammadiyah Metro.

Bound, Raymond. (1991). Theoris of Social Change, Polity Press: Cambrige  in
            Association with Basil Blackwell, Oxord.

Bakker, Anton. (1986). Metode-Metode Filsafat. Jakarta : Ghalia Indonesia.