Minggu, 05 Agustus 2012

Learning Disorder (Kesulitan Belajar)


Gangguan/Kesulitan Belajar (Learning Disorder) adalah suatu gangguan neurologis yang mempengaruhi kemampuan untuk menerima, memproses, menganalisis atau menyimpan informasi. Anak dengan Learning Disorder mungkin mempunyai tingkat intelegensia yang sama atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebayanya, tetapi seringberjuang untuk belajar secepat orang di sekitar mereka. Masalah yang terkait dengan kesehatan mental dan gangguan belajar yaitu kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, mengingat, penalaran, serta keterampilan motorik dan masalah dalam matematika.

Anak-anak dengan Learning Disorder yang tidak di terapi, akan mempengaruhi kepercayaan diri mereka. Mereka berusaha lebih daripada teman-teman mereka, tetapi tidak mendapatkan pujian atau reward dari guru atau orang tua. Demikian pula, Learning Disorderyang tidak di terapi dapat menyebabkan penderitaan psikologis yang besar untuk orang dewasa.


Jenis-jenis Learning Disorder :
  • Disleksia (Dyslexia) : adalah gangguan belajar yang mempengaruhi membaca dan /atau kemampuan menulis. Ini adalah cacat bahasa berbasis di mana seseorang memiliki kesulitan untuk memahami kata-kata tertulis.
  • Diskalkulia (Dyscalculia) : adalah gangguan belajar yang mempengaruhi kemampuan matematika. Seseorang dengan diskalkulia sering mengalami kesulitanmemecahkan masalah matematika dan menangkap konsep-konsep dasar aritmatika.
  • Disgrafia (Dysgraphia) : adalah ketidakmampuan dalam menulis, terlepas darikemampuan untuk membaca. Orang dengan disgrafia sering berjuang denganmenulis bentuk surat atau tertulis dalam ruang yang didefinisikan. Hal ini juga bisa disertai dengan gangguan motorik halus.
  • Gangguan pendengaran dan proses visual (Auditory and visual processing disorders) : adalah gangguan belajar yang melibatkan gangguan sensorik. Meskipun anak tersebut mungkin dapat melihat dan / atau mendengar secara normal, gangguan ini menyulitkan mereka dari apa yang mereka lihat dan dengar. Mereka akan seringmemiliki kesulitan dalam pemahaman bahasa, baik tertulis atau auditori (atau keduanya).
  • Ketidakmampuan belajar nonverbal (Nonverbal Learning Disabilities) : adalahgangguan belajar dalam masalah dengan visual-spasial, motorik, dan keterampilan organisasi. Umumnya mereka mengalami kesulitan dalam memahami komunikasi nonverbal dan interaksi, yang dapat mengakibatkan masalah sosial.
  • Gangguan bahasa spesifik (Specific Language Impairment (SLI)) : adalahgangguan perkembangan yang mempengaruhi penguasaan bahasa dan penggunaan.
Beberapa Problem yang timbul pada anak dengan gangguan belajar:
1. Kognisi
  • Rentang atensi pendek
  • Mudah teralihkan
  • Gangguan memory jangka pendek
  • Kesulitan dalam orientasi waktu, tempat, dan jarak
  • Kesulitan mengerti konsep warna, bentuk, ukuran, angka, dll
2. Motorik
  • Gangguan koordinasi mata-tangan
  • Lambat dalam gerakan motorik kasar, seperti fungsi jalan, lari, lompat, lempar-tangkap bola
  • Kesulitan dalam ketrampilan motorik halus dan manipulasi tangan yang berefek pada kontrol pegang pensil, masalah pada kemampuan menulis, dan menggunting.
  • Masalah pada perencanaan gerak
  • Si anak kemungkinan hyperaktif atau hypoaktif
  • Mungkin bisa bermasalah dengan keseimbangan
3. Intrapersonal
  • Kelemahan dalam persepsi diri (menganggap diri sendiri buruk)
  • Kelemahan dalam kontrol diri/emosi
  • Ada masalah perilaku
4. Interpersonal
  • Menarik diri dari lingkungan sosial
  • Beberapa ada gangguan bicara ringan
5.  Sensory
  • Bermasalah dalam persepsi visual, terutama figure ground (membedakan depan-belakang) dan posisi dalam ruangan
  • Gangguan proprioceptif (rasa tubuh)
  • Kemungkinan ada masalah persepsi auditory (fokus pendengaran bukan organ)
  • Gangguan persepsi tubuh/body image
  • Bereaksi hyper atau hypo terhadap stimulasi vestibular
6. Selfcare/perawatan diri
  • Kesulitan pada beberapa aktivitas sehari-hari
7. Produktifitas dan Leisure anak
  • Kesulitan dalam beberapa aktivitas bermain
Penyebab Gangguan Belajar (Learning Disorder)
Penelitian telah menunjukan bahwa ada sejumlah faktor yang mungkin berperan penyebab gangguan belajar :
  • Genetik Gangguan belajar cenderung ada pada keluarga
  • Perkembangan otak dan gangguannya : beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gangguan belajar mungkin disebabkan oleh gangguan pada otak baik sebelum kelahiran atau setelah kelahiran. Lahir berat badan rendah, kekurangan oksigen, ibu mengkonsumsi obat atau alkohol, ibu merokok selama kehamilan, kelahiran prematur, kekurangan gizi, serta minimnya perawatan pra kelahiran. Anak-anak yang mengalami cedera kepala cenderung untuk mempunyai gangguan belajar.
  • Faktor lingkungan : racun yang ada dilingkungan juga merupakan penyebab gangguan belajar. Janin yang berkembang, bayi, dan anak-anak sangat rentan terhadap racun lingkungan. Beberapa racun yang sering kita dapati dilingkungan yaitu zat aditif makanan tertentu, pengawet, asap rokok, merkuri, dan timah. Gizi buruk pada awal kehidupan juga berpengaruh untuk penyebab gangguan belajar di kemudian hari.
Sumber :
Reed, K.L.1991.  Quick Reference To Occupational Therapy.Maryland: Aspen Publisher,Inc.
http://sasanachildcare.wordpress.com/2011/09/19/learning-disorder-gangguan-belajar-pada-anak/
http://maharokupasiterapi.blogspot.com/2011/11/gangguankesulitan-belajar-learning.html

Learning Disorder (Kesulitan Belajar)


Gangguan/Kesulitan Belajar (Learning Disorder) adalah suatu gangguan neurologis yang mempengaruhi kemampuan untuk menerima, memproses, menganalisis atau menyimpan informasi. Anak dengan Learning Disorder mungkin mempunyai tingkat intelegensia yang sama atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebayanya, tetapi seringberjuang untuk belajar secepat orang di sekitar mereka. Masalah yang terkait dengan kesehatan mental dan gangguan belajar yaitu kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, mengingat, penalaran, serta keterampilan motorik dan masalah dalam matematika.

Anak-anak dengan Learning Disorder yang tidak di terapi, akan mempengaruhi kepercayaan diri mereka. Mereka berusaha lebih daripada teman-teman mereka, tetapi tidak mendapatkan pujian atau reward dari guru atau orang tua. Demikian pula, Learning Disorderyang tidak di terapi dapat menyebabkan penderitaan psikologis yang besar untuk orang dewasa.


Jenis-jenis Learning Disorder :
  • Disleksia (Dyslexia) : adalah gangguan belajar yang mempengaruhi membaca dan /atau kemampuan menulis. Ini adalah cacat bahasa berbasis di mana seseorang memiliki kesulitan untuk memahami kata-kata tertulis.
  • Diskalkulia (Dyscalculia) : adalah gangguan belajar yang mempengaruhi kemampuan matematika. Seseorang dengan diskalkulia sering mengalami kesulitanmemecahkan masalah matematika dan menangkap konsep-konsep dasar aritmatika.
  • Disgrafia (Dysgraphia) : adalah ketidakmampuan dalam menulis, terlepas darikemampuan untuk membaca. Orang dengan disgrafia sering berjuang denganmenulis bentuk surat atau tertulis dalam ruang yang didefinisikan. Hal ini juga bisa disertai dengan gangguan motorik halus.
  • Gangguan pendengaran dan proses visual (Auditory and visual processing disorders) : adalah gangguan belajar yang melibatkan gangguan sensorik. Meskipun anak tersebut mungkin dapat melihat dan / atau mendengar secara normal, gangguan ini menyulitkan mereka dari apa yang mereka lihat dan dengar. Mereka akan seringmemiliki kesulitan dalam pemahaman bahasa, baik tertulis atau auditori (atau keduanya).
  • Ketidakmampuan belajar nonverbal (Nonverbal Learning Disabilities) : adalahgangguan belajar dalam masalah dengan visual-spasial, motorik, dan keterampilan organisasi. Umumnya mereka mengalami kesulitan dalam memahami komunikasi nonverbal dan interaksi, yang dapat mengakibatkan masalah sosial.
  • Gangguan bahasa spesifik (Specific Language Impairment (SLI)) : adalahgangguan perkembangan yang mempengaruhi penguasaan bahasa dan penggunaan.
Beberapa Problem yang timbul pada anak dengan gangguan belajar:
1. Kognisi
  • Rentang atensi pendek
  • Mudah teralihkan
  • Gangguan memory jangka pendek
  • Kesulitan dalam orientasi waktu, tempat, dan jarak
  • Kesulitan mengerti konsep warna, bentuk, ukuran, angka, dll
2. Motorik
  • Gangguan koordinasi mata-tangan
  • Lambat dalam gerakan motorik kasar, seperti fungsi jalan, lari, lompat, lempar-tangkap bola
  • Kesulitan dalam ketrampilan motorik halus dan manipulasi tangan yang berefek pada kontrol pegang pensil, masalah pada kemampuan menulis, dan menggunting.
  • Masalah pada perencanaan gerak
  • Si anak kemungkinan hyperaktif atau hypoaktif
  • Mungkin bisa bermasalah dengan keseimbangan
3. Intrapersonal
  • Kelemahan dalam persepsi diri (menganggap diri sendiri buruk)
  • Kelemahan dalam kontrol diri/emosi
  • Ada masalah perilaku
4. Interpersonal
  • Menarik diri dari lingkungan sosial
  • Beberapa ada gangguan bicara ringan
5.  Sensory
  • Bermasalah dalam persepsi visual, terutama figure ground (membedakan depan-belakang) dan posisi dalam ruangan
  • Gangguan proprioceptif (rasa tubuh)
  • Kemungkinan ada masalah persepsi auditory (fokus pendengaran bukan organ)
  • Gangguan persepsi tubuh/body image
  • Bereaksi hyper atau hypo terhadap stimulasi vestibular
6. Selfcare/perawatan diri
  • Kesulitan pada beberapa aktivitas sehari-hari
7. Produktifitas dan Leisure anak
  • Kesulitan dalam beberapa aktivitas bermain
Penyebab Gangguan Belajar (Learning Disorder)
Penelitian telah menunjukan bahwa ada sejumlah faktor yang mungkin berperan penyebab gangguan belajar :
  • Genetik Gangguan belajar cenderung ada pada keluarga
  • Perkembangan otak dan gangguannya : beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gangguan belajar mungkin disebabkan oleh gangguan pada otak baik sebelum kelahiran atau setelah kelahiran. Lahir berat badan rendah, kekurangan oksigen, ibu mengkonsumsi obat atau alkohol, ibu merokok selama kehamilan, kelahiran prematur, kekurangan gizi, serta minimnya perawatan pra kelahiran. Anak-anak yang mengalami cedera kepala cenderung untuk mempunyai gangguan belajar.
  • Faktor lingkungan : racun yang ada dilingkungan juga merupakan penyebab gangguan belajar. Janin yang berkembang, bayi, dan anak-anak sangat rentan terhadap racun lingkungan. Beberapa racun yang sering kita dapati dilingkungan yaitu zat aditif makanan tertentu, pengawet, asap rokok, merkuri, dan timah. Gizi buruk pada awal kehidupan juga berpengaruh untuk penyebab gangguan belajar di kemudian hari.
Sumber :
Reed, K.L.1991.  Quick Reference To Occupational Therapy.Maryland: Aspen Publisher,Inc.
http://sasanachildcare.wordpress.com/2011/09/19/learning-disorder-gangguan-belajar-pada-anak/
http://maharokupasiterapi.blogspot.com/2011/11/gangguankesulitan-belajar-learning.html

Religius (agama) dan Spiritual (ketuhanan)


Selama ini kita selalu menganggap bahwa religius (agama) dan spiritual (ketuhanan) adalah satu konsep yang sama. Bahkan terkadang kata religious menggantikan kata sipiritual ataupun sebaliknya dalam pemahaman sehari-hari.
Religius dan spiritual adalah dua buah konsep (kata) yang berbeda. Saya tidak akan membawa anda ke arah pembahasan filsafat dalam memisahkan dan menjelaskan kedua kata ini. Saya akan memberikan ilustrasi dibawah ini, yang akan memberikan gambaran bahwa memang keduanya (spiritual dan religius) berbeda pemaknaannya.
Apakah anda seorang yang membenci seorang yang tidak beragama? Ya, itu pasti, karena negara kita memang bukan negara ateis? Tapi jika di tanyakan, apakah anda benci kepada orang yang tidak bertuhan? Pasti anda juga mengatakan ya, dan negara kita pun berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa. Tetapi sadarkan anda bahwa, yang paling parah diantara keduanya adalah pernyataan yang kedua. Padahal, itu dialami oleh kebanyakan orang, bahkan seorang yang taat dalam beragama sekalipun.

Ini adalah pertanda bahwa anda sangat rancu dalam memahami antara agama dan ketuhanan. Beberapa agama yang ada, jika kita pelajari lebih dalam, tidak mempunyai konsep ketuhanan yang jelas, bahkan tidak mempunyai konsep tuhan sama sekali. Artinya, bahwa agama dan ketuhanan itu adalah sebuah konsep yang berbeda.
Seorang yang beragama belum tentu mempunyai pengalaman spiritual. Seseorang yang rajin sholat misalnya, belum tentu bisa merasakan sisi-sisi ketahunan dalam shalatnya. Artinya orang ini hanya menjalankan shalat seperti yang diperintahkan dalam agama (syariat), tanpa menghadirkan sisi ketuhanan dalam shalatnya. Sehingga, seorang yang beragama belum tentu dapat mengontrol perilaku-perilakunya atas nama ketuhanan (spiritual).
Secara logis, agama adalah serangkaian ritual yang sudah baku dan tidak bisa keluar dari yang aturan yang sudah dibakukan itu. Sedangkan spiritual adalah perasaan dan penghayatan akan sisi-sisi ketuhanan atau sesuatu yang dianggap berkuasa diluar kuasa manusia. Jadi orang beragama dengan taat belum tentu mempunyai pengalaman spiritual, sebaliknya orang yang tidak beragama, belum tentu juga tidak pernah merasakan adanya sifat-sifat tuhan yang ada dalam kehidupannya.
Tapi jika kita mempelajari beberapa agama yang ada, tidak bisa juga dipungkiri bahwa, ada beberapa agama yang mengajarkan bagaimana menghubungkan antara pengalaman spiritual dalam bingkai ritual keagamaan. Ritual keagamaan ini dimaksudkan untuk memuja dan menghadirkan spiritual (ketuhanan). Sehingga, jika ada seseorang yang melaksanakan ritual agama, tanpa menghadirkan ketuhanan dalam ritualnya, berarti orang tersebut memisahkan antara ritual keagamaannya dengan sisi-sisi ketuhanan yang seharusnya dihadirkan. Bisa jadi orang yang taat beragama tidak bertuhan, karena dalam pelaksaan ritual keagamaannya tidak menghadirkan/merasakan sisi-sisi spiritual (ketuhanan).

Gaya Belajar Visual, Auditori, dan Kinestetik

http://konselingindonesia.com/images/vak.jpgDalam buku Quantum Learning dipaparkan 3 modalitas belajar seseorang yaitu : “modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Walaupun masing-masing dari kita belajar dengan menggunakan ketiga modlaitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya”.

1. Visual (belajar dengan cara melihat)

Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

Ciri-ciri gaya belajar visual :

² Bicara agak cepat
² Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
² Tidak mudah terganggu oleh keributan
² Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
² Lebih suka membaca dari pada dibacakan
² Pembaca cepat dan tekun
² Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
² Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
² Lebih suka musik dari pada seni
² Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :

1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.

2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)

Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang2 saja. Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

Ciri-ciri gaya belajar auditori :

² Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
² Penampilan rapi
² Mudah terganggu oleh keributan
² Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
² Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
² Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
² Biasanya ia pembicara yang fasih
² Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
² Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
² Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
² Berbicara dalam irama yang terpola
² Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.

3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :

² Berbicara perlahan
² Penampilan rapi
² Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
² Belajar melalui memanipulasi dan praktek
² Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
² Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
² Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
² Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
² Menyukai permainan yang menyibukkan
² Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
² Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:

1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.
Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.




MEMBANGUN KONSEP DIRI ANAK


Ditulis Oleh : Wahid Suharmawan
Setiap orang tua pasti mengharapkan anaknya pintar, cerdas, dan mampu menyelesaikan tugas-tugas akademik sekolah dengan baik, sukur-sukur rangking satu. Harapan inilah yang menyebabkan orang tua berlomba-lomba memfasilitasi berbagai macam keperluan anak, termasuk les privat berbagai macam. Harapannya agar anak menjadi siswa seperti yang diharapkan. Meskipun sudah dileskan berbagai macam pelajaran, masih banyak anak yang berprestasi rendah padahal berdasarkan tes inteligensi (IQ) anak termasuk berIQ rata-rata bahkan superior (lebih besar dari 110 skala Weschler).

Berdasarkan hasil penelitian Yumil Achir (dalam Utami Munandar, 2004) sekitar 39 % siswa berbakat di Jakarta memperoleh nilai di bawah rata-rata. Bahkan dari hasil penelitian di Amerika Serikat diperkirakan antara 15 – 50 persen anak berbakat berprestasi kurang (underachiever). Pertanyaannya adalah “mengapa anak berprestasi di bawah kemampuannya?”
Banyak teori untuk menjelaskan kenapa anak berprestasi di bawah potensinya (uncerachiever). Menurut Utami Munandar (2004), salah satu penyebabnya adalah latar belakang seorang, yang menyangkut rasa harga diri yang rendah. Rasa harga diri yang rendah adalah ketidakpercayaan atas kemampuan yang dimiliki. Mereka tidak percaya bahwa mereka mampu melakukan apa yang diharapkan orang tua dan guru dari mereka. Untuk menutupi rasa harga diri mereka, biasanya dengan perilaku berani dan menentang atau dengan mekanisme pertahanan untuk melindungi diri. Misalnya dengan menyalahkan sekolah atau guru atau dengan menyatakan tidak peduli atau tidak berusaha dengan sungguh-sungguh jika prestasi mereka kurang memuaskan.

Sering kita mendengar anak mengatakan “matematika memang susah”, hal ini karena berkaitan dengan rasa harga diri yang rendah sehingga untuk menutupi kegagalan mereka menyalahkan pelajaran matematika atau gurunya. Menyalahkan pelajaran atau guru merupakan mekanisme anak untuk menghindari tanggung jawab untuk berprestasi.
Menurut Adi W. Gunawan (2004), harga diri yang rendah merupakan bagian dari konsep diri yang rendah. Apakah Konsep diri itu ? Konsep diri terdiri dari tiga komponen yaitu diri ideal (self ideal), citra diri (self image), dan harga diri (self esteem).

DIRI IDEAL (SELF IDEAL)
Sering kita mendengar atau menyaksikan anak meniru-niru gerakan pahlawan kartun semisal spiderman, batman, superman, power ranger, dll. Apa yang sering kita lihat dari perilaku meniru pahlawan kartun oleh anak pada dasarnya adalah proses pembentukan diri ideal. Anak melihat para pahlawan tersebut menunjukkan keberanian, rasa cinta kasih, ketabahan, ketekunan, kesabaran, integritas, kejujuran, dan masih banyak karakter positif lainnya. Secara tidak sadar anak sedang membentuk diri ideal yaitu ingin menjadi pahlawan kartun tersebut.

Menurut Adi W Gunawan (2004), diri ideal menentukan sebagian besar arah hidup kita. Diri ideal menentukan arah perkembangan diri dan pertumbuhan karakter serta kepribadian. Diri ideal merupakan gabungan dari semua kualitas dan ciri kepribadian orang yang sangat kita kagumi. Diri ideal merupakan gambaran dari sosok seseorang yang sangat kita inginkan jika kita bisa menjadi orang itu.

Bila tidak hati-hati untuk membentuk atau memilih diri ideal secara sadar, kita akan cenderung menetapkan seseorang untuk menjadi diri ideal kita. Kita bisa melihat hal itu pada banyak kasus anak-anak. Ketika orang tua tidak dapat menampilkan sikap dan perbuatan yang ideal, jangan salahkan anak ketika menginginkan diri ideal pada tokoh-tokoh kartun, bintang film, penyanyi, dll. Celakanya, tokoh yang diidealkan anak banyak yang mempunyai masalah sosial seperti narkoba, minuman keras, perbuatan kriminal, dll. Bahkan film kartunpun banyak mempertontonkan kekerasan dan kesadisan. Berapa banyak anak yang bertindak agresif hanya gara-gara mencontoh tokoh idolanya di film kartun.

Pada anak kecil yang masih belum mengerti, orang tua sebaiknya sangat hati-hati dalam menetapkan diri ideal untuk anak. Banyak orang tua yang terlalu berambisi, yang akhirnya menyengsarakan anak karena menetapkan diri ideal yang terlalu sulit untuk dicapai oleh anak. Sebagai contoh, orang tua menuntut anak untuk selalu mendapatkan nilai 100 dalam setiap ulangan/tes dan jika tidak mencapainya anak akan dihukum. Ini adalah konsep diri ideal yang terlalu sulit dicapai oleh anak.

CITRA DIRI (SELF IMAGE)
Banyak anak merasa bahwa dirinya sangat “bodoh” untuk mengikuti pelajaran di kelas. Mereka mengeluhkan pelajaran yang sulit dimengerti seperti matematika, sulit menghafal seperti IPA, IPS dan PKn, serta berbagai macam kesulitan pelajaran yang lain. Berawal dari kesulitan ini lama-lama anak tidak menyukai pelajaran tertentu. Biasanya nilai pelajaran tersebut di bawah standar. Perasaan “bodoh” semakin melekat jika anak mendapat label “bodoh” dari lingkungan (orang tua, guru, teman, dan saudara). Akhirnya, anak akan merasa yakin bahwa dirinya memang “bodoh”. Dalam hal ini anak mempunyai citra diri yang negatif yaitu merasa dirinya “bodoh”.

Citra diri adalah cara kita melihat diri kita sendiri dan berpikir mengenai diri kita sekarang saat ini. Citra diri sering disebut sebagai “cermin diri”. Kita akan senantiasa melihat ke dalam cermin ini untuk mengetahui bagaimana kita harus bertindak atau berlaku pada suatu keadaan tertentu. Kita akan selalu bertindak dan bersikap sesuai dengan gambar yang muncul pada cermin diri kita (Adi W Gunawan, 2004).

Misalnya bila anak melihat dirinya di dalam cermin diri sebagai orang yang percaya diri, tenang, dan mampu belajar dengan baik, maka setiap kali belajar anak akan merasa percaya diri, tenang dan mampu, serta akan selalu positif dan gembira. Pada akhirnya anak akan berprestasi dan mendapatkan hasil yang luar biasa. Jika ternyata karena suatu hal anak tidak berhasil (mendapat nilai jelek), ia akan mengabaikan kegagalan tersebut dan menganggap hanya suatu kondisi yang bersifat sementara karena ia nantinya pasti akan berhasil. Ini disebabkan citra diri anak sangat jelas
Perubahan atau peningkatan konsep diri yang paling cepat akan terjadi bila anak mengubah citra dirinya. Saat anak melihat dirinya dengan cara yang berbeda, ia akan bertindak dengan cara berbeda. Bila anak bertindak berbeda, ia akan merasa berbeda. Karena anak bertindak dan merasa berbeda, ia akan mendapatkan hasil yang berbeda.

HARGA DIRI (SELF ESTEEM)
Budi merasa dirinya paling “bodoh” di kelas karena nilainya selalu jelek. Atik merasa minder karena kulitnya hitam dan hidungnya “pesek”. Anto malu bergaul dengan teman-temanya karena ia berasal dari keluarga miskin (bapaknya seorang penjual koran). Beberapa contoh di atas adalah konsep harga diri yang rendah. Padahal kalau di lihat lebih jauh, meskipun nilai pelajaran Budi selalu jelek tapi Budi jago bermain bola. Atik memang berkulit hitam, tapi ia anak yang rajin dan disiplin. Ia tidak pernah terlambat datang ke sekolah. Meskipun Anto dari keluarga miskin, tapi Anto adalah anak yang pintar karena ia selalu rangkin satu.

Contoh di atas merupakan konsep harga diri yang rendah. Harga diri didefinisikan sebagai seberapa suka kita terhadap diri kita sendiri. Semakin kita menyukai diri kita, menerima diri kita, dan hormat pada diri kita sendiri sebagai seorang yang berharga dan bermakna, semakin tinggi harga diri kita. Semakin kita merasa sebagai manusia yang berharga, kita akan semakin positif dan bahagia.

Harga diri akan menentukan semangat, antusiasme, dan motivasi diri. Harga diri adalah penentu prestasi dan keberhasilan kita. Orang dengan harga diri yang tinggi memiliki kekuatan pribadi yang luar biasa besar dan dapat berhasil melakukan apa saja di dalam hidupnya. Banyak contoh disekeliling kita yang dapat kita jadikan contoh betapa luar biasanya nilai harga diri. Kalau kita melihat Tika Pengabean (artis, P. Projek, MC), jika ia mempunyai harga diri yang negatif seperti selalu menyesali badannya yang tambun (baca gemuk) dan wajahnya yang “tidak cantik”, dipastikan ia tidak akan berhasil seperti sekarang.
Sekitar awal abad ke-20 kita mengenal seorang anak manusia bernama Helen keller.

Sejak lahir ia buta, bisu, tuli, dan mempunyai masalah dengan perilaku. Semua orang menggap Hellen tidak punya masa depan, tetapi sang guru berpendapat lain. Hellen adalah anak yang cerdas meskipun ia buta, bisu dan tuli. Berkat ketekunan gurunya yang membangkitkan harga dirinya, ia mampu kuliah di Universitas ternama di AS. Prestasi akademiknya mampu melampaui mahasiswa yang normal. Pada saat mahasiswa yang lain tidur terlelap dalam dekapan malam, ia dengan dibantu pendampingnya sibuk membaca buku-buku teks yang menggunakan huruf braile sampai jari-jarinya terasa perih. Hellen Keller yang buta, bisu dan tuli menjadi pembicara terkenal di dunia dan menulis banyak buku. Cerita hidupnya menginspirasi jutaan orang yang buta, tuli dan bisu diseluruh dunia. Inilah motivasi luar biasa yang dihasilkan dari harga diri yang tinggi.

KESIMPULAN
Jadi, dalam konteks anak, diri ideal adalah orang/tokoh yang oleh anak sangat ingin menjadi di suatu waktu di masa depan. Diri ideal menentukan arah hidup, pertumbuhan, dan evolusi diri anak. Citra diri adalah cara anak melihat dirinya sendiri dan menentukan prestasinya di masa sekarang. Harga diri anak ditentukan oleh hubungan antara diri ideal dan citra dirinya.
Harga diri yang tinggi adalah dasar dari sebuah konsep diri yang positif dan merupakan unsur penting untuk mencapai keberhasilan. Semakin anak menyukai dan menghargai dirinya sendiri, ia akan semakin baik dalam mengerjakan sesuatu.
Orang tua yang mempunyai masalah dengan prestasi anak, mulai sekarang sebaiknya mulai merenungkan tentang hal ini. Sudahkan anak kita mempunyai konsep diri yang positif? Atau malah anak kita mempunyai konsep diri yang negative? (bersambung)

SUMBER :

Gunawan, Adi W. 2004. Genius Learning Strategy, Petunjuk praktis untuk menerapkan Accelerated Learning. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 

10 Penyakit Psikis



Ditulis Oleh : Wahid Suharmawan
1.      HIPOKONDRIASIS

Personaliti hipokondriasis adalah personaliti dimana seseorang terus menerus mengeluh akan kesehatannya yang buruk. Dapat dikatakan bahwa ambang sakitnya yang rendah. Dia sangat cemas dan terlalu terpukau akan gejala yang ada pada tubuhnya. Kecemasan terhadap kesehatan tubuhnya merupakan bagian yang dominan dari idupnya. Hal ini membuatnya tidak efektif serta terganggu. Hipokondriasis dapat diumpamakan sebagai anjing yang terlalu banyak menggonggong. Dia terlalu banyak mengeluh, dan sering berganti dokter. Mungkin dia sering keluar masuk rumah sakit, untuk mengetahui keluhannya. Atau dapat pula dia sering masuk kemeja operasi atas keluhan–keluhannya. Sampai berapa jauh personaliti hipokondriasis dipunyai anda.

2.      DEPRESI


Personaliti depresi adalah personaliti dengan sikap yan pesimis terhadap masa depan, perasaan tak berpengharapan, merasa  berdosa dan putus asa. Berpikir dan bertindak menjadi melambat, kadang malahan menjadi agresi dan marah-marah. Dalam keadaan tertentu sering ada keinginan untuk bunuh diri. Perlu dibedakan depresi sebagai pesonaliti, dan sebagai penyakit. Pada penyakit depresi maka belum tentu mempunyai personaliti depresi. Sebaliknya yang personaliti depresi belum tentu menderita penyakit depresi, walaupun akan mudah  sekali untuk menjadi depresi. Dalam hal ini yang dikemukakan disini adalah personaliti depresi. Jadi walaupun anda menderita depresi, personaliti tetap ada dan nilai skor anda tidak mudah berubah. Sampai berapa jauh personaliti depresi di punyai anda, cobalah test dengan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
3.      HISTERIS

Yang dimaksud dengan personaliti hisiteris disini, adalah orang-orang yang mempergunakan gejala-gejala fisik untuk menyelesaikan konflik-konflik psikis yang sulit. Atau mempergunakan gejala fisik untuk menghindar dari tanggung jawab yang besar. Berbeda dengan hipokondroasis yang cemas terhadap kesehatan badannya. Personality histeris sebenarnya tidak cemas terhadap kesehatan fisiknya, tetapi menutupi kecemasan psikisnya dengan gejala psikik yang hebat. Gejala fisik yang diperlihatkan juga hebat, misalnya kejang-kejang, pingsan dan berbagai gejala fisik lainnya. Pada keadaan dimana tak ada konflik, maka jarang terjadi keluhan gangguan fisik. Jadi sebenarnya perlu dibedakan antara histeris, depresi dan hipokondria, akan tetapi pembedaan tersebut tidak mudah, karena personality yang satu berkorelasi dengan yang lain malahan sering terjadi personaliti yang satu dengan yang lain saling tumpang tindih.

4.   NEUROSIS

Yang dimaksud dengan personaliti neurotik adalah kombinasi yang buruk dari berbagai trait misalnya orang yang sering merasa bersalah, interior, terlalu banyak kuatir, atau lalu takut, orang yang kaku, terlalu ingin sempurna, tidak efesien, tidak bahagia, imsonia, produktifitas yang rendah. Dengan demikian orang ini akan hidup dengan kualitas hidup yang buruk, cemas dan depresi secara kronik, bejalan bertahun-tahun ternyata yang mempunyai personaliti seperti ini cukup banyak dan diperkirakan dua dari sepuluh orang mempunyani personaliti seperti ini, baik dalam tingkatan yang berat sampai yang sedang.

5.      PSIKOPATIS

Yang dimaksud dengan personaliti psikopatis ialah orang–orang yang tidak menghiraukan moral, etik dan hukum masyrakat. Orang tersebut tidak mengindahkan apa yang dianggap baik, bagus dan harus oleh masyarakat. Dengan demikian dia dianggap jahat, dan sulit dibawa kejalan yang benar. Dia mengukur semua persoalan adalah dari dirinya sendiri. Bila menurut pendapatnya benar, maka dunia harus mengakui bahwa hal itu benar. Begitu pula sebaliknya, bila menurutnya  salah maka dunia harus mengatakan salah. Jadi orang ini biasanya tidak tahu malu, karena dia mempunyai standard yang berbeda dengan standard orang lain. Emosi orang ini dangkal, dan jarang menderita cemas. Hubungan antar manusia tak pernah mendalam, dan melihat orang lain sebagai alat untuk kesuksesan dirinya.

Banyak orang–orang seperti ini yang menjadi pemimpin, karena mampu meneror saingannya, dan prinsipnya tujuan menghalalkan semua cara. Disamping itu dia pandai bicara, dengan janji–janji yang muluk–muluk. Bila tidak menjadi pemimpin dia akan menjadi kriminal, atau orang–orang yang melakukan hal–hal yang tercela di masyarakat. Karena dia jarang cemas, dan tak merasa bersalah dia jarang merasa membutuhkan bantuan profesional.

6.      PARANOIA

Personaliti paranoia, adalah personaliti dari orang yang mempunyai kepercayaan yang aneh, yang salah tetapi tidak mau diluruskan. Dia biasanya curiga yang berlebihan pada orang lain, sering merasa digunakan oleh orang lain. Dia selalu menyalahkan orang lain atas segala kegagalan–kegagalannya. Biasanya dia sensitif, emosional dan mudah menjadi cemas. Dia juga sentimental, kurang percaya diri dan kualitas hidup yang menurun, serta sering diserang depresi.

7.      IMPOTENSI & FRIGIDITAS

Gangguan impotensi (pada pria) atau frigiditas (pada wanita) dapat bersifat gangguan organik (yaitu organnya atau hormon), tetapi dapat pula merupakan kombinasi yang buruk dari berbagai trait, yang dapat menyebabkan terjadinya impotensi atau frigiditas tersebut. Orang yang mempunyai personaliti seperti ini biasanya orang–orang yang sangat sensitif, pesimis, kurang percaya diri, mudah tersinggung, tak ada humor dan serius.

8.      GAD (GENERALIZED ANXIETY DISORDER = ANXIETAS UMUM)

Pada personaliti GAD, adanya rasa cemas atau takut yang tidak realistik. Pada umumnya kecemasan dan ketakutan adalah pada kemungkinan kehilangan atau adanya bahaya yang tidak realistik. Misalnya mereka sering takut anak (keluarga) mendapat kecelakaan atau musibah tanpa ada tanda–tanda bahaya yang sesungguhnya. Bisa pula dia kuatir terhadap keadaan finansial tanpa alasan yang jelas. Pada umumnya penderita GAD selalu ada saja yang dikuartirkan. Misalnya kuartir penurunan prestasi (akademik/ atletik/ penampilan sosial/ seksual/ pekerjaan). Jadi selalu ada saja yang dikuartirkan setiap hari.

Orang yang mempunyai personaliti GAD, akan pergi bekerja dengan tegang, tidurnya tidak nyenyak, tidak bisa konsentrasi, penuh dengan ketakutan dan selalu murung. Dalam penampilannya terlihat tegang, tidak bahagia, cemas, dan tidak bisa relax. Pada orang–orang yang mempunyai personaliti GAD, dapat dengan mudah menderita Penyakit Anxietas-GAD (gangguan anxietas umum).

9.      OBSESI–KOMPULSI

Personaliti obsesi ialah orang–orang dengan ide, pikiran atau impuls yang mengganggu dalam kehidupan sehari–hari. Pikiran itu dapat berupa kekerasan, terkontaminasi penyakit, atau keraguan–raguan dalam mengerjakan sesuatu. Personaliti obsesi selalu diikuti dengan tingkah laku kompulasi, yaitu tingkah laku yang merupakan reaksi dari obsesi. Tingkah laku ini sebenarnya menetralisir personaliti personaliti obsesi. Seorang dengan personaliti obsesi yang harus melakukan sesuatu dengan perfect, maka tingkah lakunya kompulasi, mengulang–ngulang memeriksa pekerjaannya apakah sudah benar atau belum. Pada keadaan lain seorang dengan personaliti obsesi takut ketularan kuman penyakit, maka secara kompulsi dia akan membersihkan dan mencuci tangannya berkali–kali. Secara sadar orang ini merasa aneh, akan tetapi tidak mampu menhilangkan ide obsesi, dan tingkah laki kompulsi. Bila dia punya pikiran untuk melawan obsesinya, maka dengan otomatis dia menjadi sangat cemas yang luar biasa.

10.  PANIK

Personaliti panik, ialah orang-orang yang mudah terserang panik. Hal ini dirasai oleh orang yang bersangkutan sebagai suatu keadaan dimana terjadi ketakutan yang intence, disertai dengan berbagai gejala somatik seperti berkeringat dingin, berdebar-debar, nyeri di dada, sesak napas, diare dan lain sebagainya. Serangan panik biasanya tak berlangsung lama, paling lama setengah jam. Bila lebih dari setengah jam maka kemungkinan penyakit organik, seperti penyakit jantung. Orang-orang personaliti panik, akan bekerja dengan ketegangan yang hebat, karena dia takut menderita serangan panik kembali. Dia sering murung, cemas dan gangguan tidur. Bila ditanyakan lebih lanjut apakah yang ditakutkan orang tersebut maka jawabanya adalah takut menderita panik kembali